Pelitabanten.com – Saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Semakin banyak fenomena-fenomena alam yang dipengaruhi oleh perbuatan manusia maupun kejadian secara alami. Salah satu akibat dari pengaruh perbuatan manusia adalah pemanasan global. Hal tersebut membuat banyak hewan di Bumi mencari wilayah yang memiliki suhu lingkungan yang lebih dingin.
Menurut Husain (2010) Pemanasan global (global warming) merupakan fenomena yang terjadi akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), chlorofluorocarbon (CFC) dan gas lainnya secara berlebihan di atmosfer, sehingga cahaya matahari yang dipantulkan bumi sebagai radiasi infra merah gelombang panjang dan ultraviolet yang akan diteruskan ke angkasa luar, namun sebagian besar dipantulkan kembali ke bumi oleh gas rumah kaca yang terbentuk di atmosfer, sehingga mengakibatkan temperatur bumi meningkat.
Penyebab dari emisi gas rumah kaca lebih banyak dihasilkan dari aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, dan asap pabrik. Selain itu Kebakaran hutan juga berpengaruh besar terhadap pelepasan emisi CO2 ke atmosfer ditambah penebangan hutan liar menjadi penyebab berkurangnya penyerapan CO2 oleh tumbuhan.
Pemanasan global berpengaruh terhadap suhu lautan, sebuah penelitian membuktikan banyak spesies mahluk laut yang bermigrasi ke wilayah kutub untuk mendapatkan suhu lingkungan yang lebih dingin.
Jumlah mahluk hidup di lautan yang bermigrasi 6 kali lebih banyak dibandingkan mahluk hidup di daratan.
Karena banyaknya jumlah biota laut yang menginvansi wilayah kutub maka para peneliti membandingkan 258 studi berbeda mengenai perpindahan mahluk hidup yang tinggal di lautan. Hal ini untuk mempermudah para peneliti dalam memetakannya.
Para peneliti membandingkan lebih dari 30.000 perpindahan habitat dari 12.000 spesies jamur, tumbuhan, hewan, dan bakteri. Hasil Perbandingan tersebut menghasilkan database bernama BioShifts.
Dalam sebuah jurnal penelitian lebih tepatnya dalam Jurnal Nature dikatakan bahwa spesies amfibi bergerak lebih dari 12 meter per tahun ke arah Kutub. Sementara reptil bergerak sekitar 6,5 meter per tahun. Sedangkan Serangga bergerak sejauh 18,5 kilometer per tahun.
Dalam sebuah penelitian dibuktikan bahwa rata-rata spesies mahluk laut bergerak ke arah kutub dengan jarak 6 kilometer per tahun. Sementara rata-rata spesies di daratan bergerak dengan jarak 1,8 kilometer per tahun. Hal ini bisa membuktikan bahwa biota laut berpindah lebih jauh dan lebih masif dibandingkan mahluk hidup daratan.
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
- Tingkat temperatur suhu. Udara dapat memancarkan panas 25 kali lebih kecil dibandingkan air, dan banyak hewan darat yang bisa menentukan suhu tubuhnya sendiri (berdarah panas). Hal itu menjadikan hewan darat dapat bertahan lebih lama di suhu yang cukup tinggi. Berbeda dengan biota laut, yang mayoritas berdarah dingin sehingga suhu tubuhnya mengikuti suhu air di sekitarnya.
- Mudah bermigrasi. Hewan-hewan laut dapat mudah bermigrasi karena tidak terlalu banyak faktor yang menghalanginya. Berbeda dengan di daratan, banyak hewan-hewan yang sulit bermigrasi karena banyaknya faktor yang menghalanginya seperti penebangan liar hutan, pembakaran hutan dan pembangunan-pembangunan gedung dan lainnya.
Peneliti mengatakan bahwa “Di daratan, hilangnya habitat dan fragmentasi lahan mengurangi kemampuan hewan untuk mencari wilayah dengan suhu yang nyaman bagi mereka,”
Dengan berkurangnya spesies mahluk laut di suatu wilayah akan mengakibatkan rusaknya rantai makanan di wilayah tersebut dan dapat mengakibatkan habisnya keanekaragaman spesies mahluk laut endemik di wilayah tersebut serta dapat mengubah ekosistem yang bermanfaat bagi masyarakat.
Solusi untuk mengatasi fenomena ini menurut seorang Malin Pinsky ” Memahami spesies dan ekosistem mana yang akan paling terpengaruh oleh pemanasan saat perubahan iklim berkembang adalah cara penting untuk memperbaiki dan menemukan solusinya,”.
Dengan fenomena-fenomena seperti ini seharusnya menjadikan kita lebih mencintai alam dimana tempat kita tinggal. Kita harus memaksimalkan apa yang ada di alam ini, namun kita juga harus bertanggung jawab untuk melestarikannya.
Semoga artikel ini dapat menjadikan kita paham dan peduli akan kondisi alam yang ada disekitar kita.
Penulis: Muhammad Farhan Kurnia
(Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten)