Pelitabanten.com – Berbicara mengenai politik memang tidak akan ada habisnya, setiap apa yang dilakukan pasti menyangkut pautkan nya dengan politik, hingga akhir-akhir ini yang mulai hangat di bicarakan oleh masyarakat yaitu mengenai pemilu, padahal kurang lebih 3 tahun lagi, tapi para pejabat tinggi mulai melakukan kampanye dari sekarang, mengapa dari sekarang?
Karena untuk menjadi orang nomer 1 di Indonesia memang harus memiliki banyak pendukung untuk mencapai nya. Politik di Indonesia memang cukup seru untuk di bicarakan dengan rekan-rekan, sekalian duduk manis di cafe atau di manapun itu, banyak sekali drama yang terjadi, mulai dari gagal jadi gubernur karena ulahnya saat kampanye, hingga isu 3 periode.
Begitu juga dengan politik yang di sangkut pautkan nya dalam agama, menurut gue sih oke-oke ajaa, tohh dari zaman nabi Muhammad juga udah di ajarin cara berpolitik dengan baik, dan di agama juga pasti di jelasin juga mengenai berpolitik, tapi pasti ada beberapa pihak yang langsung sensitif kalo udah ngomongin politik dalam agama, kenapa gitu yaa?
And gue juga pernah denger kata kata begini, jangan sangkut pautin politik sama agama, kerena agama itu terlalu suci untuk di gabung sama politik, karena agama selalu mengajak kebikan sedangkan pada kenyataannya politik itu malah kebalikan nya, maka dari itu jangan masukkan politik dalam agama karena pasti ada aja pihak yang memanfaatkan agama sebagai tujuan kekuasaan, mereka bisa melakukan apapun untuk bisa mendapatkan suatu kekuasaan tersebut.
Nahh kalo gitu berarti tujuan berpolitik bukan untuk memajukan negara? Bukan buat mensejahterakan masyarakat?, Tapi buat kekuasaan, yaa gasii iyaa dongg pastinya wkwk. Tapi disisi lain ada juga yang mendukung dalam hal politik dalam agama ini, dan gue juga pernah mendengar kata-kata yang kaya gini.
Sebenernya Islam itu ngga bertentangan sama politik malahan di ajaran agama khususnya di Islam juga ada politik, tapi seringkali politik di zaman sekarang ituu melenceng dari politik yang udah di ajarin yang ada di agama, dan yang udah di atur dalam agama, politik itu upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama, untuk mencapai suatu tujuan negara agar menuju lebih baik, nahh kalo sistem nya kaya ini agama pasti mendukung, tapi itu malah di salah gunain oleh para politisi, ada yang menjalankan sistem politik nya ngga sesuai sama ajaran dari Islam itu sendiri, karena emang tujuan utamanya untuk mencapai suatu kekuasaan, bukan untuk mencapai kesejahteraan, dan agama sendiri sangat mudah buat di preteli dalam berpolitik.
Menurut gue sih yaa malahan di zaman sekarang itu banyak tuh para pejabat yang bawa partner buat politik nya itu tokoh-tokoh agama, dan dalam hal ini juga jadi ada salah paham mengenai politik kalo di campur dengan agama, contohnya dari kalangan ulama saat ini di jadiin brand ambassador atau di jadiin tokoh utama dalam perpolitikan tujuan nya agar masyarakat melihat contoh partai politik tersebut, nah dengan kata lain partai politik tersebut menggunakan ulama sebagai bahan penarik minat masyarakat untuk memilih partai politik atau ketika salah satu anggotanya saat maju ketika berpolitik yang tentunya akan menjadi nilai plus jika saat maju berpolitik terdapat ulama yang maju juga, karena pada dasarnya para ulama itu punya pengikut yang banyak.
Apalagi di Indonesia yang mayoritas masyarakat nya memeluk agama Islam yang tentunya para ulama mempunyai banyak pengikut, dan akan dengan mudah menang ketika pemilu, Salah satu tak tik berpolitik yang cerdas sih wkwk. Dan ada juga ulama besar yang isunya mau naik jadi presiden, menurut gue kalaupun beliau jadi ikut pemilu kemungkinan juga punya harapan besar buat berhasil, yaa karena mereka punya jumlah pendukung yang sangat banyak juga dan yang pasti para pendukung nya akan memilih orang tersebut.
Harapan gue dalam hal ini sih, semoga apapun yang di lakukan saat berpolitik, metode apapun yang di lakukan selagi itu positif dan ngga melanggar norma dan merugikan siapa pun, semoga cara berpolitik dan dalam penerapan nya masih sesuai sama ajaran yang ada di agama dan sesuai sama janji-janji manis nya ketika mereka berkampanye.
Penulis: Saifatul Farihah (Mahasiswi universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten Semester 1)