Beranda Pendidikan

Menggelar Buku, Menggelar Harapan Anak-anak Desa

Menggelar Buku, Menggelar Harapan Anak-anak Desa
Akin, relawan Komunitas Literasi Sajira tengah bermain Permainan Angin bersama anak-anak desa di aula Kantor Desa Sajiramekar, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak-Banten, Minggu (3/2/2019).

LEBAK, Pelitabanten.com – Alarm handpone berdering-dering diluar dari kebiasaannya, dibarengi Syaraf-syaraf tubuh terutama telinga dan mata terkesiap tanpa aba-aba sebelumnya, seperti mendapat serangan tiba-tiba menggunakan stand gun berdaya tinggi, juga memicu pikiran yang masih ada dibayang-bayang mimpi terjerembap pada sebuah janji dua pekan yang lalu dengan diskusi yang cukup alot.

Tiga Februari yang cerah, terlihat dari mentari ufuk timur yang mulai menggeliat memancarkan saripati paginya untuk bisa dihidangkan kepada seluruh alam. Pagi Februari tak seperti pagi Januari, langit pagi Januari kala itu, selalu saja disambut dengan ricik air dari langit bak cipratan-cipratan kecil air yang riaknya berteriak.

Pagi yang sudah siap, Saya pun tak mau kalah untuk bersiap diri, mandi pagi, kenakan pakaian, sarapan lontong, dan masih banyak aktivitas pagi lainnya. Seperti rencana awal, jam 08:00 saya harus sudah siap membereskan tempat, buku-buku, layar levar dan kebutuhan-kebutuhan pendukung lainnya.

Lalajo Pèlem Bari Maca, kata yang diambil dari bahasa Sunda ini, bila diartikan ke bahasa Indonesia bunyinya akan seperti ini “nonton film sambil baca”, Tema kegiatan pagi kali ini mengambil empat buah kata dari bahasa Sunda, bahasa keseharian di kampung saya yang didominasai oleh suku Sunda, selain mudah untuk dipahami oleh semua orang, tema kegiatan kali ini juga, memberikan citra tema yang berbudaya.

Kegiatan kali ini sebenarnya sama dengan kegiatan yang sering Saya lakukan dengan kawan-kawan lainnya, yang intinya menggelar buku-buku kepada anak-anak dengan sesekali menyelipkan games-games inovatif, terkadang juga nonton bersama film animasi. Ini merupakan pekan kedua dari kegiatan gelar buku yang dilakukan oleh relawan yang mengatas namakan dirinya sebagai Komunitas Lierasi Sajira, yang sebelumnya diadakan di Kp. Ciomas dan Kp. Sangiang dan sekarang di Desa Sajiramekar.

Penyebaran pamflet acara kegiatan ini sudah dilakukan tiga hari sebelumnya baik secara selebaran kertas maupun file digital, yang dimaksudkan supaya lebih banyak orang yang membaca dan mengikuti acara gelaran buku ini.

Acara sudah siap untuk dimulai, ditandai dengan anak-anak yang membawa senyuman polos mulai berdatangan ke kantor Desa Sajiramekar, tempat kegiatan gelar buku pekan kedua ini dilaksanakan, datang secara kelompok maupun datang sendiri-sendiri. Acara dimulai dengan sambutan hangat kakak-kakak relawan pegiat literasi kemanusiaan, yak, Saya sebut demikian, karena gerakan-gerakan kecilnya itu, berorientasi pada sisi paling dasar kemanusian, yaitu mengenalkan hurup dan angka.

“Komunitas Literasi Sajira” teriakan berkali-kali kakak relawan berkacamata didepan, yang kemudian ditimpali teriakan polos semua anak “banyak baca”, serempak mereka menjawab, menjadi yel-yel dalam ritual khusus pada setiap pembukaan acara kegiatan kami. Setelah mengenalkan diri masing-masing, kegiatan dilanjutkan dengan acara nonton bersama film animasi berjudul “Sahabat Pemberani” yang mempunyai nilai-nilai positif untuk ditonton anak-anak, dengan iming-iming dorprize wafer rasa coklat dan keju, semua anak menyimak dengan khusu film tersebut, yang nanti diakhir ada sesi tanya jawab mengulas mengenai film tersebut.

Lebih kurang dua puluh enam menit nonton bersama, yang dilanjutkan games inovatif buatan kakak relawan yang mengenakan kacamata, “Games Angin” katanya. Games sederhana tapi dapat menciptakan sebuah senyuman tulus dari setiap anak, Games yang memadukan pembacaan dongeng kepada anak-anak dengan sesekali jeda di akhir kalimat, kemudian di akhir jeda kakak yang membacakan dongeng yang berperawakan kurus yang akrab disapa Akin Baonk itu, lalu berkata seperti ini “ada angin dari kanan” seketika anak-anak yang berbaris rapih mencondongkan badannya ke arah berlawanan yaitu ke arah kiri, “ada angin dari kiri, dari atas, dari belakang” begitu terus selanjutnya, bila ada anak yang salah mencondonkan badannya,  langsung tereliminasi sampai menyisakan tiga anak dan berhak mendapatkan hadiah wafer rasa keju juga coklat.

Mentari terus saja menggeliat ke arah ubun-ubun, sinar kilaunya tersamarkan dengan sinar harapan melalui kata yang terlontar dari sekumpulan anak manusia, “seru acaranya” yang diselingi senyum yang menampakan gigi ompongnya. Dua kata yang dilontarkan itu, seperti membikin suplemen semangat dengan racikan ketulusan. “Ok, akan Saya lanjutkan” gumaman entah darimana yang tak diundang pun datang.

Setelah tanya jawab kecil dengan anak-anak mengenai acara tersebut dan dilanjutkan salam perpisahan juga foto bersama, kami langsung berpamitan, ucapan salam disiang hari, yang kemudian ditimpali oleh semua anak, menjadikan salam perpisahan yang penuh harap. Anak-anak mulai meninggalkan aula Desa Sajiramekar, yang ditandai dengan kosongnya aula disamping kantor Desa tersebut, kakak-kakak relawan terus saja sedari tadi melemparkan senyum tulus seiring langkah-langkah kecil itu mulai mengninggalkan kami semua. “Bawalah sepatah dua patah kata dan jadikanlah sebuah makna” gumaman terakhir disiang ini. (Ditulis oleh Nendi Rivaldi, Relawan Pegiat Literasi Sajira)*