Beranda Budaya

Art’Venture: The Territory of Gajeboh, Panggilan dari Baduy buat Para Seniman Rupa

Art’Venture: The Territory of Gajeboh, Panggilan dari Baduy buat Para Seniman Rupa
Asep Sofyan atau Opyank, ketiga dari kiri bersama para seniman rupa di sebuah acara (Foto: Hentje Saputra)

LEBAK, Pelitabanten.com – Prologue: Menyimak dari berbagai cerita rakyat di Banten, orang Baduy konon keturunan Pajajaran yang berasal dari para senapati dan punggawa setia raja, yang melarikan diri ke dalam hutan di pegunungan Kendeng Banten Tengah. Disebabkan masuknya agama Islam pada akhir abad XIV awal abad XV yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati memalui pantai utara Cirebon sampai ke ujung barat pulau Jawa.

Pengaruh ajaran Islam yang meluas hingga ke seluruh pelosok Banten membuat Raja Prabu Pucuk Umun berserta para Punggawa setia terpaksa meninggalkan kerajaan Siliwangi yang kala itu berpusat di Banten Girang. Peristiwa yang dikisahkan dalam perjalanan yang terlunta-lunta, duka lara sampai lapar dan dahaga tidak terasa. Istana megah serba berhias kemewahan harus ditinggalkan. Menembus belukar di tengah hutan berbukit dan berbatu. Meninggalkan dunia fatamorgana menyatu dengan dunia yang alami dalam mengukir kehidupan baru secara berdampingan dan bersahabat dengan alam untuk menemukan ketenangan, kedamaian dan ketentraman jiwa.

Demikian itu, adalah syair sebuah pantun yang sering ditembangkan diantara tradisi tahunan, manakala batang padi di ladang mulai berbunga. Cerita yang mengungkap akhir perjalanan sampai ke sebuah hutan belantara bernama pegunungan Singkur Mandala Singkah, hutan tua yang teramat angker. Tempat paling pertama yang didatangi para eksil (pelarian) dari rezim yang berkuasa saat itu menjadi petilasan yang sangat disucikan, yang sekarang dikenal dengan nama Panembahan Arca Domas atau Petak 13. Lokasinya berada di hulu sungai Ciujung, tempat yang masih lengkap dan utuh dengan situs-situs peninggalannya berupa Punden Berundak Tujuh, Batu Mangger, Batu Lumpang, Saung Talahap, serta makam-makam tua yang ditandai nisan berlumut. Lokasi ini merupakan daerah terlarang di samping merupakan kawasan tertutup yang sangat rahasia bagi siapa saja. (Sumber: Potret Kehidupan Masyarakat Baduy, Djoeisno MS)

Memang tidak ada pakem atau pahatan yang mengisahkan adanya petilasan di kawasan hutan Kendeng dengan kehidupan masyarakat Baduy. Tapi ada tanda-tanda yang menunjukkan hubungan rahasia dengan para tokoh adat Baduy terkemuka lewat ziarah tahunan yang dilakoni dengan upacara adat. Seperti yang saat ini tengah berlangsung, yakni Tradisi Kawalu. Surat tertanggal 16 Januari yang ditandatangani Saija, Kepala Desa Kanekes, bernomor 145/10/Ds.Kan/2001/16/01/2017 tentang Pemberitahuan KAWALU, diberitahukan kepada wisatawan yang akan berkunjung ke Baduy Dalam ditutup untuk sementara mulai 28 Januari s.d 30 April 2017. Atau 1 Sapar menurut hitungan Baduy. Wisatawan hanya bisa berkunjung ke Baduy Luar. Kawalu merupakan rangkaian upacara adat Baduy yang puncaknya adalah Tradisi Seren Taun dilanjutkan dengan tradisi Seba Baduy; mengunjungi Ibu Gede, Bupati Lebak; dilanjutkan ke Bapa Gede, di Pendopo Gubernur Banten.

Sebenarnya masyarakat baduy adalah salah satu kelompok masyarakat adat yang sampai saat ini masih sangat ketat mengikuti adat istiadat. Mereka bukan masyarakat terasing, terpencil ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Pada saat tertentu mereka menerima para tamu yang sengaja berkunjung ke wilayahnya, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan pengunjung mentaati adat istiadat yang berlaku, antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Baduy Dalam, dan tidak menggunakan sabun atau pasta gigi di sungai.

Upaya pelestarian alam dan tradisi adat Baduy terus digelorakan oleh para pecinta lingkungan dari berbagai kalangan. Tak terkecuali oleh anak muda yang tergabung dalam Wadah Kreasi Seni (WKS), Kuldesain dan Opyank Art. Mengusung tema ARTVENTURE “Territory Of Gajeboh”, sebuah perhelatan akbar yang diperuntukan bagi para perupa dan photografer se-Provinsi Banten dan sekitarnya. Berupa kegiatan melukis bersama di tengah alam dan pemukiman Adat Baduy. Acara ini berlangsung selama dua hari, 29 s.d 30 April 2017. Dengan ketentuan sebagaimana diterangkan dalam poster. “Kami mengundang rekan-rekan pelukis dan para photografer untuk bersama-sama melestarikan alam dan tradisi adat Baduy dengan merekamnya ke dalam kanvas atau lewat photografy”, kata Asep Sofyan, selaku Ketua Panitia. Kamis (23/2/2017).

Acara yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Dewan Kesenian Lebak (DKL) ini juga tidak hanya diperuntukan bagi para pelukis dan photografer, namun juga bagi para pecinta alam dan pihak-pihak yang peduli terhadap pelestarian adat dan budaya Baduy. Bagi para peminat yang ingin mengikuti acara ini dapat menghubungi di nomor 087772020119 dan mengisi formulir yang tersedia di lampiran artikel ini. Lebih lanjut kata Opyank, sapaan akrab Asep Sofyan “kami mengajak semua anak muda yang peduli terhadap pelestarian adat Baduy untuk bersama menjalin silaturahmi dengan cara berkunjung ke Baduy, menikmati keindahan alam dan mengenal lebih dekat masyarakatnya”, pungkas pria yang mengaku masih singel ini.