KOTA TANGERANG, Pelitabanten.com – Masbun Asyo (50) tampak uring – uringan di dalam home industri miliknya yang membuat garam beryodium itu. Usaha miliknya ini dituding bahwa garam yang dijualnya ini bercampur dengan beling kaca.
Bahkan tudingannya tersebut sempat divideokan dan menjadi viral di jagat media sosial. Beragam komentar dari netizen mengalir deras di jejering dunia maya terkait video tersebut.
Asyo pun menceritakan jerih payah untuk mengembangkan usahanya itu. Lelaki berusia 50 tahun ini bekerja secara militan dalam membangun home industri miliknya, PD Sari Alam yang berlokasi, Jalan Bayur Raya RT 04 / RW 04 Kelurahan Priuk, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang.
“Saya memproduksi garam bermerk Juara Emas ini sudah sembilan tahun. Adanya isu ini saya pusing tujuh keliling sakit – sakitan,” ujar Asyo tampak muram saat dijumpai Wartawan di home industri miliknya itu, Minggu (4/2/2018).
Menurutnya isu garam bercampur beling telah menggerus kesehatan dirinya dan keuangan perusahaan. Isu tersebut pun sudah menggerogoti selama empat bulan ini.
“Saya kepikiran bagaimana usaha ini harus tetap berjalan dan juga nasib karyawan,” ucapnya terlihat sendu.
Telan Kerugian
Akibat isu miring itu, home industri milik Asyo menelan kerugian hingga puluhan juta rupiah. Omzetnya pun menukik tajam.
“Omzet anjlok, menurun per Minggunya sampai sekitar Rp. 26 juta,” kata Asyo yang mengenakan kemeja berwarna merah bergradi putih.
Padahal dalam sebulan saja, usahanya itu bisa memproduksi 10 ton garam. Saat ini hanya separuhnya saja mereka menjual garam – garam itu.
“Sekarang sebulan hanya 5 ton. Kami mendistribusikannya ke berbagai daerah di Jabodetabek,” ungkapnya.
Ia mengaku banyak konsumen yang komplain dengan adanya tudingan garam beling ini. Sejumlah langganannya pun kini tak lagi membeli garam kepada Asyo.
“Saya terus – terusan berpikir harus bagaimana lagi ini. Sampai berat badan saya pun menurun karena sakit. Paling menjualnya di titik – titik lain yang baru kami tawarkan. Itu juga belum tentu laku terjual,” imbuh Asyo terdengar pedih.
Proses Produksi
Asyo sempat menunjukan proses pembuatan garam di tempat usahanya. Ia menerangkan bahwa bahan baku yang diambilnya ini berasal dari Pati, Jawa Tengah.
“Proses produksinya ini pakai mesin giling. Bahan mentah garam kami masukan ke dalam mesin itu,” tuturnya.
Tumpukan karung berisi bahan mentah tersebut dimasukan oleh para pegawainya. Kemudian setelah digiling, karyawan tinggal mengemas garam Juara Emas ke dalam plastik.
“Habis digiling, lalu di-packing. Harga per bal kemasan itu Rp. 28.000. Sedangkan harga per bungkusnya Rp. 1.000,” jelas Asyo.
Menurutnya, sebelum diterpa isu tak sedap, usaha miliknya laris manis. Banyak konsumen yang memesan garam ke Asyo.
“Mereka tertarik karena harganya lebih murah, karena kami memang tak pakai jasa sales. Jadi beli langsung ke sini. Rasanya juga berkualitas dan higenis cara produksinya,” bebernya.
Ia pun tak mengambil langkah hukum terkait isu garam beling tersebut. Namun dirinya berharap agar usaha miliknya ini bisa bertahan dan pemberitaan yang merugikannya itu lekas hilang.
“Saya enggak ada niatan lapor ke polisi. Dalam video yang beredar itu kan ibu – ibu, enggak tega juga. Berdoa saja, dan semoga isu tidak benar ini bisa terpatahkan dengan sendirinya. Usaha saya juga bisa normal lagi,” papar Asyo, bernada lirih.