TANGERANG, Pelitabanten.com – Tepat 2 Oktober ini merupakan Hari Batik Nasional. Semenjak dicanangkan pada tahun 2009, sejatinya rakyat Indonesia mengenakan batik dalam setiap aktivitasnya.
Kain batikyang telah dinobatkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, badan dunia PBB, telah menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Dan pada kenyatannya, tiap daerah memiliki ciri khas motif, corak dan warna tersendiri yang patut terus dilestarikan. Tak terkecuali batik khas Tangerang, batik Banten, batik Pandeglang, Batik Baduy, Batik Lebak dan sebagainya.
Tapi sudahkah Anda mengenal batik berciri khas Banten, termasuk juga Batik Tangerang? Berikut catatan yang dihimpun dari beberapa sumber.
Batik Banten memiliki ciri dan keunikan yang diangkat dari kearifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan Kesultanan Banten. Untuk motifnya, batik Banten mengacu pada pola dasar ragam hias yang berasal dari benda sejarah purbakala Artefak Terwengkal pada abad 17 yang merupakan hasil temuan ekskavasi arkeolog tahun 1976 di Banten. Dengan rekontruksi benda purbakala itu, pada tahun 2002, para tokoh masyarakat, pemerintah daerah bersama-sama arkeolog, telah mengadakan pengkajian raga hias selama enam bulan. Dan hasilnya, ragam hias khas Banten terdapat 75 motif, dan telah dikukuhkan oleh pemerintah propinsi melalui SK Gubernur Banten nomor 420/SK-RH/III/2003 tertanggal 12 Maret 2003.
Batik Banten memiliki identitas tell story yang artinya, motifnya bercerita. Dan ini memiliki ke-khasan tersendiri ketimbang batik lain. Dari 75 motif batik Banten yang telah dikukuhkan melalui SK Gubernur, 12 motif di antaranya bahkan sudah dipatenkan. Dari ke-12 motif tersebut, terdapat motif dengan nama-nama penembahan kerajaan Banten dan toponim desa-desa kuno. Motif Mandalikan, misalnya, diambil dari nama gelar yang diberikan kepada Pangeran Aryamandalika dalam penyebaran Agama Islam. Ada pula motif Sabakingking yang merupakan nama gelar Panembahan Sultan Maulana Hasanuddin. Motif Batik Banten juga diangkat dari ke-khasan yang ada di sejumlah tempat atau wilayah yang ada di Banten, misalnya Motif Kesatrian, yang berasal dari sebuah perkampungan pesantren di lingkungan Kesultanan Banten, lalu ada pula motif Pamaranggen, nama tempat perajin keris dan assesoris keris di lingkungan Kesultanan Banten. Ada pula motif Simbut, yang coraknya menyerupai daun talas, dan berasal dari suku Baduy pedalaman. Setiap motif dari batik Banten inipun mengandung filosofi tersendiri.
Untuk pewarnaan, batik Banten terkesan banyak didominasi oleh warna-warna lembut. Hal ini sekaligus sebagai representasi dari karakter masyarakat Banten, dimana meski kemauan dan temparemennya cenderung tinggi, namun pembawaannya selalu sederhana dan kalem.
Semenjak dipatenkan pada tahun 2003, batik Banten telah mengalami pross panjang hingga akhirnya dikenal dan diakui secara luas. Bahkan ketenaran batin Banten sudah merambah hingga ke lingkup dunia.
Berbeda dengan Batik Banten, wilayah Tangerang pun memiliki ciri khasnya tersendiri. Hanya saja, pemerintah Kabupaten Tangerang belum mematenkan motif Batik Tangerang. Sampai sejauh ini, motif-motif batik khas Tangerang, baru berasal dari hasil eksplorasi para perajin batik di wilayah kabupaten Tangerang. Meski demikian, dari geliat para perajin batik di Tangerang ini, semua telah berusaha untuk memopulerkan dan memasyarakatkan beberapa motif, di antaranya motif Kacang, motif Ayam Wareng, motif Topi Bambu dan motif Rambutan Parakan. Untuk warnanya, Batik Tangerang banyak bermain di warna gelap dan tegas.
Sedangkan Batik khas Kota Tangerang, sudah jauh bergerak lebih cepat. Sedikitnya ada sepuluh motif batik yang sudah menjadi hak paten Pemkot Tangerang. Ke-10 motif tersebut, adalah motif Tangerang Herang, Nyimas Melati, Perahu Naga, Akhlakul Karimah, Tari Cokek, Cisadane 1, Cisadane 2, Masjid Al Azom, dan motif Barongsai. Seluruh motif yang ada ini, menggambarkan ciri khas dan kearifan lokal yang ada di kota Tangerang dan menjadi ikon Kota Tangerang, seperti perahu naga, sungai dan melati.
Hanya saja, popularitas batik Banten dan daerah lain di propinsi Banten ini belum setenar batik Jawa. Nah, di Hari Batik Nasional ini, adalah saatnya untuk ikut memasyarakatkan dan memopulerkan kekayaan batik khas daerah kita.