Beranda News

Masyarakat Padarincang Terus Gelorakan Perlawanan

Masyarakat Padarincang Terus Gelorakan Perlawanan

SERANG,   – Masyarakat yang tergabung dalam Syarekat Perjuangan Rakyat () terus menyerukan penolakan terkait Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di gunung Gunung Praksak, Desa Batu Kuwung Padarincang.

Berdasarkan Hasil musyawarah Rabu 14 Maret 2018 kemarin di majelis pon-pes Darul Murakobah Yang dihadiri oleh Ulama, , tokoh , santri Dan Mahasiswa menghasilkan beberapa poin kesepakatan.

Rendi salah satu penggerak penolakan mengatakan, pernyataan Wakil Bupati, Pandji Tirtayasa yg termuat dalam koran salah satu koran di Banten tertanggal 9 maret 2018 lalu bertolak belakang dengan apa yang terjadi di forum mediasi kala itu.

Dalam pernyataan yang termuat di salah satu koran di Banten itu, wakil Bupati Pandji Tirtaysa mengatakan, masyarakat tidak diajak bicara, ada kegiatan di lingkunganya, makanya perusahaan kalau masih yakin obati dulu luka masyarakat.

Padahal, dilanjutkan Rendi, dalam forum mediasi tersebut pihak perusahaan yang di wakili oleh tenaga ahli ITB tidak bisa meyakinkan keamanan kepada masyarakat padarincang dalam teknis pengeboran panas bumi.

Sehingga dalam forum tersebut masyarakat sudah tidak ingin di berikan sosialisasi tapi menginginkan segera menghentikan proses eksplorasi Geothermal di gunung prakasak.

“Obat Luka bagi Kami adalah ‘Hentikan Proyek Eksplorasi PLTPN PT. SBG DI Gunung Prakasak,” tegasnya kepada melalui pesan whatsapp mesengger, Kamis, 15 Maret 2018.

Dikatakan Rendi, penolakan yang di lakukan oleh masyarakat padarincang memiliki landasan yang sesuai dengan Hukum syara, sosial, adat dan budaya di Padarincang, serta yang paling utama UUD 19945 dan PANCASILA.

“Secara teknis tim ahli dan konsultan yang dihadirkan Dari pihak perusahaan tersebut tidak cukup meyakinkan  bahwa proyek PLTPB akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, karena dinilai kontradiktif dengan demografi, topografi ataupun kondisi geografis, serta kultur dan sosial budaya,” ujarnya.

Untuk itu, dikatakan Rendi, masyarakat melalui Sapar akan terus menggalang kekuatan Massa sampai izin Eksplorasi Dan eksploitasi gunung prakasak benar-benar di cabut serta sampai dilakukan kembali di lokasi gunung Yang sudah dirusak tersebut.

“Jika perusahaan memaksakan kehendak sendiri dengan terus mengoperasikan alat berat Di gunung prakasak diwaktu-waktu sekarang ini, maka masyarakat akan melakukan aksi penghadangan Di lokasi Proyek,” katanya.

Dalam musyawarah tersebut hadir diantaranya, Ustad Aunillah (Pimpinan Ponpes Barkatul Ad’ya), Ustadzah Eha Suhaemi/Umi Eha (Pimpinan Ponpes Furu Raudatul Bakiat), Ustad Saiful Azizi (Pimpinan Ponpes Daarul Murakobah), Ustad Ahmad, Ustad Ibin, Tokoh Masyarakat Padarincang, Hj. Doif, Abah Toha, Abah Mad, Kang Mami serta tokoh pemuda Yang lainnya. (Rizki)