Beranda Opini

Revolusi Toilet

Revolusi Toilet
Eko Supriatno, Akademisi dan Tenaga Ahli DPRD Provinsi Banten

Pelitabanten.com – Membaca tulisan saudara Atih Ardiansyah di Radar Banten (27/5/2017) berjudul “Kamar Mandi dan Persoalan Kebangsaan Kita” menurut saya sangat menarik.

Ia menulis bahwa atas berbagai tantangan kebangsaan kita, Steven Kandouw mencanangkan sebuah program yang menurutnya merupakan solusi fundamental. Ya dialah, Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven OE Kandouw (47) yang mencanangkan “revolusi toilet” di daerahnya.

Ia menginginkan toilet seluruh sekolah, toilet kantor pemerintah, dan toilet umum di Sulawesi Utara menyerupai toilet di mall, indah, nyaman, bersih, dan kering.

Belajar dari Banyuwangi

Siapa bilang toilet tidak penting? Bagi sebagian orang, toilet sering disepelekan, bahkan keberadaannya sering hanya dianggap sebagai fasilitas pelengkap suatu lokasi, entah itu gedung atau tempat wisata.

Penampilannya sering ala kadarnya, kebersihannya kurang diperhatikan. Namun jangan kaget, di Banyuwangi, toilet bahkan di festivalkan untuk mengangkat pamor pariwisatanya. Festival Toilet Bersih adalah sebuah event Banyuwangi yang mengangkat Kearifan Lokal melalui Festival yang kreatif, unik, dan menarik.

Banyuwangi semakin memantapkan diri sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi masyarakat Indonesia. Mungkin dulu tidak pernah terbesit di pikiran kita untuk berwisata ke Banyuwangi. Tapi, semua itu berubah seiring dengan perkembangan yang ditorehkan Banyuwangi beberapa tahun terakhir.

Apalagi, saat Banyuwangi dipimpin oleh Bupati Abdullah Azwar Anas. Azwar memang serius menjadikan Banyuwangi sebagai kota yang nyaman bagi warganya maupun wisatawan. Menjaga Banyuwangi untuk selalu bersih merupakan salah satu upaya menciptakan kenyamanan tersebut.

Pemerintah tidak sendiri dalam upaya mewujudkan Banyuwangi yang bersih. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melibatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan.
Banyuwangi sebagai kabupaten yang bersih bukan tanpa kendala. Meski begitu, dengan semangat perubahan, Banyuwangi bisa membuktikan kalau sesuatu yang tak mudah tetap bisa ditaklukan.

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten berjuluk the Sunrise of Java ini memperoleh penghargaan Adipura Buana, penghargaan di bidang kebersihan dan lingkungan hidup yang untuk keempat kalinya.
Piala Adipura Buana merupakan penghargaan kategori baru.

Penghargaan ini diberikan pada daerah yang dinilai mampu menggabungkan unsur sosial dengan lingkungan untuk membentuk kota yang layak huni yang tercermin dari masyarakat kota yang peduli lingkungan.

Apa yang menarik dari Banyuwangi dalam hal “Revolusi Toilet”:
Pertama, Gerakan Toilet Bersih dan Festival Toilet Bersih.
Gerakan Toilet Bersih melibatkan partisipasi langsung dari seluruh warga, sehingga bisa meningkatkan kesadaran masyarakat, agar peduli pada kebersihan lingkungannya terutama fasilitas toilet di rumah maupun lingkungan sekitarnya, karena keberadaan toilet ikut merepresentasikan kepribadian masyarakat setempat.

Festival Toilet Bersih Banyuwangi merupakan penjabaran Gerakan Toilet Bersih, yang di ikuti ribuan peserta dari Pelajar, karyawan dan masyarakat umum. Toilet selama ini di pandang Sebelah Mata oleh masyarakat, karena toilet yang berada di belakang rumah. Toilet akan menunjukkan kepribadian dan prilaku masyarakat setempat untuk peduli akan kebersihan lingkungan sekitar rumahnya.

Hal tersebut sengaja dilakukan, sebagai gerakan serentak dari berbagai elemen mulai dari instansi pemerintah, kantor swasta, sekolah, pengelola tempat wisata, perhotelan, pondok pesantren, hingga tempat ibadah, agar toiletnya bisa bersih dan nyaman saat digunakan.

Festival Toilet Bersih merupakan gerakan yang mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada kebersihan toilet. Padahal selama ini posisi toilet sering disepelekan, letaknya rata-rata di bagian belakang sering dijadikan alasan untuk tidak terlalu memperhatikannya.

Pemikiran seperti ini coba dihapuskan di Banyuwangi, karena sesungguhnya fungsi toilet sangat vital. Sebab kebersihan toilet akan mencerminkan kepribadian masyarakat, kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan. Melalui festival diadakan lomba toilet bersih bagi pengelola layanan publik, lembaga pendidikan, fasilitas umum dan destinasi wisata. Kebersihan toilet akan dinilai oleh tim juri yang datang tanpa pemberitahuan.

Dengan demikian festival ini bisa memotivasi masyarakat Banyuwangi lebih peduli pada kebersihan toilet. Festival Toilet Bersih dibagi menjadi 7 kategori. Yaitu kategori kampung/RT, TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, Pondok Pesantren (Ponpes) dan kantor desa.

Penilaiannya dilakukan pada Oktober lalu pada ratusan toilet se-Banyuwangi. Kriteria penilaiannya meliputi kebersihan toilet, kelengkapan toilet, pengelolaan sampah serta sanitasi. Kelengkapan toilet misalnya, harus ada cermin, tempat sampah, tisu, dan sikat lantai. Selain itu, airnya harus mengalir dan saluran pembuangannya tidak menggenang.

Kedua, Pemkab Banyuwangi sering memberikan penghargaan kebersihan. Bagi Banyuwangi, kebersihan adalah modal utama dalam pembangunan dan membentuk citra sebuah kota. Motto ini sebagai landasan Banyuwangi dalam mempromosikan daerahnya sebagai kabupaten yang konsen terhadap pariwisata.

Oleh karena itu, Pemkab Banyuwangi sering memberikan penghargaan terhadap lingkungan kantor, sekolah dan pondok pesantren yang bersih dan indah.

Penulis melihat cara seperti ini sangat efektif, pola hidup sehat di Banyuwangi sudah menjadi lifestyle yang diterapkan seluruh elemen masyarakat Banyuwangi. Tak hanya kebersihan toilet, Anas pun mendorong agar masyarakat turut aktif menjaga lingkungan, terutama lorong dan gang di wilayah kampung mereka. Anas mengatakan saat ini wisatawan yang datang ke Banyuwangi mulai suka masuk ke jalan-jalan kampung.

Banyuwangi juga sering memberikan undian berhadiah perjalanan ibadah umroh bagi para pahlawan kebersihan yang diberikan setiap tahunnya, yang merupakan salah satu bentuk “reward” dari Pemkab Banyuwangi. Sebanyak ratusan orang THL DKP Banyuwangi, baik bagian pesapon, petugas pembersih sungai dan petugas pertamanan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan hadiah umroh tersebut.

Menurut penulis ini bagus, nantinya tidak hanya dari dana APBD, namun juga membuka kesempatan bagi pihak ketiga yang ingin ikut berpartisipasi. Ini adalah bentuk apresiasi betapa pentingnya jasa tenaga pesapon (tukang sapu) dan tenaga kebersihan lainnya bagi Banyuwangi.

Banten?

Sumberdaya alam Banten sangat kaya, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), budaya lokal, ragam kuliner, dan sebagainya. Pengembangan sektor pariwisata Banten secara komprehensif adalah dukungan infrastruktur wisata, standarisasi akomodasi, dukungan budaya sadar wisata, penataan lingkungan, ekonomi kreatif, memberdayakan masyarakat melalui kegiatan yang berbasis parawisata, dan ekonomi kreatif.

Bagi kepentingan pariwisata Banten, toilet menjadi salah satu fasilitas penunjang yang bisa membuat wisatawan merasa nyaman. Kebersihan toilet dipandang sangat penting, karena diyakini ikut menentukan daya saing wisata suatu negara. Daya saing wisata dipengaruhi oleh banyak variabel, diantaranya adalah indikator kesehatan dan higienitas.

Nah, daya saing pariwisata Indonesia berdasarkan Travel and Tourism competitiveness Report dari World Economic Forum (WEF) pada 2015, berada di peringkat 50 dari 141 negara. Salah satu kelemahan pariwisata Indonesia sesuai laporan WEF, ada pada masalah health and hygiene.

Toilet harus dijadikan penunjang Pariwisata Provinsi Banten untuk siap menerima kunjungan wisatawan yang datang di Banten.
Revolusi Toilet Banten adalah dimana Pemerintah mendorong masyarakat Banten untuk lebih aktif berpartisipasi dan peduli menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

Dalam hal ini, Banten ingin ikut berkontribusi pada upaya peningkatan pamor pariwisata Banten melalui gerakan toilet bersih. Dengan toilet publik di Banten bersih dan terawat, tentu diharapkan pula wisatawan yang datang ke Banten ikut menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Sampah menjadi persoalan pelik yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan secara maksimal oleh berbagai Pemerintah Daerah, salah satunya Pemprov Banten. Upaya sadar kebersihan alias bebas sampah di lingkungan masyarakat, harus terus dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Jangan sampai di Banten “media” hanya dihiasi berita: Demo LSM dan mahasiswa tuding dinas kebersihan korupsi, anggaran kebersihan gedung dan taman capai Rp 4,6 Miliar untuk RSUD dan DPRD Banten tapi Gaji Petugas Kebersihan berbulan-bulan tertunda, dll.

Ada banyak cara yang bisa dikembangkan secara kreatif, sesuai situasi-kondisi suatu wilayah. Namun, bagaimanapun juga, masyarakat Banten harus sudah memulainya.

Revolusi Toilet Banten!!(_Red)

Ditulis Oleh: Eko Supriatno (Akademisi dan Tenaga Ahli DPRD Provinsi Banten)