Beranda News

Kisah Pengungsi Lebak, Tanah Makam Tersisa Bergema Adzan Takbir di Cigobang

Kisah Pengungsi Lebak, Tanah Makam Tersisa Bergema Adzan Takbir di Cigobang
Suasana Barak di Posko Pengungsian Bencana Lebak DODIKLATPUR. Foto Supriyadi Pelitabanten.

KABUPATEN LEBAK, Pelitabanten.com–Lebih dari 600 warga yang mengungsi menempati 9 Barak yang ada di sekolah militer Komando Pendidikan dan Pelatihan Tempur (DODIKLATPUR) RINDEM III Siliwangi, hingga kini masih belum bisa memastikan kapan bisa kembali ke rumah.

Dua pekan terlewat pasca bencana, kerinduan kehidupan normal sehari-hari seperti biasanya, kerap hadir dalam lamunan para pengungsi. Hal tersebut diungkapkan oleh Mumu sekeluarga dan pengungsi lainnya saat pelitabanten.com bertemu di BARAK SUTOYO pengungsian DODIKLATPUR Kamis (16/1/2020).

Warga Kampung Cigobang yang mengungsi di Barak Sutoyo posko pengungsian DODIKLATPUR. Foto Supriyadi Pelitabanten.

Mumu (35) pun mengisahkan kejadian aneh saat bencana longsor itu terjadi pada 1 Januari kemarin. Tanah di atas bukit di Kampung Cigobang yang longsor tersisa pemakaman, sedangkan tanah di kanan dan kiri pemakaman tersebut longsor menimpa pemukiman warga. Tanah yang berupa pemakaman itu tidak jatuh, dan tetap kokoh tersisa di atas bukit.

“Rumah saya di kampung Cigobang habis tertimpa longsoran dari atas bukit, gentengnya udah tidak kelihatan, yang kelihatan hanya tanah dan pohon tidur, itu tanah dan kebun-kebun di bukit jatuh ke bawah pemukiman, cuma anehnya cuma pemakaman yang tersisa kotak nempel di atas, kanan kirinya udah habis longsor,” jelas Mumu.

Pengungsi warga Kampung Cigobang, Mumu DANBARAK Sutoyo posko DODIKLATPUR. Foto Supriyadi pelitabanten

Mumu yang dipilih menjadi komandan barak di posko DODIKLATPUR menambahkan, dirinya bersyukur bisa selamat bersama istri dan kedua anaknya. Turut beserta orangtua dan mertuanya selamat di pengungsian, walaupun harta benda habis tertimpa longsoran.

“Hanya pakaian di badan saja pak, ga kepikiran yang lain, waktu itu bunyi kenceng ngeliat rumah di atas udah ketimpa, kami sekeluarga terus lari ke atas sama warga sekampung, 3 hari di tengah hutan, jalan ga keliatan lewat kebun-kebun aja terus jalan sampe ketemu tanah lebar kami istirahat,” ungkapnya.

Sepengetahuan Mumu ada 6 korban jiwa warga Kampungnya di Cigobang Desa Banjarsari Kecamatan Lebak Gedong akibat bencana longsor tersebut. Hingga saat itu Mumu belum tahu bagaimana kabar pengungsi lain yang terpisah saat warga berlarian menghindar.

“Banyak warga yang terpisah, pagi itu suara adzan di mana-mana, takbir ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, rame-rame warga teriak takbir dan ada yang adzan, sambil terus bae lari lewat kebon-kebon,” ungkapnya.