Dalam perspektif primordial; kategori etnik didasarkan pada dasar-dasar budaya sama yang bersifat given seperti: mengacu pada asal-usul keturunan, tempat kelahiran, anutan agama, bahasa, adat istidatan dan praktek sosial lain. Sedangkan dari perspektif instrumental, konseptualisasi etnik dibentuk secara dinamis dan bersifat situasional dalam lingkup interaksinya dengan pembawa identitas budaya lain pada berbagai dimensi sosial dan institusional. Persoalannya, boleh jadi sebagai isu kedua, bagaimana konsep etnisitas diimplementasikan untuk membangun identitas etnik pada sebuah teritori yang sekarang dinamai Banten? Kecuali Betawi, keberadaan kultur Sunda dan Jawa di daerah Banten adalah fakta bahwa identitas budaya Banten dibentuk oleh dimensi primordial yang secara given bersumber pada dua great tradition. Pada dimensi ini, tidak perlu kita beranggapan bahwa Kultur Sunda dan Jawa Barat maupun di Jawa Tengah atau Jawa Timur, karena dalam kedua entitas itu terdapat akar budaya dan arah perkembangan sendiri dalam lintas waktu dan ruang. Maka, jika boleh dilandaikan, kita memang menemukan unsur budaya Sunda dan Jawa, namun yang lebih dirasakan adalah Banten’nya.
“Di sinilah urgensinya melakukan kajian masalah etnik [atau sub etnik] dan identitas budaya dengan menggunakan konsep etnisitas. Dari pendekatan sosiologis, kita dapat mengenali gejala etnisitas melalui dua prespektif, yaitu primordial dan instrumental,” jelasnya.
“Dari buku yang berjudul dari Sunda menuju Banten, setelah dibaca, maka kita akan menemukan suatu ilham yang menarik tentang pengetahuan baru yang di era milenial ini perlu kita sampaikan kepada generasi-generasi muda bahwasannya, suku sunda dalam hal ini Banten, erat kaitanya dengan islam dan nasionalisme. Dalam konteks budaya kaitan islam dan nasionalisme bagian daripada pengejawantahan heterogenisme indonesia yang dinamis dan unik yang diturunkan oleh nenek moyang kepada kita sebagai generasinya. Maka dari itu tugas kita menjaga warisan itu dan menjalankannya sebagai perilaku berbangsa dan ber-agama,” tutupnya. (MIR)