Beranda Bisnis

Omong Kosong Jonan Harus Dihentikan Terkait Divestasi Freeport

Omong Kosong Jonan Harus Dihentikan Terkait Divestasi Freeport

JAKARTA, Pelitabanten.com- Rencana pengambilalihan 51 persen saham (divestasi) PT tidak akan terwujud karena tidak didukung pendanaan yang cukup.

Bahkan kasus Freeport tersebut menjadi ajang pencitraan murahan elite pemerintahan dengan berpura-pura nasionalis.

“Jurus omong kosong Menteri  Ignatius Jonan ini juga harus dihentikan. Omong kosong terlalu akan mempermalukan bangsa negara Indonesia dihadapan orang luar,” kata pengamat Asosiasi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (15/10/2017).

Pemerintah dinilai tidak konsisten antara apa yang diucapkan dengan realisasi pelaksanaanya.

“Setiap masalah dengan Freeport selalu berakhir dengan deal yang menjijikkan. Antara kata dan perbuatan pemerintah tidak sama,” kata Salamuddin.

Dalam prakteknya, pengambilalihan saham Freeport dengan kepemilikan 51 persen nanti pemerintah tidak akan pernah mendapatkan sebesar itu. Bahkan sampai kontrak PT Freeport Indonesia berakhir, pemerintah tidak akan punya saham sama sekali.

Baca Juga:  Wow! Banjir Doorprize, Pakons Prime Hotel Tawarkan Paket Khusus Tahun Baru 2024

“Akan tetapi segelintir oligarki kekuasaan akan punya saham. Apa dasarnya ? Pemerintahan sedang kere mana mungkin beli psaham senilai Rp100 . Besar kemungkinan yang terjadi jual beli kebijakan untuk pribadi seperti yang terjadi sekarang dalam kasus freeport,” ujarnya.

Selain itu, perubahan kontrak karya menjadi IUPK diyakini tak akan berlangsung mulus. Freeport berpikir ulang untuk mengubah kontrak karya menjadi IUPK dalam situasi politik indonesia yang rawan dengan perubahan kebijakan.

Jadi, kata dia, perubahan tersebut akan menghadapi masalah yang besar dan tidak akan berjalan.

“Padahal perubahan kontrak karya menjadi IUPK telah memberi Freeport keleluasaan mengeksploitasi tambang hingga 20 tahun ke depan. Itu saja sudah melanggar rasa keadilan rakyat,” ujarnya.

Dalam tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak ada kemajuan sama sekali soal pembangunan smelter Freeport.

Bahkan tidak ada progres berarti dalam pembangunan smelter pada 3 tahun masa pemerintahan saat ini. Pemerintah memberi kesempatan lima tahun lagi dengan cara melanggar UU minerba.

Baca Juga:  Indonesia Gigit Jari Jika Aturan TKDN Ponsel Diterapkan Setengah Hati

“Pelanggaran yang akan terus berulang ulang dimasa mendatang dalam bentuk yang sama. Deal deal tertutup yang merugikan negara,” kata Salamuddin.

Dia menegaskan, di depan Menteri ESDM Ignatius Jonan memperlihatkan wajah nasionalis, sok keras dan sok kepada Freeport.

Namun faktanya pemerintah justru memberikan toleransi kepada Freeport untuk tidak menjalankan kewajiban kepada Negara Indonesia sebagaimana UU yang berlaku.

“Lebih menjijikkan lagi sudah mendiscont berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh peruhsaan tambang tersebut, eh malah Freeport menolak tindakan murahan pemerintah. Malu kan,” katanya.