Beranda Budaya

Sanggar Lebak Membara: Merawat Tradisi – Meruwat Generasi

Sanggar Lebak Membara: Merawat Tradisi – Meruwat Generasi
Penampilan Rampak Bedug Sanggar Lebak Membara pada event Parade Budaya Nusantara di Jakarta 2016

LEBAK, Pelitabanten.com – Berawal dari kegelisahan akan keinginannya melestarikan nilai-nilai dan budaya tempat dimana ia lahir dan dibesarkan; serta dari kegelisahannya terhadap -anak muda yang kian abai terhadap kesenian tradisional, dengan segenap keterbatasan ia bertekad membangun sebuah sanggar, bertujuan mengajak anak-anak muda berkumpul, belajar dan berlatih agar kesenian tradisional daerahnya dapat terawat dan lestari.

Adalah M. Rendi Aminudin, ketika empat tahun yang lalu telah memulai upayanya membangun sebuah wadah kegiatan yang dinamainya; Sanggar Lebak Membara, beralamat di Jl. Siliwangi Gang H. Juhri 1 Kp. Dukuh RT. 02/Rw. 07 Kel. Rangkasbitung Barat, Kec. Rangkasbitung, Kab. Lebak – Banten. Dengan tekad dan semangat yang menjadi filosofi dasar atas niatnya, seperti yang dijelaskan Uan, begitu M. Rendi Aminudin biasa disapa, “Jadi filosofi Lebak Membara itu walaupun kita hidup di bawah – di lebak – (dalam Bahasa Sunda: tanah datar yang rendah) tetapi kita tetap memiliki semangat yang membara, semangat untuk melestarikan seni tradisi Lebak,” ujarnya kepada Pelitabanten.com. Rabu (18/1/2017)

Perlahan namun pasti, Uan mengajak anak-anak muda di sekitar kediamannya untuk melakukan kegiatan latihan secara rutin. Dan kesenian tradisional yang pertama kali digarapnya adalah “ngarak sunat”. “Latihan kesenian tradisional pertama kali yang dilakukan bersama anak-anak muda disini, Ngarak Panganten Sunat, yang diiringai dengan musik terbang atau rebana dan kami memperagakannya pada saat ada tetangga kami yang menggelar khitanan,” kenangnya empat tahun silam.

Baca Juga:  Napak Tilas Sejarah Masjid Agung Banten

Setelah satu tahun menekuni niatnya, barulah kemudian ayah dua anak ini semakin memfokuskan dirinya pada pengembangan kesenian tradisional yang lain, “Setelah setahun menekuni kegiatan sanggar, kemudian saya mencoba merambah dan menekuni bentuk-bentuk kesenian tradisional lain seperti Rampak Bedug, Musik Bambu, Tari Jaipong, Upacara Adat Lengser atau menyambut calon mempelai pria pada pesta pernikahan dan semua bentuk kesenian tradisional khas Lebak dan Banten,” jelas Uan.

Seiring waktu berjalan, Sanggar Lebak Membara mulai memasuki ruang-ruang ekspresi kesenian yang semakin luas. Berkesempatan tampil di acara-acara pemerintahan maupun resepsi-resepsi baik pernikahan ataupun khitanan. “Setelah menekuni dan mendalami beberapa kesenian tradisonal yang lain, barulah kami mulai mendapat kesempatan tampil di acara-acara pemerintahan, seperti pembukaan Pameran Lebak, tampil di acara DPRD Kab. Lebak dan lain-lain. Dan jika diminta, kami juga tampil pada acara hajatan di masyarakat seperti pernikahan dan khitanan,” ungkapnya.

Tidak hanya di daerahnya sendiri, Sanggar Lebak Membara semakin melebarkan kiprahnya mengikuti berbagai event kesenian yang terbilang bergengsi. Seperti keikutsertaan pada event Festival Krakatau 2015 di Bandar Lampung, Festival Musik Anak 2016, di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah dan Parade Budaya Nusantara 2016 di Jakarta sebagai utusan Provinsi Banten. Sanggar Lebak Membara juga menorehkan prestasinya sebagai Penata Musik Terbaik ke-2 pada event Lomba Cipta Lagu Daerah se-Provinsi Banten tahun 2016.

Baca Juga:  Dorong Produktivitas Pertanian, Ace Hasan: Petani Harus Bangga dengan Pekerjaannya

Lebih lanjut Uan menjelaskan perihal fokus kesenian tradisonal yang digeluti sekarang, “Selain Rampak Bedug, saat ini kami tengah mendalami Musik Bambu, yakni perpaduan musik khas Baduy dan Modern yang dikemas secara kontemporer dengan memainkan alat musik tradisioanl seperti Calung Renteng, Angklung Baduy, Terbang Gede dan Bedug Talingtit”, ungkapnya penuh antusias.

Sanggar Lebak Membara saat ini telah menjadi pusat kegiatan kesenian tradisioanl bagi masyarakat dari anak-anak hingga dewasa. Meskipun properti yang telah dimiliki relatif cukup memadai, namun ada satu yang selama ini menjadi keinginan, seperti dikatan Uan, “Alhamdulillah, kalau alat-alat sih lumayan lengkap, tapi ada satu yang belum kami miliki, dan itu menjadi keinginan yang sampai sekarang belum terealisasi, yaitu ingin memiliki seperangkat alat musik Gamelan Degung” ujarnya penuh harap.

Dijelaskan oleh Uan, selain kegiatan tetap yang dilakukan di sanggar, seperti jadwal latihan Rampak Bedug untuk SMA/ Umum setiap hari Rabu, untuk siswa SD setiap hari Minggu, dan latihan musik tradisi bagi siswa SD setiap Sabtu. Juga ada kegiatan latihan yang waktunya menyesuaikan menjelang jadwal pementasan sebagai undangan yang dapat dihubungi melalui kontak WA 085215014042.

Baca Juga:  Rampak Buto Tampilan Satpol PP Memukau Pengunjung Festival Cisadane

Beberapa lembaga pendidikan yang pernah dan masih menjalin kerjasama melakukan pelatihan kesenian diantaranya, Pondok Pesantren Daar el Azhar, Pondok Pesantren Daarussa’adah, , SMP Negeri 3 Rangkasbitung, SMP Negeri 2 Sajira, SMA Negeri 2 Rangkasbitung dan Negeri 1 Rangkasbitung.

Kiprah Sanggar Lebak Membara terus berupaya memberikan pengabdian terbaik bagi masyarakat melalui pengembangan seni tradisi. Uan, sosok seniman yang merupakan bagian dari keluarga besar Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Rangkasbitung ini pun berharap, “Semoga Sanggar Lebak Membara menjadi mitra Pemerintah dalam upaya menggali dan melestarikan nilai-nilai kesenian tradisional Lebak yang kita cintai, sebab dengan merawat tradisi, kita juga ingin menyelamatkan generasi agar tak tergerus oleh arus globalisasi yang tak punya hati,” pungkasnya.