Beranda Opini

Istikharah; Memantapkan Hati

Istikharah; Memantapkan Hati
Foto: KH Hendri Kusuma Wahyudi, Lc, Pimpinan pondok pesantren Modern Al Bayyinah, Cisoka, Kabupaten Tangerang

Pelitabanten.com – Di dalam setiap memutuskan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan, hendaknya selalu diawali dengan melakukan shalat Istikharah. Shalat Istikharah adalah shalat yang berfungsi untuk memantapkan hati di dalam memutuskan suatu masalah. Sehingga hasil yang didapat bisa sesuai dengan harapan. Kalau pun pada kenyataannya tidak sesuai harapan, namun memberikan keyakinan bahwa apa yang dihasilkan merupakan pilihan yang terbaik dari Allah SWT. Maka baik buruknya adalah tergantung dari Dzat Allah SWT. Sebab berapa banyak manusia menilai sesuatu itu baik, padahal buruk disisi Alloh SWT. Tetapi sebaliknya, berapa manusia menilai terhadap sesuatu itu buruk padahal ia baik menurut Nya. Untuk itu dengan shalat Istikharah adalah manusia menggantungkan seluruh masalahnya kepada Sang Maha Kuasa. Dalam hal ini Allah adalah sebagai Dzat yang Maha Kuasa dan Kuat dan Menentukan. Tidak ada makhluk satu pun yang dapat menandingi kekuasaan dan Kekuatan Nya itu.

Berkaitan dengan pilihan terbaik manusia, Di dalam Alquran Allah SWT telah berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS Albaqarah: 216 )

Ayat diatas dengan tegas menyatakan bahwa yang dapat menetukan baik buruknya suatu hal bagi manusia adalah Allah SWT. Dan manusia hanya diwajibkan untuk berdoa dan berusaha. Niat manusia untuk melakukan yang terbaik adalah menjadi prasyarat pula dalam menghasilkan maksud yang dituju.

Dan semakin sering berdoa kepada Nya, maka akan semakin yakin akan diberikan yang terbaik oleh Nya. Dan tidak ada pemberian yang terbaik kecuali hanya dari Nya. dan Istikharah adalah diantara dari sekian cara untuk bisa diberikan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan.

Sesekali apa yang Allah nilai bagi manusia, tentu tidak akan melesat sedikitpun dan buruk bagi manusianya itu sendiri. seperti banyak yang terjadi pada penilaian manusia terhadap Alloh SWT. Dan sekali lagi, Allah SWT tidak akan menjerumuskan kepada jalan kesesatan bagi manusia, terlebih bagi hamba-hamba Nya yang selalu dekat dengan Dzat Nya. dan tidak ada yang dirugikan sedikit pun oleh manusia dengan pilihan Nya.

Di dalam prosesi shalat Istikharah pun hendaknya dilakukan dengan kekhyusu’an. Penuh ketawad’uan dan rendah diri di hadapan Nya. bahkan hendaknya diiringi lingan air mata sebagai wujud dari keseriusan memohon kepada Nya. Dan Allah hanya menyukai dan akan mengabulkan bagi mereka yang melakukanya dengan sungguh-sungguh.

Beristikharah adalah beribadah kepada Nya. Manusia yang beribadah kepada Alloh SWT adalah sedang mentaati Nya. Ketaatan kepada Nya merupakan ibadah. Makhluk yang tidak menyukai ketaatan kepada Alloh SWT adalah setan atau Iblis.

Maka dengan demikian syetan merasa senang dan bangga jika ada dari manusia yang mengundur-undurkan niat ibadahnya. Karena dengan berniat ibadah saja kepada Alloh SWT, merupakan kebaikan bagi manusia itu sendiri.

Tentu bagi manusia yang tidak berniat ibadah kepada Nya, merupakan perbuatan dzalim yang akan merugikan dirinya sendiri.

Agar selalu terhindar dari hasil yang merugikan secara keimanan. Di mana segala sesuatunya dikembalikan kepada sang Maha Pemilik dan Merajai. Hendaknya manusia itu banyak memohon bimbingan dan hidayah kepada Alloh SWT. Dan diantara cara memohon kepada Nya cukup dengan melakukan shalat Istikharah. Adapun Doa Istikharah adalah sebagai berikut:

Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.”

Dengan memohon petunjuk dan hasil terbaik dari usaha yang dilakukan, maka istikharah menjadi sebuah ritual keharusan dalam mencari sebuah penyelesaian masalah dengan hasil yang memuaskan. Namun dengan sifat-sifat manusia yang tamak dan rakus, kadang kala apa yang telah dihasilkan adalah selalu merasa kurang. Padahal kekurangan yang dirasakannya adalah bersumber dari nafsu. Tidak akan ada kebaikan bila seluruh perbuatan dan ucapan manusia bila bersumber darinya. Gantungkanlah dan tawakkalah kepada Alloh SWT dengan apa yang telah diusahakan dan didoakan. Karena ia mendatangkan ketenangan di dalam hati.

Artikel Ditulis Oleh KH Hendri Kusuma Wahyudi, Lc, (Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al Bayyinah, Cisoka, Kabupaten Tangerang)