Beranda Opini

Politik Berkedok Agama, Menyimpang?

Pelitabanten.com – Pernah ga sih terbayang sama kalian, “Apa jadinya jika bercampur dengan Agama”?, melihat kondisi Indonesia yang bisa dibilang hampir semua masyarakat nya memeluk agama nya masing-masing sesuai dengan apa keyakinan mereka.

Dan pernahkah kalian berfikir apa yang terjadi jika ada percampuran antara politik dan Agama? karna jika dilihat dari sisi luar, politik merupakan hal yang identik dengan “Kotor” dan berbanding terbalik dengan Agama yang identik dengan “Bersih”, terlebih lagi ada kata-kata yang berbunyi “jangan campurkan politik dengan Agama”, dan ada pula yang ber-opini yang berlawanan yaitu “Agama bukan hanya tidak boleh dijauhkan, bahkan harus menjadi warna dan menjadi dasar dalam politik. Dan justru politik adalah bagian dari agama”.

kata-kata ini menuai banyak pro dan kontra yang terjadi di masyarakat loh guys.. Hal ini menjadi perdebatan yang beberapa kali menyebabkan perpecahan di masyarakat dan membuat masyarakat terbagi menjadi 2 kubu, yaitu kubu yang tidak setuju antara bercampurnya agama dan politik dan juga kubu yang setuju dengan percampuran agama dan politik. – Jika melihat perbandingan respon masyarakat yang beragam seperti ini, menarik untuk dibahas bukan? Yuk simak terus!

Sebelum kita mendalam lebih jauh, yuk kita mengenali sisi luar dari topik yang akan kita bahas dulu,

Definisi Politik

Menurut Kamus Besar (KBBI), arti kata politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan)

Baca Juga:  Apa Kabar Bank Banten?

Definisi Agama

Pengertian Agama Menurut KBBI: Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan dan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya.

apakah kalian pernah? Melihat adanya kasus politik, tapi dengan embel-embel Agama? Menurut kalian, apakah legal jika terdapat ada percampuran antara politik dengan agama tersebut?

Pembahasan Politik di Indonesia

Praktik politik dalam Agama di Indonesia, menurut gua sudah cukup sering terjadi, diantaranya hal yang menjadi trending topic pada tahun 2017, 2019, tahun lain. Benarkah aksi tersebut terjadi karna adanya percampuran antara politik dan Agama? well, menurut gua sendiri “yes”.

Menurut kalian aksi ini berdampak ke banyak aspek ga sih? Menurut gua sendiri, ada beberapa dampak yang terjadi loh guys disebabkan terjadinya percampuran politik dan Agama ini. Contohnya adalah suatu golongan menjadi di cap lebih “berbeda” atau dengan kata lain, suatu golongan mendapatkan stereotype baru, bisa jadi stereotype yang bersifat negatif ataupun stereotype yang bersifat .

Tapi disini, gua sama sekali tidak menyalahkan orang yang membela Tauhid nya karna gua setuju dengan orang yang membela Tauhid. Akan tetapi, didalam pelaksanaan politik dalam Agama, ada yang mengatasnamakan Agama sebagai “perisai” dari kesalahan yang dia buat di bidang politik. dan dia berlindung dibalik “Agama” itu tersebut. Jujur, gua sendiri ga suka banget sama oknum kaya gini. Banyak pihak yang dirugikan hanya karna tindakan ini. Dan bisa membuat nama Agama yang menjadi “perisai” tersebut menjadi buruk. Mungkin karena oknum oknum tidak bertanggung jawab seperti inilah yang mendasari orang berpendapat “Jangan campurkan politik dengan Agama”

Baca Juga:  Tanaman Ganja Dan Narasi Sesat Penguasa

Agama pula kerap digunakan iming-iming oleh beberapa oknum yang memanfaatkan momen yang pas. Sebagai contoh, ada orang ingin mencalonkan diri menjadi calon ,ia bisa saja menggunakan iming-iming Agama dengan agar banyak yang percaya kepadanya dan dia bisa merealisasikan tujuan utamnya yaitu menjadi pejabat dan berkuasa.

Kembali lagi pada kasus/aksi yang dibahas sebelumnya bahwa aksi itu mendatangkan pro dan kontra dalam masyarakat, karna ada yang pro dan berpendapat bahwa itu membela Agama nya karna mereka ber pendirian seperti itu. Dan ada juga yang kontra dengan alasan tidak menerima dengan alasan mereka yang pro.

Berdasarkan perspektif pribadi, politik dalam Agama itu sah-sah saja. Karena pada dasarnya, semua yang kita lakukan di dunia, pasti ada kaitannya dengan Agama. kita bangun tidur, kita membaca doa bangun tidur yang diajarkan Agama.

kita ingin makan, kita pula membaca doa sebelum makan yang diajarkan oleh Agama. Justru, gua kurang setuju dengan pendapat “Jangan campurkan politik dengan Agama”. kenapa? Karna Agama mencakup semua aspek dalam kehidupan.

Dan dalam berfikir mengenai politik, menurut gua disini juga harus memasukkan unsur Agama. contoh : saat , ada banyak kandidat yang mencalonkan diri. Kita disini harus berfikir secara realistis dan Agamis. Harus memikirkan keputusan terbaik secara matang dan jangan sampai salah mengambil keputusan, yang ditakutkan akan berdampak kepada dampak ke Akhirat oleh masing-masing individu

Baca Juga:  Peringati May Day, Buruh Tak Harus Turun ke Jalan

Jika ada pertanyaan “apakah Agama bisa berjalan beriring-iringan dengan politik?”. Ini jawabannya : didalam suatu Agama di Indonesia yaitu Islam, Islam tidak bertentangan dengan politik, bahkan dalam ajaran Islam ada politik. Tapi politik dalam pengertian yakni “”.

Tidak mungkin suatu ajaran yang mengajarkan se detail bagaimana cara masuk WC, bercermin, Makan dan minum diatur, akan tetapi hal yang lebih dari itu tidak diajarkan oleh Islam. Padahal detail masuk WC,Bercermin tidak menyangkut masyarakat dan tidak pula menyangkut Negara.

Jadi salah apabila ada kata-kata “Islam tidak mengenal politik”. Tetapi di sisi lain, politik dalam kenyataannya seringkali bertentangan langkah langkahnya. Di sini orang berkesimpulan “Agama bertentangan dengan politik”. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang membuat citra buruk pada politik kemungkinan adalah politisinya atau orang-orang yang berkecimpung di dunia politik (mungkin tidak semuanya) dan politik nya itu sendiri tidak salah karena politisi menggunakan “siasat” bukan “Hikmah”

Bisa dikatakan begitu, ada ungkapan “Agama kami adalah politik kami. Agama kami adalah politik kami” dan jika ada yang berpendapat jangan campurkan antara keduanya. Menurut Quraisy Shihab, solusinya dudukan dulu, politik hikmah. (politik untuk upaya kemaslahatan bersama)

Penilis: Muhammad Fajar Fachturahman