Pagi senja terggambar hamparan dedaunan berkilau
Seolah menampar kumandang ranting berdendang
Aku berdiri hening bersenandung
Pelan-pelan teraba angin namun hilang
Sejenak kugengam diam
Namun terlepas oleh helaan nafas tangis
Kaki ku melangkah entah untuk apa
Memikul kata-kata yang tak pernah kudengar
Kelopak mataku tak henti terpaku di sudut rumah megah
Beralaskan ketenangan dan kepahitan
Aku terbius mungkin habis menjadi busuk
Ketika fajar tertidur binatang malam mulai berdatangan
Tak kunjung kaki tesiram darah
Hujan menggarah bergairah hingga ujung lututku
Ia turun mungkin untuk menertawakan tubuh payah ini
Seolah untuk menggiring ku masuk ke dalam rumah
Hingga fajar terbangun aku masih tertegun disini
Hingga nyata terasa rumah megah megah ini
Hanya mimpi
Namun teramat hangat disanubari
Mungkin berdiri kokoh hingga ku mati
Penulis: Rina Kanayakanaka