SERANG, Pelitabanten.com – Gubernur Banten Wahidin Halim selaku Abah Gede menyambut dan menerima 1.388 masyarakat Baduy dalam ritual Seba yang dipusatkan di Alun-alun Barat Kota Serang, Sabtu, 21 April 2018.
Gubernur Wahidin menyambut penuh suka cita ribuan masyarakat Baduy dalam dan luar yang telah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dari Desa Kanekes itu. WH, sapaan khas Wahidin, secara khusus memberikan pesan kepada seluruh warga Banten melalui Seba Baduy tersebut.
Dalam sambutannya, dia meminta masyarakat Banten untuk menjaga kelestarian alam yang menjadi pusat kehidupan, khususnya bagi masyarakat Suku Baduy.
“Janganlah kita merusak alam, jangan merusak pantai, jangan merusak gunung-gunung yang memberikan kontribusi bagi kehidupan kita. Alam bagi masyarakat Baduy adalah hal penting dan strategi sebagai sumber kehidupan” kata WH.
Dia juga menyampaikan apresiasinya bagi masyarakat Baduy yang sampai saat ini masih bisa menjaga budaya dan tradisi turun-temurun di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota yang sudah terjamah oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
“Di sana, tidak ada ujaran kebencian. Mereka hidup damai, mereka tenteram. Mereka tidak terpengaruh budaya luar dan termasuk budaya-budaya lainnya,” ujar WH.
“Mereka adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kelestaraian alam. Saya sebagai Abah Gede, sebagai Gubernur Banten mengucapkan selamat datang, saya selalu berdoa semoga saudara-saudara kita semua dari Desa Kanekes Suku Baduy tetap mempertahankan tradisinya.” ucapnya
Sementara itu, Tokoh adat Baduy Saija mengatakan masyarakat Baduy mencintai kedamaian, kerukunan juga saling menghormati dan menghargai sesama manusia. Bahkan, masyarakat Baduy berjumlah 12.000 jiwa dari 3.465 kepala keluarga (KK) memiliki 65 kepala rukun tetangga (RT), sebanyak 13 kepala rukun warga (RW) dan 96 pimpinan lembaga adat mencintai negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).
Perayaan Seba diantaranya implentasi kecintaan terhadap NKRI dengan menjalin silatuhrahmi bersama kepala daerah juga pejabat daerah. “Kami sangat mencintai kedamaian,persatuan dan kesatuan juga melestarikan lingkungan alam sebagai warisan dari leluhur,” katanya
Saija mengatakan, masyarakat Baduy selama ini belum pernah terjadi peredaran narkoba,miras oplosan, judi maupun kekerasan seksual terhadap anak-anak di wilayahnya. Masyarakat Baduy hingga kini tidak ada yang terlibat hukum, termasuk penganiayaan maupun pencurian.
Masyarakat Baduy sejak dulu mengutamakan budaya damai tanpa kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, perayaan Seba merupakan bentuk silatuhrami masyarakat Baduy dengan pemerintah, yakni menyerahkan berbagai hasil panen secara simbolis ke Kantor Gubernur Banten setiap tahun. Perayaan tradisi seba itu dilaksanakan setelah menjalankan ritual Kawalu dengan puasa selama tiga bulan.
Selama ritual kawalu para pengunjung dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang berada di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik. Pada perayaan tradisi Seba itu masyarakat menyerahkan hasil bumi, seperti beras huma, pisang, talas, laksa, gula aren, petai dan ketan ke pimpinan Pemerintah Provinsi Banten.
“Penyerahan hasil bumi merupakan bentuk wujud syukur atas penghasilan bumi selama setahun,” katanya.