Beranda Budaya

TEMUKAN DIRI (Bagian 1/2)

TEMUKAN DIRI
Foto: Abdul Latif S Mulyadi

Pelitabanten.com – Salah satu kebiasaanku yang tak bisa hilang adalah harus membaca sebelum tidur. Mataku sulit terpejam sebelum membaca, membaca apa saja dari mulai buku, majalah, koran, atau sekedar email dan berita di gadget. Hingga tak heran kalau semua buku yang kumiliki seringkali sobek atau lecek karena tertiduri.

Tadi malam, entah kenapa aku enggan untuk membaca, walhasil aku mencoba mencari channel yang cocok untuk mengisi dahaga pikiran sebelum tidur. Salah satu siaran yang menarik perhatianku adalah acara dialog santai di TVRI yang dipandu punggawa perubahan, Rhenald Kasali yang menggali kisah Sujiwo Tejo, dalang nyentrik Indonesia.

Perbincangan sedemikian asyik membahas tentang filososi wayang yang seringkali dibawakan Mbah Jiwo dengan cerita yang melawan mainstream pewayangan. Misalnya, tokoh Dewi Shinta sejak dulu kala diceritakan dengan alur penculikan secara paksa oleh Rahwana Raja Raksasa yang rakus dan kejam. Namun oleh Mbah Jiwo alurnya di balik dengan menjadikan Dewi Shinta sebagai sosok yang berusaha agar diculik oleh Rahwana, bahkan digambarkan bahwa Rahwana adalah seorang tokoh ‘Bad Boy’ yang menawan hati Dewi Shinta.

Baca Juga:  Lahan Sawah Jadi Area Bermain Layang-layang di Musim Panas

Jelas alur nyentrik tersebut seringkali mendapatkan protes dari khalayak pewayangan, toh malah mbah Jiwo menjadikan hal menjadi sudut pandang baru dengan filosofinya tersendiri.
‘Melawan Mainstream’ yang dilakukan Mbah Jiwo ternyata menjadi gambaran perjalanan hidup dirinya. Mbah Jiwo adalah anak seorang dalang, sejak dalam kandungan dia diakrabkan dengan gamelan dan ragam cerita pewayangan, namun sejalan dengan perkembangan dunia seni yang masuk ke Indonesia, membuatnya membenci dalang seligus ayahnya karena membuatnya tidak terlihat ‘keren’ ketimbang anak muda lain yang memainkan gitar dan menggemari musik blues, rock dan pop.

Semasa kuliah, Mbah jiwa diterima sebagai mahasiswa teknik sipil ITB yang semakin mengukuhkan dirinya menjadi manusia modern. Namun lagi, dia temukan dirinya tidak cocok menjalani profesi sebagai teknisi, yang akhirnya menghantarkan dirinya menjadi seorang wartawan.

Jiwa seni memanggilnya kembali, Ia sempat juga melamar menjadi salah satu anggota srimulat, namun permohonannya diabaikan. Pun halnya ingin bermain teater bersama WS Rendra,ia ditolak. Dan akhirnya pada sebuah kesadaran akan menemukan diri, ia terpanggil untuk mendedikasikan diri menjadi seorang dalang, yang menjadi pilihan dirinya sendiri, bukan paksaan ayahnya yang juga dalang.

Baca Juga:  Bedah Buku Dari Sunda Menuju Banten Karya Moh Ali Fadillah, Ini Kata Plt Ketua DPRD Lebak

Dalam hidupnya, Ia tidak berhenti menemukan dirinya, saat terjawab Penemuan atas penggilan jiwanya, tidak disia-siakan, semua dijalani dengan penuh totalitas. Totalitas itulah yang menjadikannya salah seorang dalang professional indonesia. bersambung

Oleh: Abdul Latief, WTS

WTS: Writer Trainer Speaker. Penulis telah menerbitkan beberapa buku dan aktif di pengembangan sumber daya manusia, training public speaking, leadership, managemen, motivasi, dan beragam program lainnya bagi termasuk menyemai pengembangan para pelajar dan mahasiswa di Banten dengan program Early Leadership dan Early Motivaton.

follow twitter: @pondok_harmoni

Instragram : @abdullatiefku & @harmonydailyquotes