Beranda Opini

Menekan Kasus DBD Dengan Teknik Serangga Mandul (TSM)

Menekan Kasus DBD Dengan Teknik Serangga Mandul (TSM)
Nyamuk Aedes aegypti oleh mika mamy dari Pixabay

Pelitabanten.com – Saat ini, Indonesia tidak hanya bermasalah dengan kasus penyakit Covid-19, tetapi juga dengan kasus penyakit yang makin meningkat. Menurut data Kemenkes RI terdapat 49.563 kasus DBD terhitung sejak 1 Januari 2020 sampai 27 April 2020. Jawab Barat menjadi provinsi dengan kasus terbanyak dengan 6.337 kasus, lalu diikuti oleh Bali (6.050 kasus), Nusa Tenggara Timur (4.679 kasus), Lampung (4.115 kasus), dan Jawa Timur (3.175 kasus).

Pada tahun yang sama, kasus kematian terjadi sebanyak 310 kematian dimana Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi di Indonesia dengan kasus kematian terbanyak yaitu sebanyak 48 kematian, lalu diikuti provinsi Jawa Tengah (39 kematian), (33 kematian), Jawa Timur (31 kematian), dan Lampung (17 kematian).

Faktor Timbulnya Berkembangnya Nyamuk Aedes aegypti

Berkembangnya nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan penyakit DBD dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

  1. yang buruk, Banyaknya saluran-saluran air (got) yang mampet akibat tersumbat sampah atau yang lainnya menyebabkan jentik-jentik nyamuk sangat mudah berkembang biak.
  2. Banyak air tergenang dan lembab, jentik-jentik nyamuk akan sangat mudah berkembang biak di air yang tergenang dan lembab.
  3. Perubahan lingkungan akibat dan pembangunan pemukiman, kejadian yang sering terjadi saat ada pembangunan sebuah rumah atau gedung terdapat galian yang tidak tertutup dengan sempurna yang memungkinkan nyamuk mudah berkembang biak.
Baca Juga:  Ridwan Saidi : Suara Azan Alirkan Gelombang Bersih

Tentunya hal ini menjadi problem seluruh bangsa Indonesia baik pemerintah maupun masyarakat umum. Pemerintah mengimbau seluruh masyarakat Indonesia agar selalu dan tetap melakukan pemberantasan nyamuk dan sarang-sarangnya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik yaitu dr. Siti Nadia Tarmizi yang dilansir Kompas.com pada 28 April 2020.

“Dengan kondisi bekerja dan belajar saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk lebih menggiatkan kegiatan bersih-bersih rumah dan lingkungan.”

Cara yang sering dianjurkan dan dilakukan adalah gerakan 3M:

  • Menguras kolam atau bak penampungan air
  • Menutup kolam atau bak penampungan air dengan maksimal
  • Mengubur barang-barang yang berpotensi menimbulkan genangan seperti panci, botol, dan sebagainya.

Akan tetapi, selain menggalakkan anjuran gerakan 3M, pemerintah tetap melakukan kajian untuk menekan kasus penyakit DBD di Indonesia, salah satunya adalah dengan Teknik Serangga Mandul (TSM).

Baca Juga:  DPP HIPMA MPH; Pemerintah Perlu Maksimalkan Penyerapan Beras Dari Petani

Teknik Serangga Mandul (TSM) merupakan teknik yang digunakan untuk mensterilkan (memandulkan) nyamuk jantan dengan menggunakan sinar gamma. Teknik ini memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah populasi nyamuk. Dengan sterilnya nyamuk jantan, hal ini menyebabkan tidak terjadinya pembuahan ketika nyamuk jantan kawin dengan nyamuk betina.

Menurut Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot Sulistio Wisnubroto, Teknik Serangga Mandul telah diterapkan lebih dari 50 tahun oleh seluruh dunia.

Teknik Serangga Mandul memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknik lainnya, diantaranya:

  • Hemat biaya
  • Lebih ramah lingkungan, bahan baku tidak berasal dari bahan kimia berbahaya
  • Lebih mudah digunakan
  • Lebih efektif, tingkat efektivitas TSM mencapai 96,35% hal ini tergolong tinggi.

Penelitian TSM telah dilakukan oleh BATAN melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) sejak tahun 2005. Sedangkan pengaplikasiannya dilakukan Pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, teknik tersebut dilakukan di wilayah Jakarta, Salatiga, dan Bangka Barat. Dan hasil yang didapatkan adalah populasi nyamuk di wilayah tersebut menurun secara signifikan.

Baca Juga:  Copot Direksi Waskita Satu-satunya Solusi?

Saat ini, Batan terus mengembangkan TSM agar dapat lebih maksimal dalam penerapannya dan diharapkan menjadi untuk menekan kasus penyakit DBD di Indonesia.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk kita semua yang membaca.

Penulis: Siti Sumiati Solihat
( Jurusan Biologi Fakultas Sains, Universitas Negeri Maulana Hasanuddin Banten)