Pelitabanten.com – Manusia berbondong-bondong menuju TPS untuk berpartisipasi atas hak suaranya. Mungkin, sijomblo merasa senang karena ia akan memilih calon pasangan. Plis otak lo jangan mikir lama buat cerna kalimat begitu doang. Maksud gue kan pasangan pejabat, kalo si jomblo kan berhalu pasangan masa depannya.
Berlomba-lomba mendatangi manusia bawahan, untuk menarik hasrat masyarakat memberikan sebuah hak yang seharusnya tidak dengan cara seperti itu. Hak ditukarkan dengan cuan, bagimana bias majunya Negeri ini. Tak apa jika suatu masyarakat itu dapat berfikir dengan pintar, memikirkan kedepannya bukan malah memikirkan dirinya.
Pernah gak sih lo berpartisipasi politik ke negeri lo? Jangan jauh-jauh deh, di Sekolah lo atau di desa lo gitu. Gimana tuh cara lo dalam berpartisipasi? Apa lo terhasut dengan sogokan geli itu? Hak suara lo itu harus digunakan dengan yang bener. Jangan sampai lo memilih pemimpin yang lacut hanya karena ia kasih lo sejumlah cuan dengan rupiah yang besar.
Ada bermacam-macam lho manusia berpartisipasi seperti apa. Salah satunya yang bikin gue gondok yaitu golput, tahu Lo golput? Nah ini nih manusia yang tidak punya pendirian,eh tapi bisa aja sih goput adalah pendiriannya hehe. ngapain Lo ikut nyumbangin hak suara Lo kalo semua pasangan Lo colok, atau gak ada yang dicolok sama sekali. Golongan ini tuh disebutnya apatis.
Ngaku sama gue kalo Lo pernah jadi orang yang apatis dalam berpartisipasi memilih calon pasangan contohnya dalam pemilihan ketua OSIS deh. Jadi gue pastiin kalian pernah berpartisipasi dalam pemilihan calon pasangan pemimpin.
Alasan yang paling familiar buat manusia-manusia yg berpartisipasi apatis itu biasanyaua mereka merasa tidak ada calon pasangan yang layak untuk dipilih. Lah terus lo ngapain juga berpartisipasi, mending tidur di kasur empukmu itu.
Tapi ada juga sih yang berfikir begini, siapapun yang menjadi pemimpin tidak akan mempengaruhi keadaanku. Maksudnya begini, kalo seperti ini biasanya dalam pemilihan pemilu yang besar seperti pemilihan pasangan presiden. Kurang lebih seperti ini perkataannya, “mau gue pilih siapapun, pemimpin itu gak bakalan lirik gue, merhatiin gue, segini luasnya Indonesia gue gak bakal ngerasain manis-manisnya.”
Nah, manusia seperti ini biasanya yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh dari kota, gue juga kadang berfikir seperti itu ya walaupun gak pelosok-pelosok amat. Calon-calon pejabat juga kalo buat kasih sogokan geli mah banyak yang dateng kedaerahan pelosok. Maksud dari yang gak akan dilirik itu ketika sudah jadi pejabat.
Sebelum berpartisipasi pernah gak sih berfikir dulu, calon pemimpin yang gue berikan hak suara gue itu bertanggung jawab gak ya? Nah jadi bagaimana? Jangan terlena dengan apa yang mereka berikan, jangan berfikir untuk membalas kebaikannya, Kebaikan seperti itu karena ada maunya. Tak apalah lo terima pemberian-pemberian para calon pemimpin itu, lumayan juga kan. Tapi kita harus bersikap dan berfikir secara profsional. Berpartisipasilah dengan sehat.
Yah memang si anak muda terkadang suka so tahu dalam hal plitik. Tapi hal ini gue rasa semua anak muda memang tahu dalam hal berpartisipasi. Karena hamper semua warga Indonesia ikut berpartisipasi dalam plitik. Mukai dari lingkungan sekolah, keluarga sampai masyarakat.
Gue salut sama para petugas KPPS ini yang sudah berpartisipasi, luar biasa pengorbanannya. Eh lo jangan anggap enteng para petugas penyelenggara pemilu. Jika lo sebagai pemilih bingung karena harus memilih pasangan yang mana atau sekedar bingung melipat surat suara yang lo coblos, maka kesulitan yang dialami oleh penyelenggara pemilu ini lebih berat lagi.
Beberapa hari sebelum penyelenggaraan pemilunya saja mereka telah disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti menyalurkan logistik pemilu ke setiap TPS juga menjamin keamanan logistic tersebut.
Nah, maksud gue bilang kaya gini biar lo kalo luarin hak suara lo dengan benar. Jangan kehasut cuan-cuan itu, lo fikirin deh kalo lo asal milih terus yang menangnya itu ternyata tidak menepati janji kampanyenya siapa yang mau disalahin? Tukang bakso? Atau tukang pijit? Jangan ngaco deh. Sorry kalo receh, kalo gitu kan lo gak bisa ngapa-ngapain mau demo lo yang milih kan? Bias aja pimpinan itu ngebalikin fata kalo lo demo. Suruh siapa nyplok gue? Santai dong, sok aja lo demo asal ada bukti kalo pejabat itu telah melanggar dari janji kampanyenya.
Lo ingat saat kampanye Akbar pak presiden kita di GBK? Pak presiden mengatakan “kami bertekad tidak ada lagi rakyat yang tertinggal dari kemiskinan dan berjanji untuk tingkatkan kesejahteraan seluruh lapisan rakyat.”
Tujuan kampanye kan buat dapet dukungan yang banyak dengan cara memberikan janji-janji atau pencapaian apa saja yang akan ia capai setelah menduduki posisi jabatannya nanti.
Nah menurut gue nih kata seperti itu tuh sogokan lewat ucapan. Yang membuat masyarakat tergiur akan kata-katanya. Apalagi yang rakyat miskin, mereka dengan semangat untuk berpartisipasi pada pasangan yang kampanye tersebut.
Alhamdulillah banget kalo semua ucapan saat kampanye itu tercapai. Mungkin betapa bahagianya masyarakat apalagi rakyat bawah. Bener kan? “Betapa beruntungnya hak partisipasi suara gue dikasih ke pasangan yang tepat.” kurang lebih begitulah perkataan pendukungnya.
Tapi coba Lo fikir sekarang, masih ada gak rakyat yang tertinggal dari kemiskinan? Apalagi saat masa pandemi, rakyat banyak sekali yang kehilangan pekerjaannya ya walaupun itu demi menyelamatkan masyarakat dari covid-19.
Gw gak bilang kalo gue gak suka sama pak presiden kita yang sekarang ataupun menilai pak presiden tidak bertanggungjawab. Hanya saja kalimat yang beliau keluarkan saat kampanye gak sesuai aja dengan realita masyarakat saat ini. Beliau bertekad untuk tidak ada lagi rakyat yang tertinggal miskin. Gue gak nyalahin pak presiden gaes, gue cuma gimana gitu kalo denger ucapan tanoa pembuktian. ya wajar juga karena warga Indonesia bukan satu ataupun dua jiwa. Berjuta-juta jiwa untuk dihadapi.
Presiden kita yang sekarang ini baik kok, baik banget. Peduli juga sama rakyat bawah, contohnya pada saat beliau melunasi utang ibu ani pada saat acara apa yah gue lupa. Nah jadi gue gak menilai presiden kita itu dari sisi negatif aja.
Balik lagi aja ke diri Lo sendiri untuk memahami, Lo harus tau bagaimana berpartisipasi politik dengan baik. Agar Lo gak nyasar juga berpartisipasi. Gue juga bukannya mau sok tau dalam hal berpartisipasi politik ini ya, ini menurut pandangan gue aja buat negeri Indonesia ini. Pandangan gue terhadap apa yang sedang terjadi dengan tanah air kelahiran gue Indonesia.
Penulis Cerpen : Ghina Aulia Az-Zahra (Mahasiswi Universitas Negri Sultan Ageng Tirtayasa)