JAKARTA, Pelitabanten.com – Peringatan May Day, adalah peringatan kemenangan kaum buruh memperjuangkan tuntutan 8 jam bekerja sehari, pada Tahun 1886 di Amerika Serikat.
Di Indonesia sudah diperingati sebelum RI berdiri sampai orde lama. Orde Baru melarang kaum buruh untuk memperingatinya. Tahun 1995 adalah perayaan pertama. Akibatnya, 15 peserta aksi ditangkap. Sebagian besar terluka karena ditabrak motor trail, dipukul dan ditendang. Gerakan buruh dihadapi dengan kekerasan.
Memasuki reformasi, buruh boleh berserikat dan mogok. Tumbuh banyak serikat buruh yang berani menuntut haknya. Era keterbukaan politik adalah jembatan bagi gerakan buruh membesar dan mampu memperjuangkan hak-hak pekerja.
Tapi sayang, beberapa serikat buruh mulai berpolitik praktis dengan dimulai mendukung salah satu pasangan dalam Pilgub DKI. Bahkan dengan menggunakan taktik isu SARA. Dan sekarang, ada serikat buruh mendukung salah satu bakal calon presiden untuk Pemilu 2019.
Ribka Tjiptaning dari fraksi PDI Perjuangan di Komisi IX DPR RI mengecam sikap serikat buruh yang seperti ini. Selain mengundang politik transaksional, sikap politik semacam ini hanya akan melemahkan gerakan buruh itu sendiri. Harusnya gerakan buruh menjadi kekuatan politik alternatif, ditengah peran parpol yang tidak maksimal dalam memperjuangkan kepentingan kaum pekerja.
“Masih banyak PR bagi gerakan buruh, seperti menuntut ; penghapusan buruh outsourcing, tolak upah murah (penghapusan PP No 78Tahun 2015), tolak kriminalisasi buruh, usut kembali kasus kematian Marsinah,” ucap Ribka Tjiptaning. Selasa (1/5/2018)