Beranda Budaya

KREATIF

KREATIF
Foto: Ilustrasi - Istimewa

“Untuk menjadi kreatif, kita harus terbiasa untuk tidak terbiasa”

–Yoris Sebastian —

Setiap orang punya sisi kreatif, walaupun berbeda kadar dan instensitas penciptaan kreatifitasnya. Bahkan bisa dikatakan, dunia ini terbentuk dan berkembang seperti sekarang adalah hasil kreatifitas.

Tak terbayang rasanya jika kreatifitas hidup telah mati, sekarang mungkin kita masih hidup nomaden dengan kapak perimbas seperti yang digunakan oleh para nenek moyang kita. Kreatifitaslah yang membedakan kita dengan hewan yang tak berkreatifitas dan hanya mengikuti insting hidupnya.

Mereka yang tidak kreatif akan kalah dengan orang yg kreatif. Kreatifitas adalah salah satu modal untuk sukses, kreatifitass tidak tergantung dengan kepintaran, orang pintar bisa jadi kalah kreatif dengan mereka yang tak terlampu pintar namun selalu menemukan sesuatu yang unik, baru, dan berdaya guna tinggi. Bill gates, steve jobs, mark zukerberg bukanlah yang terpintar di sekolahnya, namun kreatifitaslah yang menghantarkan mereka melesat sukses melebihi kawan2 mereka yang lebih pintar.

Mereka yang kreatif akan menghasilkan manfaat lebih besar dari kreatifitasnya yang disalurkan secara benar. Disalurkan dengan benar? Ya.. Tentu, para penjahat, perampok, koruptor, pencopet, adalah para kaum yang sangat kreatif memanfaatkan celah untuk melakukan kejahatan mereka. Para pencopet di bis kota ini, punya banyak cara agar tidak terendus saat melakukan kejahatannya, kalaupun sudah ketahuan, bagaimana caranya lolos juga menuntut kreatifitas.

Baca Juga:  SADAR

Para koruptor, bukankah mereka kaum kreatif? Lihat membocorkan anggaran, menyembunyikan bukti kejahatan, dan berkilah agar bisa lolos jeratan hukum. Kreatif bukan? Itulah akhirnya muncul stigma bahwa para penjahat selalu lebih pintar (baca: kreatif) dari penegak hukum.

Pada akhirnya pertarungan kreatifitas menghantarkan kita pada pertarungan abadi antara kejahatan dan kebaikan. Siapa yang lebih besar kreatifitasnya, maka dialah yang akan menang, jika kejahatan menjadi lebih kreatif daripada kebaikan, maka akan hancurlah negeri tersebut. Semoga saja kreatifitas kebaikan di indonesia selalu bisa mengalahkan kreatifitas kejahatannya.

Kreatifitas jugalah yang bisa menghantarkan seseorang dapat bertahan hidup menghadapi himpitan ekonomi. Albert, temanku yang kini jadi pengusaha catering menuturkan bingung dengan penduduk jakarta yang bisa bertahan hidup dengan hanya berpenghasilkan 500ribu padahal UMR jakarta mencapai 2juta.

Jawabanku sederhana, karena mereka “kreatif mensiasati keterbatasan”. Mereka yang terbatas penghasilannya menggunakan kreatifitasnya untuk mencari makan, tempat tinggal dan kebutuhan hidup dengan harga yang murah. Makan nasi dengan hanya kuah sayur seperti yang ditunjukan salah satu iklan di TV juga adalah bentuk kreatifitas bertahan hidup di tengah keterbatasan. Namun jika kreatifitas yg dimiliki sebatas bertahan hidup dalam kekurangan, mereka tak akan lepas dari jeratan kemiskinan, mereka harus meningkatkan kadar kreatifitasnya dengan sesuatu yg lebih produktif.

Baca Juga:  Berharap Ada Gedung Pertunjukan Memadai di Rangkasbitung, Teater Empat Pentaskan Lakon “Lorong”

Keterbatasan seringkali mendorong orang untuk kreatif, hasilnya bahkan mencengangkan. Gol A Gong misalnya,  seorang pria bertangan satu yang kreatifitasnya mampu menghantarkannya menjadi penulis terkenal dan sangat produktif. Tak terbayangkan bagaimana susahnya mengetik dengan tangan satu, bahkan dia bisa mengemudi dan menjadi atlit badminthon utusan negeri ini dalam Olympiade special paralympic.

Nick Vujisick, yang tak memiliki tangan dan kaki sejak lahir,  menjadikan kreatifitasnya sebagai tangan dan kaki untuk bisa keliling dunia menjadi motivator yang luar biasa. Nick bahkan mampu mempraktekan bagaimana ia mengangkat telepon dan melakukan semua kebutuhan hidupnya secara mandiri, tanpa tangan dan kaki, semua hanya berbekal kreatifitas.

Lalu bagaimana denganku, apakah aku kreatif? Rasanya aku belum tergolong kaum kreatif, adapun menulis artikel dengan Blackberry di bus kota, hanyalah siasatku agar potensi jahatku tak mengalahkan kebaikanku. Jangan sampe aku menjadi pencopet yang kreatif di bus kota ini. Amit-amit..

Baca Juga:  Simposium Internasional Puisi untuk Perdamaian Dunia

Oleh: Abdul Latief, WTS (@Bus Asli Prima priuk-merak, 20 maret 2012)

WTS: Writer Trainer Speaker. Penulis telah menerbitkan beberapa buku dan aktif di pengembangan sumber daya manusia, training public speaking, leadership, managemen, motivasi, dan beragam program lainnya bagi termasuk menyemai pengembangan para pelajar dan mahasiswa di Banten dengan program Early Leadership dan Early Motivaton.

follow twitter: @pondok_harmoni

Instragram : @abdullatiefku & @harmonydailyquotes