Beranda News

Ini Drama Delapan Jam Detik-detik Saat Evakuasi Putri 

Ini Drama Delapan Jam Detik-detik Saat Evakuasi Putri 

KOTA TANGERANG, Pelitabanten.com – Dianti Diah Cahyani Putri (24) dan Mukhmainna Syamsudin (24) pada Senin (5/2/2018) sore bersiap – siap pulang dari kantornya. Dua wanita ini merupakan karyawati dari Garuda Maintenance Facility (GMF) yang berkantor di kawasan Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang.

Seperti biasanya, Putri membawa mobil Honda Brio dengan nomor polisi A 1567 AS warna hitam metalik. Ia pulang ke rumahnya yang berlokasi di Serang, Banten.

Mukhmainna ikut menumpang ke dalam mobil yang dikemudikan Putri ini. Putri berada di balik kemudi, dan rekan kerjanya itu duduk manis di sebelahnya.

Kedua perempuan tersebut melintas di Jalan Parimeter Selatan, Bandara Soetta. Namun nestapa menimpa mereka.

Setelah melaju di terowongan jalur Kereta Bandara, bencana longsor melanda lokasi tersebut. Mobil Honda Brio yang ditumpangi oleh wanita muda ini tertimbun beton puing longsor sekira pukul 17.45 WIB.

Situasi pun mendadak mencekam. Terlebih dinding beton itu ambruk tepat di atap mobil milik Putri.

Kondisi semakin genting. Kedua korban terkurung di dalam mobil dengan timbunan puing – puing tanah longsor.

Tim Basarnas pun kesulitan untuk melakukan evakuasi. Dramatisasi terjadi di lokasi.

Kengerian itu diungkapkan langsung oleh Kepala Tim Jakarta Rescue, Erdi Jatmiko. Ia menjelaskan jajarannya harus susah payah untuk menyelamatkan dua wanita tersebut.

“Mobilnya itu tertiban beton dengan berat sekitar 100 ton. Mereka terjebak di dalam mobil. Kami kesulitan untuk melakukan evakuasi, bahkan untuk mengeluarkan Putri saja perlu waktu selama delapan jam,” ujar Erdi saat dijumpai Wartawan di Kantor Basarnas Jakarta 1, Jalan Surya Darma, Neglasari, Kota Tangerang, Selasa (6/2/2018).

Proses evakuasi berlangsung mencekam. Kedua korban membungkuk duduk di kursi saat beton 100 ton itu menindih atap mobil.

“Putri membungkuk dan menunduk di depan setir mobil. Temannya juga serupa berada di sampingnya. Kami benar – benar kesulitan, dikhawatirkan beton itu semakin menindih dan kami perlu hati – hati,” ucapnya.

Antara korban dan tim evakuasi bahkan saling berkomunikasi. Putri yang dalam keadaan terjebak, berkali – kali berbicara dengan petugas.

“Tolong selamatkan kami, buruan keluarkan kami dari dalam mobil. Tolong…” jerit Putri.

Erdi menyebut bahwa Putri sangat agresif saat itu. Sehingga membuat tim evakuasi sempat panik.

“Putri teriak – teriak terus. Dia minta makan sama minum. Kami berkordinasi dengan tim kesehatan untuk memberikan bantuan. Makanya dipasang infus dan selang untuk minum,” kata Erdi.

Pintu mobil berhasil dibuka sekitar pukul 24.00 WIB. Tim evakuasi perlahan – lahan menemukan titik terang.

Mereka pun sembari menenangkan para korban. Namun keadaan di lapangan menjadi kendala bagi petugas.

“Malam gerimis turun. Dinding di sekitar lokasi juga dikhawatirkan longsor, karena memang sudah retak. Kami juga mengganjal beton yang menimpa mobil itu, agar tekanannya tak terlalu berat menimpa mobil. Perlu ektra hati – hati dan penuh perhitungan,” ungkapnya.

Proses evakuasi terhadap korban hanya dilakukan dengan cara manual. Sebab berbagai perlatan pun tak mendukung.

Tim Basarnas menerjunkan 50 aparat. Dengan dilengkapi dua alat berat.

“Ekskavator atau alat berat kami tidak sanggup mengangkat beton itu. Terlalu berat, kami pakai cara manual. Dengan cara menyobek busa kursi yang diduduki korban. Perlahan – lahan akhirnya ada ruang, dan berhasil menyelamatkan Putri ke luar dari mobil,” beber Erdi.

Saat Putri dicoba dikeluarkan, kaki kirinya sempat terjepit. Namun akhirnya wanita berusia 24 tahun ini bisa didorong keluar oleh petugas dari dalam mobil sekitar pukul 03.00 WIB.

“Kaki kiri Putri mati rasa. Tapi saat tangannya dipegang, dia mengerang sakit. Setelah dievakuasi segera dibawa ke RSUD Tangerang untuk mendapatkan perawatan medis,” jelasnya.

Menitikan Air Mata 

Tim evakuasi yang sudah berhasil mengeluarkan Putri, harus berjibaku kembali untuk menolong rekannya yakni Mukhmainnah. Bahkan proses penyelamatan berlangsung selama sekitar 10 jam.

“Kami mengeluarkan korban yang kedua ini lebih sulit, karena posisinya lebih dalam dari Putri,” beber Erdi.

Cara yang sama pun dilakukan oleh tim evakuasi. Dengan cara merusak kursi mobil dan setir.

“Mukhmainah ini rada pendiam, dia tidak banyak bicara. Berbeda dengan Putri yang agresif. Dia berusaha diam untuk menghemat energinya dan berupaya agar tidak panik,” imbuhnya.

Pihak keluarga korban pun berdatangan ke lokasi. Setelah diinfokan oleh polisi.

“Kami dan keluarganya memberikan suport. Dan meminta korban untuk sabar serta tenang,” papar Erdi.

Warga asal Batuceper, Kota Tangerang ini akhirnya berhasil dievakuasi sekira pukul 07.00 WIB. Ketika berhasil dikeluarkan, Mukhmainnah tak banyak bicara.

“Terima kasih pak…” tutur Mukmaimnah bernada pelan kepada para petugas.

Setelah menyelamatkan korban, Erdi mengaku berlinangan air mata. Pasalnya saat berhasil evakuasi Mukmainnah, dirinya mendapatkan kabar bahwa Putri meninggal dunia.

“Saya dapat kabar Putri meninggal. Kondisinya memburuk di RSUD Tangerang, kemudian dirujuk ke RS Mayapada,” kata Erdi tampak sedih.

Teriakan dan Gempa

Nurlela (48), warga sekitar lokasi kejadian menerangkan sempat merasakan detik – detik insiden longsor itu. Ia pun sempat ketakutan hingga mengira peristiwa ini merupakan gempa.

“Hujan deres banget saat itu. Tiba – tiba ada suara kencang, dan rumah juga goyang. Saya kira gempa, pada teriak – teriak warga juga,” ujar Nurlela saat berbincang hangat dengan Wartawan di kediamannya, Selasa (6/2/2018).

Warga asal RT 3 / RW 14 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Neglasari ini setelah ke luar rumah, melihat peristiwa longsor tersebut. Puing – puing beton serta tanah menimpa mobil yang dikendarai Putri. “Waktu mobil ketiban longsoran, ada suara cewek teriak – teriak minta tolong,” ucapnya.

Sontak masyarakat setempat pun berdatangan. Mereka ramai – ramai membawa pacul untuk membersihkan tumpukan tanah itu.

“Keliatan di dalam mobil ada dua cewek ketimpa beton. Warga juga enggak bisa nolong dan datang polisi ke lokasi,” kata Nurlela.

Minah (43) satu dari warga sekitar menambahkan proyek pembangunan Kereta Bandara yang berada di sekitarnya teramat meresahkan. Bahkan menyesengsarakan masyarakat setempat.

“Ini baru pertama kali kejadian longsor di sini. Pembangunan jalur Kereta Bandara memang harus diperhatikan. Soalnya semenjak ada pembangunan itu, tidak ada saluran air. Kami terus – terusan kebanjiran kalau hujan,” papar Minah.

Siapa Bertanggung Jawab?

Jajaran Polresta Bandara Soekarno Hatta telah menggelar olah tempat kejadian perkara terkait insiden yang merenggut nyawa ini. Lantas siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa yang sudah menelan korban?

“Kami sudah olah TKP dan beberapa saksi sudah kami dapatkan datanya. Nantinya kami ambil keterangan, namun untuk selanjutnya kami masih menunggu hasil Puslabfor,” ungkap Kapolresta Bandara Soetta, Kombes Akhmad Yusep Gunawan saat ditemui Wartawan di lokasi kejadian.

Garis polisi pun sudah dipasang. Tim indentifikasi sudah ke lokasi. “Dalam kasus ini kami ingin mengetahui apa penyebab terjadinya runtuhnya tembok itu,” jelasnya.

Bahkan pihaknya akan melakukan identifikasi kontruksi. Dan perkara tersebut sudah naik tingkat ke proses penyelidikan.

Sementara itu Humas Railink, Diah selaku operator Kereta Bandara Soetta menjelaskan jajarannya terus berkoordinasi dengan para stakeholder lainnya. “Kami sudah jalin komunikasi dengan pihak – pihak terkait di lapangan. Apa penyebabnya juga masih dilakukan pengecekan,” imbuh Diah.

Hal senada diutarakan Branch Communication Manager Bandara Soetta, Haerul Anwar. Ia turut menyampaikan duka mendalam atas insiden tersebut.

“Dalam waktu dekat lagi kami akan lakukan pertemuan. Dari pihak Railink, PT KAI, mau pun kontraktor pembangunan Kereta Bandara Soetta yaitu Waskita,” ujarnya.

Humas Waskita, Daud belum bisa menerangkan terkait soal teknis kontruksi yang ambrol itu. “Kalau mengenai secara teknis, nanti saja setelah hasil laporan di lapangan keluar mengenai penyebab longsor ini,” papar Daud.