Beranda Opini

Partisipasi Masyarakat Mendanai Pembangunan Lewat Pembelian Surat Berharga Negara Ritel

Partisipasi Masyarakat Mendanai Pembangunan Lewat Pembelian Surat Berharga Negara Ritel
Ilustrasi (Gerd Altmann/Pixabay)

Pelitabanten.com – Pemerintah memerlukan sumber pendanaan yang kuat untuk mendanai program Pemulihan Nasional (PEN). Dalam kondisi wabah Covid-19, sumber-sumber dari kurang dapat dioptimalkan sebagai akibat perekonomian yang lesu. Gabungan antara yang besar dengan pendapatan yang terbatas menimbulkan kebutuhan pembiayaan untuk menambal kekurangannya. Dalam APBN 2021, direncanakan belanja sebesar Rp2.750 , terutama untuk menangani Covid-19 termasuk vaksinasi, program perlindungan sosial serta berbagai program sektoral. Di lain pihak, pendapatan negara diperkirakan sekitar Rp1.744 triliun, sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya. Dengan postur pendapatan dan belanja tersebut, terdapat defisit sekitar Rp1.000 triliun yang merupakan 5,7 persen dari PDB.

Kebijakan pembiayaan yang dipilih adalah mengembangkan pembiayaan yang kreatif dan inovatif misalnya dalam bentuk Kerjasama Pemerintah dan Badan (KPBU), sovereign wealth fund (), saldo lebih (SAL), maupun restrukturisasi BUMN dan Badan Layanan Umum (BLU). Defisit tersebut terutama dibiayai dari pembiayaan utang, baik dalam bentuk penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman.  Artikel ini lebih fokus pada instrumen SBN, baik dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Negara (SBSN).

SUN merupakan SBN yang dikelola secara konvensional, sedangkan SBSN dikelola dengan prinsip syariah, masing-masing dengan pilihan bunga atau imbal hasil tetap (fixed rate) atau pun yang menggunakan sistem floating rate. Setiap jenis instrumen juga dapat dipilah lagi apakah ditawarkan dalam bentuk rupiah atau valuta asing (misalnya dolar AS, Euro atau Yen) dan apakah ditawarkan kepada investor institusional atau investor perorangan.

Baca Juga:  Cash Waqf Link Mudharabah sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi Nasional

Tawaran kepada investor perorangan dilakukan untuk memanfaatkan potensi pembiayaan dari dalam negeri dan pendalaman pasar keuangan, sehingga dibuatlah SBN ritel yang bisa dibeli oleh WNI secara individu. Untuk instrumen yang memberikan fixed rate, pada sistem konvensional terdapat Obligasi Ritel Indonesia (ORI) sedangkan untuk kategori syariah terdapat Sukuk Ritel (SR). Pada instrumen yang menawarkan floating rate, terdapat pilihan Saving Bond Ritel (SBR) untuk sistem konvensional dan sukuk tabungan untuk sistem syariah.

Bagi pemerintah, SBN ritel berguna untuk melakukan pendalaman pasar (market deepening) yaitu semakin beragamnya pilihan investasi atau tabungan yang dapat dijangkau oleh semakin golongan masyarakat. Dengan basis investor dalam negeri yang semakin besar, kita tidak perlu terlalu tergantung pada investor asing yang bisa keluar dan masuk secara tiba-tiba mengikuti arah angin ekonomi global. Dengan demikian, pendalaman pasar bermanfaat untuk stabilitas makro ekonomi. Contoh klasik yang sering disebut adalah Jepang yang mempunyai jumlah utang yang besar dibanding PDBnya. Ternyata jumlah utang yang besar tersebut relatif tidak membahayakan bagi ekonomi Jepang karena sebagian besar dari utang tersebut adalah utang kepada warganya sendiri. Utang kepada warga sendiri dalam taraf tertentu dapat membentengi perekonomian domestik dari faktor eksternal.

Baca Juga:  Munculnya Fenomena Ghosting dalam Pembelajaran Daring

Selain itu, pendalaman pasar juga meningkatkan sumber pendanaan untuk pembangunan. Apabila dana tersebut dapat disalurkan untuk investasi, maka diharapkan berimbas pada pertumbuhan ekonomi. Lebih-lebih apabila dana tersebut sebelumnya bersifat menganggur (idle) atau tidak produktif. Buku teks tentang ekonomi makro penuh dengan teori dan bukti empiris yang mendukung pendapat ini. Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, akumulasi modal merupakan syarat bagi pertumbuhan ekonomi yang mantap, selain kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas, kemajuan teknologi, dan semangat kewirausahaan. Modal tersebut bisa berasal dari tabungan dalam negeri, bisa juga berasal dari investasi luar negeri. Penelitian di India (Singh, 2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara tabungan dan pertumbuhan ekonomi, yaitu bahwa tabungan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga berpengaruh positif pada peningkatan tabungan.

Bagi masyarakat, SBN ritel dapat digunakan sebagai alternatif investasi karena memberikan imbal hasil yang menarik. Instrumen ini juga aman karena diterbitkan oleh pemerintah. Inovasi dengan SBN ritel yang dijual secara online juga menarik bagi generasi milenial yang familiar dengan gadgetnya. Sebagai tambahan atas manfaat ekonomi, partisipasi masyarakat untuk membeli SBN ritel juga merupakan wujud dari partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Dengan membeli SBN ritel, masyarakat berperan mendanai pembangunan dan juga sekaligus mendapatkan imbal hasil dari pembangunan tersebut, sesuai dengan tagline #InvestasiRakyatPenuhManfaat.

Baca Juga:  Langkah Pemerintah Mengoptimalkan Pendidikan Saat Pandemi Dan Manfaatnya Dari Sisi Ekonomi

Kesempatan untuk berperan dalam pembangunan tersebut saat ini terbuka dengan ditawarkannya Sukuk Ritel Seri SR014. SBSN tersebut memiliki jangka waktu tiga tahun dengan imbalan tetap 5,47 persen per tahun. Dengan nominal per unit sebesar Rp1 juta, Sukuk Ritel ini cocok untuk siapa saja, termasuk bagi investor milenial. Saluran penjualannya pun tidak hanya lewat bank umum, bank syariah atau perusahaan sekuritas, tetapi juga lewat Fintech sehingga lebih mendekatkan SBN dengan generasi muda. Dalam  kondisi pandemi Covid-19, membeli SBN dapat dilakukan secara online tanpa perlu repot-repot secara fisik pergi ke bank atau perusahaan sekuritas.

Akhmad Solikin, SE, MA, PhD, CAPenulis: Akhmad Solikin, SE, MA, PhD, CA (Dosen Politeknik Keuangan Negara STAN)