Pelitabanten.com – Kita tidak pernah tahu, kapan pandemi Covid-19 berakhir. Bayang-bayang PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang terus diperpanjang membuat masyarakat kebingungan. Segala aktivitas yang menimbulkan keramaian makin dibatasi dengan ketat. Hal itu makin berdampak ke berbagai sektor kehidupan yang terus berlanjut sampai menyentuh titik nadir. Bayang-bayang PPKM membuat masalah-masalah baru terus bermunculan. Tentu saja, kini sektor pendidikan menjadi dampak yang sangat parah.
Generasi bangsa menjadi taruhan. Bagaimana tidak? Satu tahun lebih anak-anak yang seharusnya sudah ada dan berkumpul di sekolah. Kini masih terus dibatasi. Hak mereka untuk memperoleh pendidikan masih harus ditempuh dengan kegiatan yang berjarak tanpa ada tatap muka. Kegiatan tanpa tatap muka akhirnya membuat anak-anak kehilangan suasana kelas, figur guru, karakter, dan keterampilannya. Hal itulah yang menyebabakan kualitas pendidikan saat ini menjadi sangat memprihatinkan.
Saat ini, harapan seluruh masyarakat menginginkan kembali beraktivitas normal. Khususnya di lingkungan sekolah. Belajar di kelas dengan suasana yang hangat berinteraksi dengan guru menjadi kerinduan anak-anak dan guru. Akan tetapi, perpanjangan PPKM yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat tak ayal membuat para orangtua menjadi tambah bingung. Segala aktivitas pembelajaran masih harus dilakukan di rumah dengan pendampingan orangtua. Hal itu menjadi kekhawatiran orangtua terhadap kualitas pendidikan anak-anaknya. Terlebih lagi ancaman lulusan yang tidak bisa bekerja menjadi ‘momok’ yang menakutkan bagi orangtua.
Pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, & Teknologi, Nadiem Anwar Makarim memang telah memberikan alternatif dan solusi terkait penyelenggaraan pendidikan di masa perpanjangan PPKM ini. Pak Menteri menginstruksikan segala aktivitas pendidikan masih bisa dilakukan dengan jarak jauh. Akhirnya, Instruksi tersebut membuat anak-anak dan orangtua harus menerima ‘tantangan’ yang semakin berat. Kebiasaan baru anak anak dan orangtua harus terus berlanjut. Kegiatan pendidikan memang tidak harus di lakukan di sekoah tapi juga masih bisa di rumah. Oleh karena itu, suatu keharusan penguasaan teknologi bagi anak dan orangtua.
Lebih lanjut, kemendikbudristek akhirnya memperpanjang penyaluran bantuan kuota internet untuk menunjang kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka. Penyaluran modul-modul belajar juga terus diupayakan untuk anak-anak di daerah yang sulit menggelar pembelajaran tatap muka. Fasilitas dan sarana lain terus diberikan pemerintah untuk kemudahan anak anak dalam belajar secara daring bersama orang tua.
Pengaruh perpanjangan PPKM beberapa minggu belakang ini membuat semakin terkikisnya pendidikan karakter. Sejatinya pendidikan tidak hanya penguasaan terhadap teori saja, tapi keterampilan dan pembentukkan karakter perlu juga menjadi perhatian para guru. Pendidikan harus menyeluruh agar potensi anak-anak berkembang dengan baik dan maksimal. Pembelajaran daring banyak ditemukan sisi kelamahan. Antara lain, guru menjadi kurang maksimal dalam mengembangkan potensi anak didiknya. Keterbatasan tersebut akhirnya semakin memberatkan pekerjaan orangtua.
Pada akhirnya, kini orangtua kembali menjadi guru utama dalam proses pendidikan anaknya. Segala cara ditempuh orangtua demi keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Semoga bayang-bayang PPKM segera berakhir sehingga proses pendidikan bisa dimulai dengan normal kembali.
Penulis: Fikri Haristama, M. Pd (Guru Bahasa Indonesia di SMK YP Fatahillah 1 Cilegon, Dosen Bahasa Indonesia di Universitas Serang Raya)