SERANG, Pelitabanten.com – Nilai-nilai budaya lokal dewasa ini kian luntur, bahkan menghilang di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Kecenderungan ini hampir terlihat dalam perikehidupan baik sosial, politik, maupun hukum.
Hal itu diungkapkan oleh Praktisi Budayawan Banten Mohamad Fikri saat membuka Festival Budaya Mahkota Ratu di Cikeusal Kabupaten Serang, Sabtu (18/8).
Untuk itu, Fikri meminta Pemerintah daerah untuk mengembangkan budaya yang ada di Serang sebab dengan budaya akan memiliki identitas.
“Jika pemerintah tidak memiliki keberpihakan terhadap aktualisasi budaya maka lambat laun Serang akan kehilangan identitas,” katanya kepada awak media.
Dalam hal ini Fikri juga mengajak seluruh komponen masyarakat untuk menggali kembali budaya yang ada di Serang.
“Saya yakin kita semua juga belum banyak tau budaya asli Serang itu apa karena saking banyaknya untuk itu mari kita kenali budaya Serang,” ujarnya.
Satu hal yang membuat budaya itu tergerus dikatakan Fikri disebabkan secara umum di era globalisasi ini dimana tekah terjadi invansi budaya asing yang masuk ke sendi kehidupan masyarakat.
“Seharusnya pemerintah daerah memberikan proteksi terhadap budaya asing yang memiliki konten negatif. Celakanya pemerintah seperti tidak engeh tidak award terhadap budaya lokal sehingga invansi itu masuk sedemikian rupa dan upaya pemerintah itu belum ada,” bebernya.
Dirinya juga menyayangkan belum adanya support dari pemerintah Kabupaten Serang. Ia menilai seharusnya festival seperti ini harus diapresiasi oleh semua elemen.
“Seharusnya kepada stakeholder terkait untuk mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini,” tukasnya.
Hal serupa diungkapkan oleh budayawan sepuh Banten Nadjmudin menurutnya seharusnya pemerintah hadir dalam mengembangkan budaya lokal yang ada di Banten.
“Semua budaya itu harus dikembangkan dan dipertahankan jangan sampai tergerus oleh budaya luar. Ini jadi tanggung jawab pemerintah,” tuturnya.
Kepala Desa Sukaratu, Irman Supriatman, menambahkan, di Cikeusal sendiri terutama di Sukaratu terdapat banyak kebudayaan seperti pencak silat, debus dan juga sanggar tari yang di prakarsai oleh PKK.
“Minat masyarakat sendiri akan kebudayaan sangat antusias hal itu terlihat bagaimana masyarakat berusaha menimbulkan kebudayaan kembali,” jelasnya.
Namun dirinya menyesalkan masih kurangnya perhatian dan pengakuan dari pemerintah terkait pemberdayaan terhadap seni dan budaya itu sendiri.
“Saya berharap dari pihak SKPD khususnya Pemda lebih peka dan peduli lagi masih banyak seni dan budaya di Cikeusal yang harus digali. Saya juga prihatin kesenian kita kurang perhatian,” tukasnya.