Beranda Budaya

Paguyuban Sesaji Minta Pemkot Tangerang Perhatian

Paguyuban Sesaji Minta Pemkot Tangerang Perhatian
Sesaji Kota Tangerang Minta Perhatian Pemkot. Foto Pelitabanten.com (Dok.Ist)

KOTA TANGERANG, Pelitabanten.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang diminta Paguyuban (Seniman Satu Jiwa) untuk dapat memberi perhatian khusus pada para pelaku yang ada di Kota Tangerang.

Diketahui, Paguyuban Sesaji yang lahir tujuh tahun silam dan telah melahirkan beberapa koordinator wilayah (korwil) seperti Tangerang, Larangan, Ciledug dan Jakarta. Namun, hingga kini belum juga mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya Pemkot Tangerang.

Ketua Umum Sejasi Pusat, Yulianto mengatakan, bahwa Paguyuban Sesaji adalah wadah bagi para seniman yang berada khusus di Kota Tangerang.

“Tidak menuntut kemungkinan kedepannya kita akan melakukan invansi kebeberapa wilayah untuk menaungi teman-teman seniman yang ada,” terang Yuliyanto di Makan Pari Gogo, Jumat (26/7/2019) malam.

Yulianto menambahkan, pihaknya berencana menjadikan Paguyuban Sesaji secara nasional. Namun, tentunya hal itu membutuhkan waktu lama dan pastinya membutuhkan anggaran.

“Selama ini kita memang belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat, khususnya dalam bidang pendanaan. Maka selama ini kita mengadakan kegiatan-kegiatan dengan cara swadaya atau patungan dengan teman-teman yang ada di dalam Paguyuban Sesaji,” jelasnya.

Maka dari itu, kata dia, dapat memperhatikan pelaku , khususnya Sesaji yang saat ini terbilang sudah menjadi Paguyuban yang besar di Kota Tangerang.

“Kita ada Campur Sari, Wayang Kulit, Reog dan lain-lain. Agar fugsi para pelaku seni ini tetap ada dan hidup sepanjang masa,” ungkapnya.

, Wakil Ketua II Sesaji Pusat, Ngadino mengatakan, meski pihaknya kerap terlibat pada acara-acara yang digelar oleh Pemkot Tangerang, namun soal perhatian seperti bantuan dana, Sesaji tidak pernah dapat.

“Kita sering ikut kegiatan Pemkot, tapi kita tidak pernah dapat bantuan. Bahkan acara kali ini saya tidak dilibatkan. Bukan hanya tidak dilibatkan, tapi kita tidak diberi tahu atau diundang oleh penyelenggara,” Ngadino.

Ngadino menambahkan, wadah untuk menyalurkan seni milik Pemerintah sangatlah mini, bahkan perhatian dari Dinas terkait juga tidak ada.

“Gedung kesenian yang ada digunakan untuk parkir , tapi alhamdulillah dibangunkan kembali di depan Usada Insani tapi pembangunannya belum 100 persen, maka belum bisa dipergunakan,” terang Ngadino.

Lebih dalam ia mengatakan, Paguyuban Sesaji bisa bertahan hingga saat ini berkat swadaya tanpa ada campur tangan Pemerintah setempat.

“Paguyuban Sesaji ini memiliki legalitas yang jelas dan diakui. Namun hingga saat ini masih menapat ganjalan, karena Pemerintah dengan para pelaku seninya belum begitu bersinergi,” tandas Ngadino.