TANGERANG, Pelitabanten.com – Kementrian Kesehata Republik Indonesia melaksanakan sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Kabupaten Tangerang Banten. Melalui Hari Sadar Bising Sedunia Internasional Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menggelar sosialisasi kepada masyarakat
Acara yang di laksanakan di Apartemen The Habitat Karawaci Jalan Pelamboyan, Kelurahan Bencongan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang, Rabu (2/5/2018).
Gangguan pendengaran merupakan gangguan kesehatan dimana manusia kehilangan kemampuan mendengarnya secara bertahap, mulai dari tidak mampu mendengar suara pelan atau normal sampai tidak bisa mendengar suara apapun karena sinyal suara gagal mencapai otak.
Hadir dalam acara tersebut dr. Hendra Tarmizi, Mars mewakili Kepala Dinas Kesehatan Kab. Tangerang dan Kemenkes RI Sri Purwati, SKM, MKes, Ketua pengurus pusat perhati/persatuan dokter spesialis telinga, hidung kepala leher, dr. Sukirman dan juga Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PPP Drs. H. Irgan Chairul Mahfiz, M.Si.
Dalam sambutannya dr. Hendra Tarmizi mengatakan, di Asia Tenggara ada 180 Juta jiwa penderita penyakit tuli, dan Indonesia merupakan urutan ke 4 dengan jumlah penyakit tuli.
“Penyakit bising merupakan penyakit yang sangat serius dimana dapat bermasalah apalagi kepada anak-anak dapat menggangu prestasi disekolah dan dalam sosialnya akan menjadi minder langkah selanjutnya nanti dari tim pemerhati akan berikan pemeriksaan kepada masyarakat,” kata dr. Hendra Tarmizi.
Dr. Sukirman dalam pemaparanya mengatakan, Masalah pendengaran kerap dialami banyak orang. Adanya gangguan pendengaran sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada dasarnya, gangguan pendengaran terbagi menjadi 3 jenis yaitu, Tuli Konduksi, Tuli Sensorineural dan Tuli Campuran
Penyakit tuli adalah penyakit yang tidak bisa dilahat orang lain dan penyakit tuli diakibatkan karena faktor usia dan kebisingan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti volume radio, televisi, dan klakson kendaraan.
Pasalnya, Banyak masyarakat tidak menyadari kebisingan bukan hanya mengancam kesehatan pendengaran, tetapi mental dan psikologi. Ia menjelaskan Penyakit tuli bisa menjadi permanen
Dampak tuli secara komplikasi bisa terganggu.
Sementara Dr. Sri Purwati, SKM. M. Kes., Kasubdi gangguan indera dan Fungsional menjelaskan,
Data WHO tahun 2013 menyebutkan 360 juta orang atau 5,2% di seluruh dunia memiliki gangguan pendengaran. Kondisi ini sebagian besar terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia.
“Jangan abaikan masalah gangguan pendengaran dan upaya kesehatan P2PTM sebagai dari program P2P,” ujar Sri Purwati.
Selain sosialisasi juga membagikan Tas dan Gelas untuk ibu- ibu yang bisa menjawab berbagai pertanyaan yang di lontarkan oleh anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PPP Drs. H. Irgan Chairul Mahfiz, M.Si.,
Lebih lanjut, Dr. H. Irgan Chairul Mahfiz menyampaikan, melalui GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dapat dilakukan dengan cara antara lain melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban bersih. Pada tahap awal, GERMAS tersebut secara nasional dimulai dengan berfokus pada kegiatan.
“Melalui GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk membiasakan diri hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan. Selain itu berpikir positif juga bisa terbangun jika secara fisik juga sehat dan permasalahan BPJS dan Jaminan Kesehatan lainnya bisa terpenuhi,” Tandasnya