Beranda Opini

HANYA SEBUAH HARAPAN

HANYA SEBUAH HARAPAN
ilustrasi foto: ist

Pengorbanannmu akan selalu kuingat, jerih payahmu akan selalu kuingat, cucuran keringatmu akan selalu terbayang, kasih sayang yang kau beri takkan pernah kulupa.
Di setiap cucuran keringat akan selalu terbayang olehku. Takkan ada yang bisa menggantikan sosokmu. Sosok yang selalu menginspirasi di setiap perjalananku. Sosok gagah yang akan selalu kuingat dan tak akan pernah kulupa ia adalah Ayah.

Jerih payah dan keringat yang bercucuran dalam setiap harinya ikhlas ia keluarkan untuk anaknya. Letih pasti selalu ia alami setiap harinya. Takkan ada kata menyerah untuk terus bekerja memenuhi kebutuhan demi menghidupi keluarga kecil ini. Wajah letih yang kulihat saat ia pulang tertutup oleh senyuman. Sosok ini yang selalu kuingat untuk terus berjuang saat aku terjatuh dan harus bangkit kembali.

Saat peristiwa yang tidak akan pernah kusangka terjadi dan pasti akan dialami pada manusia lain yang entah kapan waktunya yaitu kembali ke sisi-Nya. Seorang bidadari yang telah melahirkan dan membesarkanku meninggalkan dunia ini. Tangisan sedih menyelimuti, tak disangka begitu cepat. Pagi hari aku yang masih bisa melihat senyumannya, siang hari aku tidak bisa melihat senyumannya lagi. Begitu cepat waktu berlalu.

Baca Juga:  Tiada Hari Tanpa Berhala (part 2/2)

Saat ibu tak lagi ada di dunia ini, ayah menggantikan sosoknya. Ayah memberikan kasih sayang seperti ibu. Walaupun ayah tak selembut seorang ibu, sosoknya mampu menggantikan ibu. Pekerjaan seorang ibu juga ia lakukan saat berada di rumah, meskipun akan terasa berbeda.

Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama. Ayah memutuskan untuk aku dan adikku tinggal bersama nenek di kota yang berbeda. Saat itu aku dan adikku tidak lagi melihat wajah ayah setiap hari. Hanya sebuah harapan untuk bisa bertemu ayah setiap harinya. Ayah melakukannya untuk kebaikan aku dan adikku. Doaku selalu menyertainya untuk selalu dalam keadaan sehat dan bisa bertemu dan berkumpul kembali lagi bersama.

Penulis: Dhe Areta Awani Tubarila, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta