Pelitabanten.com – Wabah Covid-19 baru saja berulang tahun yang pertama, dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Dari dampak segi kesehatan, sosial, pendidikan, begitu pun dampak negatif terhadap perekonomian. Tentu tidak ada yang perlu dirayakan dari ulang tahun pandemi ini, tetapi kita bisa mulai berharap untuk merayakan tanda-tanda pemulihan ekonomi nasional. Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Maret 2021 oleh Menteri Keuangan dan jajaran Kementerian Keuangan pada 23 Maret 2021, menguarkan optimisme tersebut. Artikel ini merangkum dan mengkomentari beberapa hal dari sebagian informasi yang dibahas dalam Konferensi Pers tersebut.
Optimisme pemulihan tersebut tersebut di tengah gelombang ketiga wabah Covid di beberapa negara. Selain itu, muncul pula varian baru virus di Perancis, setelah sebelumnya juga muncul varian baru di Inggris. Varian-varian ini penting diwaspadai dengan mempertimbangkan tingkat penularan, tingkat kematian, kemampuan alat yang ada untuk mendeteksinya, serta efektvitas vaksin yang sudah ada. Dari sisi politik, kawasan Asia semakin menghangat dengan gesekan kepentingan antara dua kekuatan utama dunia saat ini, yaitu Amerika Serikat beserta sekutunya menghadapi tantangan Tiongkok. Kebijakan pemerintahan baru di Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden dalam menggerakkan kelesuan ekonomi, berperan dalam meningkatkan permintaan dan harga-harga komoditas. Demikian pula, perkembangan produksi vaksin serta bagaimana vaksin tersebut didistribusikan juga merupakan hal-hal yang terjadi di luar negeri yang berpengaruh terhadap perekonomian nasional.
Bagi Indonesia, kita patut berharap dengan semakin meluasnya cakupan vaksinasi bagi masyarakat. Meskipun demikian, untuk mencapai target vaksinasi 181,5 juta penduduk pada bulan Maret tahun depan, kita masih perlu meningkatkan rata-rata vaksinasi per hari. Terdapat data yang sangat menggembirakan bahwa kasus harian dan kasus aktif mulai menurun. Perhatian tentunya perlu diarahkan pada empat provinsi yang mempunyai kasus terbanyak, yaitu Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur; yang juga merupakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang penting di Indonesia. Pengendalian wabah pada empat provinsi tersebut tentu sangat berperan dalam menyembuhkan perekonomian nasional.
Selain tanda menggembirakan dari program vaksinasi, beberapa review dari lembaga internasional juga memberikan optimisme. Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa portofolio utang Indonesia dianggap mempunyai ketangguhan (resilience), sehingga IMF memberikan proyeksi positif atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menyatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat. Beberapa lembaga pemeringkat juga memberikan review yang stabil. Di tengah kondisi perekonomian yang sulit, lembaga pemeringkat menurunkan peringkat (rating) dari banyak negara. Dengan demikian, rating yang stabil dan tidak di-downgrade merupakan suatu prestasi tersendiri bagi perekonomian kita. OECD pun merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, suatu hal yang cukup istimewa mengingat tidak semua negara-negara anggota kelompok G-20 (yaitu negara dengan perekonomian 20 besar di dunia) diproyeksikan untuk tumbuh lebih tinggi daripada proyeksi sebelumnya.
Meskipun beberapa lembaga tersebut memberikan review yang menggembirakan, terdapat beberapa masukan yang perlu diperhatikan. Atas risiko berkaitan dengan profil utang, masukan IMF menyatakan bahwa kita perlu memperhatikan persepsi pasar, kebutuhan pembiayaan eksternal, utang dalam bentuk valuta asing, serta penguasaan asing atas Surat Berharga Negara (SBN). Beberapa lembaga pemeringkat juga menyoroti besarnya peran pendanaan eksternal, selain ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap komoditas. Dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan perubahan struktural perekonomian. Perubahan struktural merupakan suatu resep yang sering disebutkan oleh ekonom, tetapi sangat sulit dalam implementasinya. Proses perubahan struktural di Indonesia, termasuk dengan perubahan struktural lewat UU Omnibus Law Cipta Kerja tidak luput dari perhatian lembaga-lembaga internasional tersebut.
Selain pendapat dari beberapa pihak di luar negeri, meninjau data-data ekonomi domestik juga memberikan optimisme atas sinyal-sinyal pemulihan ekonomi Indonesia. Dari sisi ekspor dan impor, neraca perdagangan mencatatkan surplus, yang ditunjang dari ekspor maupun impor yang meningkat. Impor bahan baku mulai meningkat, misalnya di sektor farmasi, bahan tekstil, maupun alat komunikasi. Peningkatan juga dapat dilihat dari peningkatan impor bahan baku dan penolong dan tentu saja impor barang konsumsi. Data investasi yang diukur dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga menunjukkan data yang menggembirakan. PMTB bangunan, kendaraan, dan mesin mengarah pada zona positif. PMTB bangunan didukung oleh positifnya investasi pada semen serta besi dan baja. Di sisi lain, PMTB dalam bentuk kredit baik investasi maupun modal kerja belum menunjukkan perbaikan.
Dengan semakin meluasnya vaksinasi, semoga pada waktunya pergerakan masyarakat semakin meningkat. Pergerakan masyarakat yang semakin bebas, tentu akan sangat mendukung pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, kita juga menunggu semakin besarnya dampak dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang programnya akan tetap dilanjutkan pada tahun 2021 ini. Kombinasi dari program-program tersebut, ditunjang dengan tarikan permintaan dari ekonomi global yang membaik, semoga lebih menyalakan optimisme atas pemulihan ekonomi nasional.
Penulis: Akhmad Solikin, SE, MA, PhD, CA (Dosen Politeknik Keuangan Negara STAN)