Pelitabanten.com – Pandemi menyebabkan kondisi dunia kesehatan di Indonesia merosot. Kondisi yang masih belum benar-benar baik lalu dihantam covid-19 membuat para tenaga kesehatan harus bekerja ekstra berat dengan berbagai keterbatasan peralatan kesehatan. Para Nakes (Tenaga Kesehatan) pernah dirundung kelangkaan APD pada april lalu yang membuat mereka rentan disaat melayani pasien Covid-19.
Hal ini sering dikaitkan dengan banyaknya Nakes yang meninggal dunia. Data dari IDI menunjukkan bahwa per 3 Oktober terdapat 130 Dokter dan 92 Perawat yang meninggal. IDI menyayangkan hal ini karena data lain menunjukkan bahwa jumlah dokter di Indonesia merupakan salah satu yang terendah di Asia bahkan Dunia, sehingga ini menjadi suatu kehilangan yang amat besar bagi bangsa Indonesia.
Selain itu, mereka harus melayani pasien biasa ditambah dengan pasien Covid-19. Dari sisi pasien juga tidak kalah mengkhawatirkan. Penambahan pasien covid-10 rumah sakit penuh dan beberapa dari mereka harus dioper dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain.
Kondisi ini didasari oleh minimnya akses dan fasilitas kesehatan beserta persebarannya yang belum merata. Di daerah yang aksesnya minim maka akan mengalami kesulitan dalam menangani pasien-pasien dengan gejala yang berat sehingga kemungkinan untuk meninggal menjadi besar. Covid-19 sudah menyebabkan lebih dari 100 ribu orang meninggal sejak maret hingga hari ini.
Dengan pertimbangan bahwa vaksinasi masih diterapkan pada januari 2021 ditambah vaksinasinya akan berjalan selama kurang lebih tiga tahun, maka peningkatan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan menjadi mutlak diperlukan. Kualitas fasilitas yang baik dapat tercermin dari kesediaan peralatan kesehatan yang memadai. Kedua hal ini masih menjadi tantangan bagi Indonesia, ada pandemi ataupun tidak.
Wakaf Sebagai Jawaban
Wakaf merupakan salah satu instrumen Islam yang ampuh untuk mengatasi berbagai problema ekonomi dan sosial. Wakaf sudah banyak dikembangkan para ahli ekonomi Islam dengan berbagai skema dan peruntukan hingga saat ini. Namun, dalam praktiknya masih kurang maksimal. BWI (Badan Wakaf Indonesia) melalui Komisioner, bapak Sasono Yusuf menyampaikan fakta bahwa dana wakaf yang diarahkan ke bidang kesehatan masih sangat terbatas.
Saat ini wakaf mayoritas masih memiliki konteks sosial keagamaan dan pendidikan. Padahal sektor kesehatan yang sejatinya belum baik lalu menjadi makin terpuruk akibat pandemic Covid-19 memerlukan banyak uluran tangan. Oleh karena itu, dari problem bidang kesehatan indonesia dan pengembangan wakaf, kami membuat sebuah terobosan Wakaf Link Sukuk yang dana hasil wakafnya digunakan untuk pemerataan fasilitas kesehatan dan alat kesehatan yang ada. Wakaf Link Sukuk sudah diterapkan oleh pemerintah Indonesia sehingga tidak perlu diragukan lagi terkait kematangan konsepnya.
CWLS sebelumnya sudah pernah diterbitkan untuk non-ritel pada maret lalu dan pada oktober ini sudah mulai masa penawaran untuk CWLS ritel. Jika pada suatu daerah masih belum ada fasilitas kesehatan maka dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan.
Dan jika yang lebih urgen ialah alat kesehatan seperti maka dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan peralatan kesehatan di fasilitas kesehatan yang masih kekurangan. Kebutuhan akan peralatan kesehatan seperti ventilator dan tempat tidur sudah tentu menjadi lebih besar akibat pandemi saat ini. Sehingga diharapkan nantinya wakaf dapat membantu menuntaskan permasalahan ini.
Penulis: Asep Maulana, Zakky Royhul (Mahasiswa Universitas Airlangga, Departemen Ekonomi Islam)