Pelita Banten.com-Sebenarnya pemilu baru akan dilaksanakan tahun 2024, namun riaknya sudah terasa sejak tahun 2021 dan hangatnya tahun 2022 dan akan terasa panasnya 2023. Situasi itu terus bergulir padahal pemilunya akan dilaksanakan pada tahun 2024. Spekulasi serta wacana hingga muncul situasi dan kondisi saling serang opini antara kelompok dan kelompok pendukung seolah-olah pertemanan itu sudah tidak mau bersahabat lagi.
Kelompok bentukan-bentukan dari luar partai politik pun sudah mulai bermunculan dan dibentuk secara organisasi sebagai sayap pendukung. Setiap haripun kita disuguhkan di media tentang kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh para sayap yang sudah terbentuk. Sayap dan organisasi bentukan kelompok-kelompok elit tersebut, sebenarnya memiliki tujuan yang baik dalam hal memberikan dukungan pada kontekstasi pemilu 2024.
Kegiatan yang dilakukan oleh para sayap organisasi tersebut, sebenarnya itu hal yang lumrah dan sah-sah saja dalam subuah negara yang menganut demokrasi. Mempertontonkan segala aktarksinya untuk menarik peminat agar masyarakat berniat untuk bergabung pada sayap organisasi pendukung calon kontekstati peserta pemilu 2024. Momentum itu, sebenarnya tidak ada yang salah dan juga tidak ada hak-hak yang dilanggar. Hak untuk berkumpul dan berserikat sepanjang sesuai dengan UUD 1945 sebenarnya tidak ada masalah dalam negara kita yang tercinta Indonesia.
Bentukan organisasi sayap yang terjadi riak-riaknya sejak tahun 2021, sebenarnya momentum awal meramaikan dan mengopinikan siapakah bakal calon presiden pada pemilu 2024. Alarm yang mulai dibunyikan oleh sayap hingga saat ini, membawa hawanya pemilu seolah-olah akan dilaksanakan pada tahun 2022 atau 2023. Padahal pemilu itu, pelaksanaannya tahun 2024. Meramaikan pemilu tahun 2024, sebagian kalangan beropini bahwa merupakan situasi pemilu yang sangat melelahkan untuk menunggu waktunya tiba, karena sudah mulai di opinikan dari tahun 2021.
Permainan demi permainan dan lakon demi lakon dipertunjukkan oleh para sayap organisasi pendukung bakal calon presiden pada pemilu 2024 seolah-olah bakal calon presiden itu di tentukan oleh sayap dan organisasi bentukan elit. Bukankah secara aturan main Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden Pasangan calon Presiden dan Wakil presiden, bahwa pasangan calon peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik yang telah memenuhi persyaratan.
Kehadiran sayap organisasi dukungan calon kontekstasi pemilu 2024 baik calon anggota legislatif, calon kepala daerah dan maupun calon presiden itu suatu kewajaran. Namun dibalik hadirnya sayap dan organisasi pendukung, jangan sampai merasa menang sendiri dan seolah-olah hari ini pemilu sedang berlangsung. Mendukung calon kontekstasi peserta pemilu tahun 2024, sebenarnya tidak perlu berlebihan dalam “eforia” dukungan dan juga tidak perlu saling mematikan karakter apalagi memunculkan sikap-sikap bermusuhan.
Secara sosiologis nenek moyang kita selalu mengajarkan, agar generasi masyarakat Indonesia perlu mengedepankan hidup rukun dan saling tolong menolong. Secara internalisasi nilai ajaran tersebut di aplikasikan agar selalu mau membangun intekasi sosial yang saling menghargai secara individu dengan individu, secara kelompok dan juga secara organisasi. Masuk dalam jaringan kelompok, sebenarnya bukan mencari cara untuk menjek-jelekkan kelompok yang lain. Demikian juga masuk sebuah organisasi, jangan sampai menjadikan organisasi tersebut untuk saling mematikan sebuah kemajuan. Mendukung calon peserta pada kontekstatsi pemilu 2024, bukan berarti bahwa kita menjadi orang dan atau kelompok serta organisasi yang tidak menjalin hubungan yang baik dengan teman, kelompok dan organisasi.
Pemilu tahun 2024, kita seharusnya menjdaikan suatu momentum untuk mengakrabkan teman, menyatukan kelompok dalam bingkai persahabatan dan juga merangkul organisasi menjadi bagian dari persahabatan dalam mensuksekan pemilu tahun 2024. Pemilu 2024 menurut hemat saya merupakan pemilu konsolidasi untuk membangun Indonesia untuk lebih mermartabat dan berintegritas. “Semoga kita dapat melalui dan menjalankan dengan baik”*
Penulis : Suwaib Amiruddin (Guru Besar Bidang Sosiologi Untirta)