Pelitabanten.com – Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah memunculkan fenomena disruption (disrupsi). Era disrupsi adalah sebuah era yang menunjukkan telah terjadi perubahan yang fundamental dan mendasar dalam tatanan hidup manusia. Era ini ditunjukkan dengan penggunaan teknologi yang menyasar hampir keseluruh aspek kehidupan manusia. Perubahannya sangat cepat, pola tatanan lama telah banyak berubah untuk menciptakan tatanan baru. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia industri, bisnis, transportasi, sosial masyarakat, hingga pendidikan. Era ini akan menuntut kita untuk berubah atau justru malah punah tergerus kemajuan zaman.
Dunia pendidikan juga terkena dampak langsung dimana disrupsi mendorong terjadinya digitalisasi dalam sistem pendidikan. Kegiatan belajar-mengajar akan berubah total. Ruang kelas konvensional mengalami evolusi dengan pola pembelajaran digital yang memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih kreatif dan variatif. Pembelajaran digital secara umum lebih mengasyikkan bagi peserta didik, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Pengajaran guru di kelas bila tidak mengasyikkan maka smartphone akan lebih digemari oleh peserta didik karena dianggap jauh lebih asyik.
Peserta didik dan pengajar, sekarang tak lagi memiliki jarak dengan smartphone, terlebih di tengah pandemi covid-19 seperti saat ini. Kebijakan pembelajaran daring membuat peserta didik semakit lekat dengan smartphone. Akses informasi yang luar biasa dapat menjawab persoalan materi yang diberikan guru. Bertanya kepada guru sudah bukan lagi pilihan, ada aplikasi mesin pencari seperti Google dan Yahoo yang mampu menjawab lebih cepat. Bahkan materi yang tidak secara detail dijelaskan oleh guru pun dapat dengan mudah diperoleh dari internet.
Era disrupsi meruba peran guru sebagai sumber belajar sudah mampu tergantikam oleh mesin pencari otomatis. Guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas dan efektif dibandingkan guru, karena tidak pernah lelah melaksanakan tugasnya. Mesin pencari dapat diakses selama 24 jam, kapanpun peserta didik membutuhkan informasi, tentu dapat dengan mudah memperolehnya. Berbeda dengan guru yang tidak mungkin menyediakan waktu 24 jam penuh untuk bisa menjawab ataupun mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.
Kesimpulannya, peran guru pada milenial ini berbeda dibandingkan guru tradisional. Guru tidak lagi berperan sebagai sumber belajar ataupun pentransfer ilmu pengetahuan secara utuh. Saat ini guru memiliki peran penting dalam melakukan kontekstualisasi informasi serta bimbingan kepada peserta didik Dalam era digital, informasi yang sangat berlimpah sehingga berbagai macam kualitas informasi, mulai informasi penting, kurang penting bahkan tidak penting bercampur menjadi satu. Selain itu, banyak konten berbau pornografi dan kekerasan yang juga dapat dengan mudah diakses oleh peserta didik. Jika hal ini tidak disaring tentunya akan membawa dampak negatif bagi perkembangan peserta didik.
Menilik berubahnya peran guru dalam era disrupsi, guru perlu untuk memulai mengubah cara mengajar, meninggalkan cara-cara lamanya serta fleksibel dalam memahami hal-hal baru dengan lebih cepat. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi digital dapat membantu guru belajar lebih cepat dan lebih efektif untuk berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Guru akan lebih mudah mengubah pelajaran yang membosankan dan tidak inovatif menjadi pembelajaran multi-stimulan dan kreatif, sehingga menjadi lebih menyenangkan dan menarik.
Meskipun guru tidak lagi menjadi sumber belajar utama bagi peserta didik, Namun dengan kemampuan guru untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, kehadiran sosok guru tidak akan tergantikan oleh sosok mesin pencarian. Mesin tidak dapat mengajarkan nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman hingga empati sosial. Saat ini tengah terjadi proses revolusi peran guru sebagai sumber belajar atau pemberi pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, motivator, bahkan inspirator yang dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas serta karakter peserta didik yang dibutuhkan pada masa yang akan datang.
Penulis:
- Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
- Drs.H.Priyono,M.Si (Dosen Fakultas Geografi UMS dan Kolumnis Jabar ,pasundan ekspres)