KOTATANGERANG, Pelitabanten.com – Dua kediaman milik warga di RT 01 / RW 03 Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang luluh lantak akibat guncangan gempa yang terjadi pada Selasa (23/1/2018) kemarin. Rumah tersebut masing – masing milik Gayok (47) dan Jarian (52).
Gayok meratapi kesedihannya melihat tempat tinggalnya runtuh berkeping – keping. Ia pun menceritakan peristiwa mencekam tersebut. “Saya saat itu memang ada di dalam rumah,” ujar Gayok saat ditemui di kediamannya, Rabu (24/1/2018).
Tiba – tiba dirinya merasakan ada getaran yang cukup kuat. Gayok bersama keluarganya bergegas lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.
“Tembok rumah bergetar, genting juga sudah jatuh. Waktu itu saya pikir memang gempa, makanya langsung lari dari dalam rumah,” ucapnya.
Hanya dalam waktu hitungan menit saja, kediaman Gayok ini ambruk seketika. Kini pria berusia 47 tahun itu tak dapat menempati tempat tinggalnya.
“Saya sama sekeluarga sekarang tinggal sama tetangga,” kata Gayok terlihat merapihkan puing – puing material dibantu masyarakat setempat.
Senasib dengan Gayok, Jarian mengaku bersyukur nyawanya dan keluarganya bisa selamat dari musibah tersebut. Namun warga asal Pinang ini masih mengalami trauma yang mendalam imbas kejadian itu.
“Rumah saya juga roboh. Saat itu saya, istri dan anak ada di dalam. Istri saya lagi momong anak – anak, tiba – tiba gempa. Semua pada lari ke luar,” ungkap Jarian
Menurutnya sampai saat ini belum ada uluran bantuan dari pemerintah atas kejadian bencana tersebut. Ia berharap ada kebijakan pemerintah yang meringankan beban dari para korban gempa ini. “Semoga ada bantuan perbaikan rumah, biar ada tempat tinggal lagi,” imbuhnya.
Kediaman korban yang luluh lantak akibat guncangan gempa ini lokasinya berada di dekat rumah Gubernur Banten, Wahidin Halim. Tempatnya sama – sama berada di ruang lingkup wilayah Kecamatan Pinang.
Kedua korban yakni Gayok dan Jarian masih ada ikatan keluarga. Mereka kakak beradik yang bekerja sebagai serabutan.
Korban sudah bertahun – tahun menempati rumahnya yang kini sudah ambruk itu. Kondisi tempat tinggalnya memang sudah tak layak lagi.
“Memang rumahnya rombeng, makanya tetangga – tetangga di sini pada ngebantu,” tutur Roni (35) satu dari warga sekitar.
Pemerintah seakan tutup mata dengan keberadaan kediaman korban yang compang – camping ini. Terlebih korban berada di garis kemiskinan yang tak tahu harus mengadu ke mana saat mengalami bencana gempa yang menghancurkan tempat tinggalnya itu.
“Iya masih di Kecamatan Pinang memang, dekat rumah Gubernur. Tapi belum dapat bantuan. Malah tetangga di sini yang bantu – bantu,” bebernya.
Sementara itu Camat Pinang, M. Agun menyebut bahwa kediaman korban gempa yang ambruk ini sudah dimasukan ke dalam program bedah rumah sebelumnya. Namun pengerjaannya belum terlaksana.
“Rumahnya sudah reyot, ada gempa kemarin jadi ambruk,” cetus Agun.
Ia mangaku pihaknya akan berupaya mencari solusinya terkait persoalan ini. Agar korban dapat kembali bisa menempati rumahnya dalam keadaan yang kuat dan bukan hanya ala kadarnya saja.
“Ini memang sudah terdaftar dalam program bedah rumah Pemkot Tangerang. Tapi sampai saat ini belum dikerjakan, jadinya roboh duluan karena gempa,” jelasnya.
“Pada prinsipnya kami akan kembali membangun rumah korban itu. Saya sudah minta Lurah setempat untuk bersama – sama mengerjakannya,” papar Agun.