KOTA TANGERANG, Pelitabanten.com – Kunjungan dan dialog DPRD bersama Budayawan didampingi Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang ke Masjid Jami Kalipasir menginisiasi Rina Herninaningsih untuk membuat buku mengenai sejarah Kali Pasir
Pimpinan DPRD Gatot Wibowo, Turidi Susanto dan Tengku Iwan bersama Dedy Fitriadi anggota komisi II yang membawahi bidang kebudayaan berdialog dengan budayawan Abah Mustaya didampingi Tubagus Saptani dan sesepuh Kali Pasir H Sahroji bersama para tokoh masyarakat setempat di masjid Jami Kalipasir. Jum’at (24/01).
Dalam dialog diungkapkan oleh sesepuh Kali Pasir, H Sahroji dengan singkat mengisahkan asal muasal masjid dan makam Kali Pasir bisa ada di kota Tangerang. Tepatnya berada di bantaran sungai Cisadane, dan siapa saja yang dimakamkan di pemakaman yang bersebelahan dengan masjid tersebut.
“Berawal pada tahun 1412 kedatangan ki Tengger Jati dari kerajaan Sumedang datang ke Kalipasir untuk belajar ilmu agama oleh syech Tubagir, Cikal bakal berdirinya masjid kalipasir sekitar tahun 1455 kedatangan syekh dari Rusia yg bernama syekh Abdul Jalil yang singgah di masjid Kalipasir, karena makin banyak jamaahnya dibuatlah masjid yang tadinya hanya gubug bambu,” ungkapnya dalam dialog tersebut.
Dalam masjid hingga saat ini terdapat 4 tiang penyangga utama yang terbuat dari kayu, menurut H Sahroji konon diceritakan oleh para kakek nenek buyut salahsatunya adalah pemberian Sunan Gunung Jati.
Dirinya mengetahui pasti mana tiang pemberian Sunan Gunung Jati seusai kunjungan ulama se-Banten berkunjung ke masjid. Karena dari keempat tiang secara fisik tidak ada perbedaan, salah seorang ulama dari Banten itulah yang memberitahunya.
“Para ulama sebanten datang kesini, untuk tahu sejarah masjid jami kali pasir, salah seorang ulama kemudian mengetok satu persatu tiang, dari tiga tiang memiliki bunyi yang sama, dan hanya satu yang berbeda, tiang yang disanalah yang dimaksud (sambil menunjuk ke arah tiang yang berada di depan kanannya-red)” jelas H Sahroji.
Mendengar kisah tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Tangerang, Rina Herninanengsih segera memerintahkan kepala bidang Budaya, Sumangku, untuk segera mencari tahu dengan lengkap mengenai sejarah kalipasir.
“Kisah dan Sejarah Kali Pasir sebaiknya dibukukan, Disbudpar pun sudah membuat buku sejarah kota Tangerang, ada pembahasan tentang kali pasir, namun memang belum lengkap dan detail, nanti dikaji dan diriset lebih dalam lagi tentang sejarah kalipasir dari berbagai narasumber” jelas Rina dalam pertemuan tersebut.
Gatot Wibowo selaku Ketua DPRD pun mendukung niat dari Disbudpar untuk menjadikan sejarah tentang Kali Pasir dalam bentuk buku. Yang nantinya juga dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, agar generasi kedepan mengetahui sejarah Kalipasir yang menjadi salahsatu cikal bakal Kota Tangerang dulunya.
“Jangan melupakan sejarah, saya sebagai orang Tangerang dan saya juga masih memiliki anak di bangku sekolah, saya berpikiran sama dan setuju, nantinya Disbudpar harus bekerjasama dengan dinas pendidikan, sejarah tentang kali pasir dan mengenai kota Tangerang agar bisa masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah dan budaya,” ungkap Gatot.
Usai berdialog di dalam masjid Kali Pasir, para pimpinan DPRD kemudian mengunjungi makam yang berada di sebelahnya. Dalam pemakaman tersebut banyak terdapat makam dengan peninggalan batu nisan bermotif khas kerajaan, dengan detail Turidi dan Gatot memperhatikan motif pahatan yang terdapat dalam batu nisan, ditemani Tubagus Saptani yang sebelumnya sudah memperbincangkan mengenai hal tersebut di Ruang Pimpinan DPRD beberapa waktu lalu.