Beranda Budaya

Workshop Pengemasan Musik Celempung, Upaya Mengangkat Salah Satu Khazanah Musik Tradisi di Lebak

Workshop Pengemasan Musik Celempung, Upaya Mengangkat Salah Satu Khazanah Musik Tradisi di Lebak
Wawan Sukmara, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lebak (berbaju putih) dan Rohaendi, Pimpinan Bale Seni Ciwasiat saat memberikan materi Workshop Pengemasan Musik Celempung di Aula Gedung Koperasi Bangkit, Jl. RT Hardiwinangun No 21-23 Rangkasbitung, Lebak-Banten, Selasa (16/5/2017).

LEBAK, Pelitabanten.com – Sebagai produk kebudayaan, musik tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pendukungnya, karena musik adalah representasi atas nilai-nilai dan respon manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat terhadap kehidupannya. Ia adalah ungkapan rasa, ekspresi dan indikator eksistensi manusia. Musik diciptakan bukan hanya dicari dan dinikmati keindahannya saja, melainkan juga dijadikan sarana mengungkap rasa kekaguman manusia pada Sang Maha Pencipta.

Musik juga dapat merepresentasikan kesenangan pribadi atau dalam Bahasa lokal biasa disebut dengan kalangenan. Hal tersebut dapat dirasakan hingga masa sekarang, seperti pada kesenian Celempungan.

Celempung merupakan alat musik yang terbuat dari hinis bambu yang memanfaatkan gelombang resonansi yang ada dalam ruas batang bambu. Alat pemukulnya terbuat dari bahan bambu atau kayu yang ujungnya diberi benda tipis agar menghasilkan suara nyaring. Cara memainkan alat musik ini ada dua cara, yaitu : (1). cara memukul; kedua alur sembilu dipukul secara bergantian tergantung kepada ritme-ritme serta suara yang diinginkan pemain musik,(2). pengolahan suara; Yaitu tangan kiri dijadikan pengolah suara untuk mengatur besar kecilnya udara yang keluar dari bungbung (badan) celempung.

Baca Juga:  Warna Warni Budaya Indonesia Ramaikan Festival Budaya Kota Tangerang

Dalam perkembangannya, musik celempung  ditambah dengan waditra (alat musik) lainnya seperti kecapi, biola serta alat musik melodis lainnya. Jadi kata celempung-an adalah alat musik celempung yang sudah ditambah dengan waditra lain.

Demikian disampaikan Wisnu Wirandi, S.Sn dalam makalahnya berjudul “Sebuah Proses Kreatif Dalam Karya Seni”, pada Workshop Pengemasan Musik Celempung yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, di Aula Gedung Koperasi Bangkit, Jl. RT Hardiwinangun No 21-23 Rangkasbitung, Lebak-Banten, Selasa (16/5/2017).

Workshop Pengemasan Musik Celempung, Upaya Mengangkat Salah Satu Khazanah Musik Tradisi di Lebak
Rubama, Ketua Dewan Kesenian Lebak berpartisipasi dalam acara Workshop Pengemasan Musik Celempung di Aula Gedung Koperasi Bangkit, Jl. RT Hardiwinangun No 21-23 Rangkasbitung, Lebak-Banten, Selasa (16/5/2017).

Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari (16-17/5/2017) ini melibatkan guru kesenian dan pembina seni di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, kelompok musik dan sanggar di Lebak.

Workshop pengemasan musik celempung diharapkan dapat menjadi konsen bagi para pembina kesenian baik di sekolah-sekolah maupun di sanggar-sanggar dan komunitas seni. Seperti disampaikan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lebak, Wawan Sukmara, “Kegiatan ini (red. Workshop Pengemasan Musik Celempung) bertujuan untuk men-triger para pembina kesenian di sekolah-sekolah agar musik celempung dapat dijadikan sebagai salah satu repertoar dari khazanah musik tradisi yang ada di Kabupaten Lebak”, ujarnya.

Baca Juga:  Pemkot Gelar Festival Visual, Sejarah Tangerang Disajikan Melalui Video Mapping 

Hingga saat ini belum ada manuskrip yang menunjukkan asal mula diciptakannya musik Celempung, namun dalam tradisi masyarakat di Tatar Sunda, Celempung merupakan tradisi kalangenan masyarakat yang akrab dengan bambu dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini disampaikan Pimpinan Bale Seni Ciwasiat, Rohaendi yang berkesempatan menyampaikan materi seputar sejarah Musik Celempung, “Hampir semua kalangenan (permainan kesenangan) orang sunda terbuat dari bambu, sebab ada kemungkinan dibuat dari sisa potongan bambu untuk membuat perkakas kebutuhan sehari-hari. Cuma bedanya Celempung tidak seperti Calung atau Angklung yang lebih populer sebagai seni pertunjukan”, pungkasnya.