LEBAK, Pelitabanten.com – Sanggar Putra Panglipur didirikan oleh Ikin Sodikin bersama istrinya, Imas Kania pada 1994 di kediamannya beralamat di Jl. Jendral A. Yani No. 69 Rancasema, Kec. Cibadak, Kab. Lebak-Banten. Bapak Ikin, begitu ia biasa disapa, adalah seorang pesilat yang pernah belajar di Peguron Pencak Silat yang cukup tua, yakni Perguruan Panglipur Galih yang didirikan oleh Alm. Abah Aleh pada 1909, seorang keturunan Banten yang lahir di Garut, Jawa Barat. Sanggar Putra Panglipur menjadi bagian keluarga besar Perguruan Panglipur Galih yang tersebar di seluruh Indonesia. Panglipur sendiri merupakan kepanjangan dari ungkapan, “Pek Aranjeun Neangan Guru Luhung Ilmu Pikeun Udagan Rasa”. Dalam bahasa Indonesia berarti: “Silakan kalian mencari guru, agar tinggi ilmunya, untuk mengejar rasa/ bahagia.” Salah satu alumni Perguruan Panglipur Galih adalah Cecep Arif Rahman, seorang aktor laga yang bermain bersama Iko Uwais dalam film The Raid 2: Brandals.
Kepiawaiannya dalam bermain kendang, membuat Bapak Ikin banyak terlibat dalam pertunjukan-pertunjukan seni bela diri, sehingga ia lebih dikenal di kalangan para ketua peguron yang ada di Kabupaten Lebak. Pasangan ini mulai meretas jalan, mengajak masyarakat dari anak-anak , remaja hingga dewasa, melakukan kegiatan pelatihan Pencak Silat di rumahnya dengan jadwal yang tetap.
Sebagai seorang istri, Imas Kania awalnya menganggap bahwa Pencak Silat adalah olahraga yang menurutnya ‘kampungan’, norak dan terbelakang. Namun ada satu momen dimana ia merasa terpukau dan membuatnya kagum dengan Pencak Silat, seperti yang diceritakannya, “Pernah suatu ketika di tahun 1996, saya lupa kapan tepatnya, mendampingi Bapak Ikin, saya mengikuti pertemuan antar pesilat se-Indonesia di Jakarta. Saat pertunjukan atraksi, saya kaget dan merasa kagum ketika melihat seorang pesilat tamu warga negara Jepang , tampil memainkan juru-jurus layaknya pesilat profesional. Disitulah saya sadar, bahwa Pencak Silat sudah menjadi seni bela diri yang digemari orang-orang di luar negeri, tidak kampungan seperti yang saya anggap sebelumnya,” kenangnya saat berbincang dengan Pelitabanten.com di kediamannya. Kamis (19/1/2017)
Peristiwa itu menjadi pengalaman yang mengubah orientasinya terhadap Pencak Silat sebagai ilmu bela diri. Dan sebagai kesenian tradisional, ia mencoba memadukan gerakan Pencak Silat dengan berbagai unsur seni tradisi lainnya yang berkembang di Banten, khususnya di Kabupaten Lebak. “Dari pengalaman itu, saya jadi semangat untuk berkarya, menjadikan Pencak Silat tidak semata-mata ilmu bela diri, tetapi memadukannya secara kreatif dengan unsur kesenian tradisional lain tentunya dengan tidak meninggalkan unsur-unsur gerak dan musik yang menjadi ciri khas Pencak Silat,” ungkap wanita yang akrab disapa Mamah Imas oleh anak-anak asuhnya.
Syahdan, Sanggar Putra Panglipur tidak hanya fokus pada garapan seni bela diri semata, bahkan merambah pada seni pertunjukan lainnya, seperti Upacara Adat Lengser, Calung, Debus, Rampak Kendang, Tari Kreasi Dog-dog Lojor, Tari Kreasi Angklung Buhun dan lain-lain. Semuanya dikemas dengan tidak melepaskan unsur-unsur Pencak Silat yang menjadi ciri khas penampilan Sanggar Putra Panglipur. Dan ketika mulai terlibat dalam berbagai kegiatan seremonial yang diselenggarakan Pemerintah, Sanggar Putra Panglipur dijadikan lembaga yang disahkan melalui SK. DEPDIKBUD No. 275/102.3.1/KS/2000 dimana Imas Kania menjadi Ketuanya.
Dalam penjelasannya, Imas memaparkan, “Sepanjang kiprah kami di kancah kesenian tradisional, Sanggar Putra Panglipur telah mengukir sederet prestasi, yang paling mutakhir adalah Juara Umum Festival Pencak Silat Tradisional se-Prov. Banten tahun 2015, Juara I Festival Jaipong dalam rangka HUT TNI ke-71 2016 yang diselenggarakan Kodim 0603/Lebak, Juara Favorit pada Festival Budaya dan Seni Tradisi dalam rangka HUT Lebak 188 tahun 2016.” Lebih lanjut ia menjelaskan, “Kalau garapan tari kreasi diantaranya, Tari Mustika Kalimaya, perpaduan dari seni angklung dan pencak silat yang ditampilkan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta tahun 2014, penampilan Pencak Silat Kreasi pada event Temu Pendekar Internasional 2015 yang dihadiri oleh 38 negara, dan bersama 60 orang mewakili Provinsi Banten pada event Pawai Prajurit Nusantara dengan tarian berjudul Sultan Ageng Tirtayasa. Itulah semangat saya berkarya, seakan-akan hidup seratus tahun lamanya,” ungkapnya penuh senyuman.
Sanggar Putra Panglipur telah memasuki usia yang ke-21 tahun, namun pasangan suami istri yang telah dikarunia 4 anak 2 cucu ini terus membentengi dengan berkarya dan melahirkan banyak generasi, salah satunya yang paling menonjol adalah Nanang Amijaya, pesilat multi talenta yang telah resmi menjadi juri dan wasit di tingkat nasional dan sempat menampilkan kemampuannya di Belanda bersama Sanggar Ciwasiat asuhan Rohaendi.
Namun sejatinya, Sanggar Putra Panglipur dapat terus bergeliat disebabkan oleh ketekunan dan kepiawaian Bapak Ikin membuat kendang, yang dari hasil penjualannya untuk membiayai kegiatan. Jenis-jenis kendang yang dibuatnya berupa kendang untuk Pencak Silat, kendang untuk Jaipong dan kendang untuk Dangdut Koplo, selain itu juga Bapak Ikin juga jago membuat Terompet Pencak Silat. Kendang-kendang buah karyanya telah beredar secara luas. Bahkan kendang hasil tangannya yang terampil telah sampai ke Belanda sebanyak 5 set. Sementara saat ini tengah menyelesaikan pengerjaan kendang sebanyak 8 set yang dipesan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lebak. Lantas, jika Anda berminat untuk memesan, bisa menghubungi langsung Bapak Ikin di nomor 087773556592 atau Mamah Imas di nomor 087773776449. Dengan demikian, semoga nilai-nilai seni dan budaya warisan para leluhur dapat terus lestari dan berkembang.