TANGERANG, Pelitabanten.com – Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Tangerang Nisaa Diniyati menyesalkan pernyataan Ketua DPC GMNI Kabupaten Tangerang Endang Kurnia terkait program unggulan di bidang kesehatan pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, Mad Romli dan Irvansyah.
Endang menyatakan bahwa program pelayanan berobat gratis menggunakan KTP merupakan kebijakan yang tidak visioner karena Kabupaten Tangerang sudah mencapai Universal Health Coverage (UHC).
“Kami menyesalkan statement Ketua DPC GMNI Tangerang ini. Sebab GMNI tetap konsisten independen dari awal berdiri,” kata Nisaa Diniyati kepada media, Senin (11/11).
Dia juga menyayangkan pernyataan Ketua DPC GMNI Kabupaten Tangerang yang langsung frontal menyerang kampanye salah satu Paslon di Pilkada Kabupaten Tangerang 2024 tersebut.
“Kalau ingin memberi masukan dan usulan bisa langsung ke tim sukses Paslon, tidak perlu gaya koboi dengan meredusir GMNI seolah organisasi partisan,” ungkap Nisaa.
Untuk itu, pihaknya berharap para kader komisariat jangan mau ‘ditunggangi’ oleh kepentingan oknum tertentu untuk mendukung salah satu paslon bupati dan wakil bupati.
Sebab, kata dia, sikap ketidakindependenan tersebut akan sangat merugikan kiprah aktivis GMNI. “Secara individual alumni dan aktivis GMNI bebas memberikan pilihan kepada setiap paslon peserta pilkada, bukan secara institusi,” katanya.
Dia percaya bahwa Marhaenis akan tetap memberikan suara terhadap Paslon terbaik, yakni kaum Marhaenis akan lebih mendukung Mad Romli–Irvansyah.
“Jadi efek lebih jauhnya atas peristiwa DPC GMNI yang bersikap tidak independen ini, maka akan lebih mendorong Marhaenis lebih realistis dengan memberikan dukungan kepada Paslon Mad Romli–Irvansyah,” ungkapnya.
Lebih jauh dia menjelaskan, GMNI merupakan organisasi besar yang fusi dari beberapa organisasasi kemahasiswaan Marhaenis tahun 1954 yang melebur menjadi GMNI yakni terdiri dari GMDI (Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia) di Jakarta, GMM (Gerakan Mahasiswa Marhaenis) di Jogjakarta, dan GMM (Gerakan Mahasiswa Merdeka) di Surabaya.
Atas dasar itu, sebelum dan sesudah peleburan organisasi, GMNI konsisten Independen, Patriot Proklamasi, Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang.
“32 tahun lebih GMNI menjadi korban De-Soekarnoisasi semasa Orde Baru berkuasa, dan GMNI tetap konsisten independen dari awal berdiri,” ungkapnya.