Pelitabanten.com – Saat kita tengah nyaman bekerja, lantas perusahaan kita bangkrut, kita dipecat, apa yang akan kita lakukan?
Atau saat membangun bisnis, tiba-tiba bisnis kita hancur, apa yang kita akan lakukan?
Saat kita tengah menghadapi nyamannya kesuksesan, tiba-tiba kita menghadapi kegagalan, apa yang akan kita lakukan?
Pertanyaan itu sepertinya sangat mudah dijawab. Kalau dipecat, kita cari lahan penghasilan lain, kalau bisnis hancur kita bisa bangun kembali, kalau gagal kita harus bangkit untuk kembali berhasil. Kalau kalah, bertanding lagi sampai menang…
Lantas pertanyaan lain akan muncul, PERNAHKAH kita benar-benar mengalaminya? Saat dimana kita benar-benar jatuh terpelanting dalam kegagalan, lalu apakah kita akan bangkit kembali?
Tak semua orang yang sudah jatuh dapat bangkit kembali dengan semangat yang sama. Banyak yang malah bangkit hanya dengan setengah semangatnya, atau bahkan tak berani bangkit karena kehilangan semangat yang semuanya telah sirna. Padahal, untuk bangkit kedua kalinya, kita harus memiliki semangat yang lebih kuat ketimbang sebelumnya.
Aku teringat seorang rekan yang telah bertahun-tahun selalu menjadi jawara atas lomba yang ia ikuti, ide kreatifnya tak pernah mati, setiap perlombaan dia ikuti dengan hasil yang tak mengecewakan, minimal sampai final.
Lantas, pada suatu saat ketika seluruh lomba menghantarkannya hanya sebagai peserta, tak sampai final apalagi juara, akankah hal itu menyurutkan semangatnya, dan menghentikan langkahnya? “Mas, ternyata sudah banyak anak muda yang lebih kreatif, saya ternyata sudah tua, sudah mulai tumpul….”
Rhenald Kasali dalam buku “Change” menceritakan penelitian Thomas Robert Malthus (1778) di Inggris, yang berjudul “an essay on the principle ojjhskaf population as it affect the future improvement of society”, Malthus menuturkan bahwa populasi penduduk bumi akan tumbuh jauh melebihi kemampuan bumi menghasilkan makanan bagi manusia.
Penelitian ini demikian menghebohkan, penduduk Inggris akhirnya terpecah menjadi 2 golongan dalam menghadapi kenyataan ini, Kaum Pesimis dan Kaum Optimis. Kaum Pesimis membuat keributan, menyalahkan kerajaan,dan merasa ketakutan. Sedangkan kaum optimis melakukan penelitian, dan bertindak cermat untuk menyelamatkan kehidupan.
Berkat kaum optimis inilah, prediksi Malthus meleset. Inggris keluar dari ancamana itu melalui tiga langkah besar, Emigrasi dengan teknologi transportasi laut, revolusi pertanian, dan revolusi Industri.
Dalam sejarah kehidupan manusia, kita memang ditakdirkan untuk mencari jawab atas setiap masalah yang kita temukan. Saat manusia bertelanjang,kehujanan dan kelaparan, naluri kita mulai mencari cara untuk memenuhi kebutuhan asasi sandang, pangan dan papan tersebut. Dari mulai pakaian terbuat dari daun dan kulit binatang, kini ribuan bahan bisa digunakan untuk membuat pakaian, itu semua hasil kreatifitas manusia.
Mencari makan dengan berburu adalah naluri paling awam saat menusia pertama diciptakan. Sadar hewan semakin langka, mereka bercocok tanam dan berternak, hingga akhirnya bisnis makanan tak pernah kehabisan ide menciptakan menu yang semakin aneh dan beragam.
Kebutuhan alat komunikasi yang bermula dari isyarat, kata-kata, tulisan, pengiriman pesan melalui asap, burung merpati, hingga akhirnya kini dapat tercipta komunikasi jarak jauh melalui telepon, sms, email, bahkan teleconference via video call. Pun itu semua adalah hasil dari kreasi manusia yang tak pernah berhenti.
Semangat berjuang dan pantang menyerah adalah salah satu kodrat manusia yang paling hakiki, sebab tanpa itu manusia tak lagi dapat bermakna. Pun mereka yang telah renta, selalu diberikan kesempatan untuk menciptakan nilai berarti bagi sekelilingnya. Lantas, apakah kita akan berhenti sekarang?
Bangkitlah..!!!! Ingalah Saat baru mulai belajar naik sepeda, kalau saja luka dan memar akibat jatuh dari sepeda menghentikan kita untuk berlatih, maka kita tak akan pernah bisa naik sepeda hingga kini. Kalau saja dulu kita ‘kapok’ untuk belajar berjalan saat terjatuh, maka selamanya kita tak akan bisa berjalan dengan baik.
Mestinya kita bisa belajar dari semangat saat kita masih anak kecil yang tak pernah berhenti belajar dan penuh rasa ingin tahu. Anak kecil tak pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, baginya segala sesuatu sangat mungkin diraih. Semakin dewasa, kita mendapati segala sesuatu menjadi semakin sulit diraih.
Padahal, Orang SUKSES selalu dapat MEMBANGUN Fondasi dari BATU-BATU yang DILEMPARKAN orang lain kepadanya. Dan hidup memang seperti bola Bekel, Seringkali Tuhan menekan dengan sangat kencang, agar kita memantul lebih tinggi. Maukah kita segera bangkit untuk melesat lebih tinggi?
Seperti tukang becak atau ojek sepeda di depan kantorku, kayuhan pertama selalu lebih berat, setelah melaju pasti lebih ringan. Pun saat bertemu lampu merah atau tanjakan, sangat berat, tapi setelah itu menjadi ringan.
BULAN yg besar & indah kadang TERHALANG oleh SEHELAI DAUN yang MENUTUPI MATA. Pun IMPIAN yang besar seringkali KANDAS oleh hal SEPELE yg mengecewakan dan MELENAKAN. Bangkit, dan singkirkan helai daun di mata kita..!!!
Seperti TELUR MENETAS,PERUBAHAN datang dari DALAM ke LUAR. Ubah diri kita dahulu, agar dapat mengubah hidup kita. Dan kebangkitan seperti KEPOMPONG, akan menjadi KUPU-KUPU yg baik jika dapat membongkarnya dari DALAM.
Dan apapun yang terjadi, sampai kapanpun, hidup seperti permainan, yang menikmatinya yang akan selalu sukses.. Maka, bangkitlah..!!!
Oleh: Abdul Latief, WTS
WTS: Writer Trainer Speaker. Penulis telah menerbitkan beberapa buku dan aktif di pengembangan sumber daya manusia, training public speaking, leadership, managemen, motivasi, dan beragam program lainnya bagi termasuk menyemai pengembangan para pelajar dan mahasiswa di Banten dengan program Early Leadership dan Early Motivaton.
follow twitter: @pondok_harmoni
Instragram : @abdullatiefku & @harmonydailyquotes