Pelitabanten.com – Minggu kemarin linimasa media sosial saya dipenuhi dengan berita seputar banjir. Mulai dari Instagram, Facebook, hingga WhatsApp semua orang membicarakan banjir.
Memang pada pekan lalu banjir setinggi paha orang dewasa merendam sebagian kecamatan di Kabupaten Pandeglang, khususnya wilayah yang teraliri oleh sungai Ciliman.
Sungai yang bermuara di Cibuntu, Lebak keusik, Banjarsari, Kabupaten Lebak ini melewati beberapa kecamatan seperti Angsana, Munjul, Sindang Resmi, Suka Resmi dan terus mengalir kebarat sampai ke laut Panimbang.
Kata sebagian orang banjir itu adalah anugerah. Tuhan mengirimkan banjir agar tanah-tanah dibumi menjadi subur dan makmur. Sebagian lagi beranggapan bahwa banjir itu sebuah bencana. Banjir adalah peringatan dari yang maha kuasa agar umat-Nya senantiasa merenung dan berserah diri.
Namun bagi masyarakat yang teraliri oleh sungai ciliman mereka mempunyai anggapan lain tentang banjir. Ada hal yang menarik terkait banjir yang diakibatkan oleh meluapnya sungai ciliman ini. Penulis akan mengungkap fakta dan mitos seputar banjir sungai ciliman agar rasa penasaran kita semua bisa sedikit tercerahkan.
Mitos Ki Ipuh
Sebenarnya cerita mengenai Ki Ipuh ini sudah ada sejak zaman dahulu. Orang tua terdahulu sering mengaitkan antara bencana banjir dengan sosok misterius yang bernama Ki Ipuh Sebetulnya siapa sosok Ki Ipuh itu? dan mengapa warga sekitar mengaitkan kedatangan banjir dengan dirinya?.
Konon menurut cerita yang berkembang di masyarakat Ki Ipuh adalah seorang manusia biasa yang menjelma menjadi seekor buaya dan diangkat sebagai rajanya para buaya.
Di kisahkan bahwa Ki Ipuh adalah seorang lelaki tua yang berprofesi sebagai pembuat gula aren. Dia hidup sebagai manusia normal mempunyai istri dan beranak-pinak.
Suatu hari dia pergi kehutan mencari pohon aren untuk diambil nirahnya.
Namun sebelum sampai ke hutan dia menemukan pohon aren di dekat tepian sungai.
Tanpa berfikir panjang dia langsung memanjat pohon aren tersebut. Ketika hendak sampai ke atas pohon tiba-tiba pisau belati kesayangan miliknya jatuh kedasar sungai.
Ki Ipuh langsung turun dan menyelam ke dasar sungai untuk mengambil pisau miliknya itu. Namun ketika sampai ke dasar sungai hal yang diluar nalar terjadi. Disana dia melihat ada sebuah istana besar dan megah yang di huni oleh bangsa buaya. Dia masuk kedalam istana tersebut dan bertemu dengan bangsa buaya. Perbincangan pun terjadi disana. Dia diminta untuk menjadi pemimpin bangsa buaya dan diperknankan mengajak istri dan keluarganya. Ki Ipuh mengiyakan tawaran dari bangsa buaya tersebut serta mengajak keluarganya berpindah ke alam bangsa buaya dan menjadi raja disana.
Seperti itulah mitos yang sering diceritakan para orang tua jaman daulu kepada keturunannya. Mereka meyakini bahwa penguasa sungai ciliman bukanlah buaya pada umumnya melainkan jelmaan dari seorang manusuia yang bernama Ki ipuh.
Dari peristiwa itulah asal muasal mengapa warga sekitar mengaitkan kedatangan banjir dengan sosok yang bernama Ki Ipuh.
Mereka beranggapan bahwa banjir yang menggenangi rumah mereka adalah sebuah kiriman dari Ki Ipuh. Sebagian percaya bahwa setiap tahun Ki Ipuh akan menyambangi para kerabat-kerabatnya yang berada di daratan.
Mitos ini tidak bisa kita pandang dengan sebelah mata karena ada sebgaian warga yang mengaku memiliki hubungan darah dengan Ki Ipuh. Ada juga seorang yang rumahnya berada persis di bantaran sungai ciliman bersaksi bahwa setiap kali banjir akan datang ke pemukiman pada malam harinya dia melihat sepasang payung pengantin yang hanyut. Lalu di susul oleh suara orang yang tengah berpesta, di iringi oleh arak-arakan gamelan dan suara yang sangat gaduh melintas dari girang ke hilir. Konon arak arakan tersebut berasal dari rombongan Ki Ipuh yang sedang mengadakan pesta perkawinan. Dan kejadian aneh ini selalu terulang sejak dulu hingga sekarang, Allahualam.
Dibalik cerita Ki Ipuh yang sangat sakral dan melegenda ini, sebenarnya ada beberapa fakta yang mengakibatkan air sungai ciliman mudah naik ke pemukiman.
Curah hujan yang sangat tinggi
Hujan deras yang mengguyur kawasan ini selama sepekan lebih mengakibatkan sungai ciliman dan kanal-kanal yang berada di wilayah sekitar tidak bisa menampung debit air yang terlalu tinggi, akibsatnya air meluap hingga ke pemukiman warga. BMKG memperkirakan intensitas hujan yang tinngi akan terus mengguyur kawasan Pandeglang hingga akhir desember 2020.
Kurangnya resapan air di bantaran sungai ciliman
Satu lagi faktor yang mengakibatkan sering terjadinya banjir disungai ciliman adalah kurangnya resapan air baik di daerah bantaran sungai mauapun di dekat pemukiman. Penebangan pohon secara liar mengakibatkan resapan air semakin berkurang. Apalagi dengan berkurangnya pohon sawit dibantaran sungai membuat air cepat naik kepemukiman dan mengakibatkan banjir.
Terlepas dari dua hal yang bertolak belakang diatas sepatutnya kita sadar bahwa bencana banjir bisa diatasi asalkan kita peduli terhadap lingkungan. Biarkan Ki Ipuh tetap eksis dan melegenda. Dan untuk kita selaku mahluk yang diberi akal agar bisa menyikapi kedua hal tersebut dengan sewajarnya. Semoga ada hikmah dari fakta dan mitos banjir ciliman ini. Jadikan bencana banjir ini sebagai bahan renungan supaya kita bisa lebih baik lagi kedepannya. Amiin.
Penulis: Anggara Yusuf Ibrahim (Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang)