SERANG, Pelitabanten.com – Hampir setiap pengguna handphone saat ini melakukan aksi memoto. Kalau jumlah penggunanya di Indonesia hari ini di atas seratus juta, maka seratus juta itu pula jumlah mereka yang melakukan kegiatan memoto. Di ruang-ruang media sosial, mereka bahkan tidak lagi memoto objek-objek yang menarik untuk dijadikan gambar yang layak dikonsumsi publik, mereka pun memublikasi foto-foto diri mereka yang mereka foto sendiri.
Apakah fotografi menjadi demikian lumrah, setelah terjadi massifikasi melalui media handphone? Bisa ya, bisa juga tidak. Namun jawabannya dapat ditemukan di acara Pameran Fotografi Tunggal Indra Kesuma bertajuk “Tak Berjarak” digelar di Taman Budaya Museum Negeri Banten (eks Pendopo Gubernur Banten) di Jl. Brigjen KH. Syam’un No. 5 Kota Serang – Banten yang berlangsung 2 – 24 Desember 2017.
Pameran yang dibuka pada Sabtu (2/12/2017) lalu oleh Ketua Umum Dewan Kesenian Banten, Chavchay Syaifullah berlangsung meriah. “Pengetahuan tentang ruang, komposisi, warna, pencahayaan, gerak, bahkan imaji, turut menjadikan fotografi sebagai karya seni yang indah. Tak hanya itu, momentum kapan dan di mana objek itu diambil menjadi sesuatu yang menentukan. Juru foto yang handal akan setia menjadi seniman yang sabar merebut inspirasi dan momentumnya. Fotografi yang baik, karena itu, selalu melahirkan inspirasi baru yang segar,” kata Chavchay dalam sambutannya.
Indra Kesuma telah melakukan kerja sunyi seorang fotografer. Setelah berada di titik tertentu dalam menjalani profesinya sebagai pelukis, ia mengembangkan kemampuannya di bidang fotografi. Itu pun ia masih lengkapi juga dengan kegiatannya melahirkan jenis-jenis kerajinan tangan yang baik. Tak ayal, Indra Kesuma menjadi perupa yang handal di Banten.
“Pameran tunggal fotografi ini merupakan bukti integritas Indra di bidang fotografi. Dalam foto-fotonya kita bisa menguji bagaimana Indra merupakan seniman yang gigih merebut momentum estetik untuk memberi inspirasi bagi kita. Dengan merebut momentum estetik itu, maka Indra tidak hanya berdialog dengan objeknya, melainkan melebur dalam ruang dan waktu objek. Inilah yang mungkin disebut subjektifikasi objek dalam kerja kesenian. Subjektifikasi objek dalam momentum kreatif ini tentu merupakan kerja kesenian yang tidak mudah dan tidak ringan. Proses ini butuh pengetahuan, perjalanan, dan penghayatan yang tidak sederhana,” tandas penulis Novel Sendalu ini.
“Tak Berjarak” merupakan tema yang sengaja diangkat oleh Indra sebagai ajakan bagi para fotografer pemula, agar karya-karya dapat dinikmati oleh publik. “Saya ingin mengajak adik-adik para pecinta fotografi terlebih bagi mereka yang suka berselfi ria agar hasil karyanya dapat dinikmati di ruang publik seperti di pameran ini,” kata Indra, Rabu (13/12/2017).
Sebagai pelukis, Indra berkeinginan memperluas spektrum ekspresi berkeseniannya dengan mengembangkan seni Fotografi. Hal ini didasari oleh kesadaran yang didapatnya setelah menyelami interaksinya di setiap kerumunan manusia.
“Selain melukis, fotografi jadi ruang ekspresi berkesenian saya dalam memahami tingkah laku manusia. Karenanya tema yang saya beri judul “Tak Berjarak” ini sebagai bagian dari interaksi saya dengan banyak manusia di sekitar saya,” pungkas Indra.