Beranda Opini

Syari’at dan Anjuran Qurban Idul Adha

Syari’at dan Anjuran Qurban Idul Adha

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(36)لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ(37)

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al haj 36-37).

Berdasarkan ayat-ayat di atas bahwa yang dimaksud qurban itu adalah mendekatkan diri kepada allah. Yang pembangkit niatnya adalah ketaqwaan, dan dilakukan sesuai dengan perintah agama.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا. (رواه ابن ماجة)

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang mempunyai keleluasaan untuk (menyembelih) qurban, lalu ia tidak berQurban, maka janganlah ia dekat ke tempat salatku. (HR Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukan bahwa hukum qurban itu bukan wajib, tetapi penting dan patut mendapat perhatian (sunat).

Waktu Qurban

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ. رواه البخاري

Dari Anas bin Malik ra. Berkata, Nabi saw bersabda: “Siapa yang menyembelih (Qurban) sebelum salat (idul-adha), maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa yang menyembelih setelah salat, maka telah sempurnalah ibadah (Qurbannya) dan cocok dengan sunnah (cara yang telah digariskan untuk) umat islam. (HR Al-Bukhary)

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه و سلم قَالَ: كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ ذَبْحٌ. رواه أحمد

Dari Jubair bin Mut’im, dari Nabi saw, bersabda:” Seluruh hari-hari tasyriq adalah waktu untuk menyembelih”. (HR Ahmad)

Sifat-Sifat yang Tidak Boleh Ada Pada Binatang Qurban

عَنِ اِلْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَكَذَا بِيَدِهِ وَيَدِي أَقْصَرُ مِنْ يَدِهِ أَرْبَعٌ لَا تُجْزِئُ فِي الْأَضَاحِيِّ الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرَةُ الَّتِي لَا تُنْقِي. رواه النسائي

Dari Barro Bin ‘Azib ia berkata: Rosulullah telah bersabda: empat (cacat) tidak boleh dipakai Qurban: juling yang benar-benar juling, sakit yang benar-benar sakit pincang yang benar-benar pincangnya dan hewan yang telah tua yang sudah tiadak bersum-sum lagi (HR. An-Nasai)

Usia Hewan Qurban

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَذْبَحُوا إِلَّا مُسِنَّةً إِلَّا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنْ الضَّأْن. رواه مسلم

Dari Jabir ia berkata: Rasulullah telah bersabda: janganlah kalian menyembelih(hewan Qurban), kecuali yang musinnah (dua tahun masuk tahun ketiga) kecuali kalau sulit atas kamu maka sembelihlah kambing jada’ah (enam bulan sampai satu tahun). (HR. Muslim)

Binatang yang disembelih adalah musinnah (yang sudah cukup umur)

– untuk unta tamat 5 tahun masuk pada tahun ke- 6

– untuk sapi tamat 2 tahun masuk pada tahun ke- 3

– dan untuk kambing tamat satu tahun,kecuali kalau sulit mendapatkan binatang, boleh menyembelih jadza’ah (kambing yang berumur 6 / 7 bulan).

Syirkah (Patungan) Dalam Qurban

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَ الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِي الْبَعِيرِ عَشَرَة. رواه الترمذي

Dari Ibnu Abbas ia berkata kami bersama bersama Rosulullah saw dalam perjalanan, mak tiba waktu idul adha, lalu kami patungan menyembelih sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh oramg. (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menunjukan bahwa boleh berserikat/patungan untuk sapi dan unta, dan tidak ada dalil untuk (bersyarikat) dalam seekor kambing.

Anjuran Untuk Muqorrib (yang Berqurban)

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ تَرْفَعُهُ قَالَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَعِنْدَهُ أُضْحِيَّةٌ يُرِيدُ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَأْخُذَنَّ شَعْرًا وَلَا يَقْلِمَنَّ ظُفُرًا. (رواه مسلم)

Dari Ummi Salamah, ia memarfukannya, dan Beliau bersabda: apabila masuk sepuluh hari (pertama), sedang seseorang mempunyai hewan qurban untuk dipotong, maka janganlah ia mengambil rambutnya dan jangan pula memotong kukunya, (HR. Muslim)

Mustahik Qurban

فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ(36)

Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (Al-Haj: 36)

– Al-Qoni’ ialah orang yang ridla/sadar atas pemberian yang diterimanya tanpa langsung meminta.

– Al-Mu’tar ialah orang yang (miskin) dan berani langsung memintannya.

– Boleh memberikan daging qurban kepada yang mampu untuk tujuan dakwah

Perintah Menyedekahkan Kulit dan Melarang Menjualnya

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا . متفق عليه

Dari Abi Thalib, ia berkata : Rasulullahi saw telah memerintahkan kepadaku untuk mengurus unta (qurbannya) serta menyedekahkan dagingnya, kulitnya dan pakaiannya; dan jangan memeberikan sedikit pun daging Qurban kepada (orang) yang menyembelihnya (sebagai upah menyembelih). Aliberkata : kami suka memberinya (upah) dari kami sendiri. (HR. Bukhari dan muslim)

عن قَتَادَةَ بْنَ النُّعْمَانِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي حَجٍّ فَقَالَ إِنِّي كُنْتُ أَمَرْتُكُمْ أَنْ لَا تَأْكُلُوا الْأَضَاحِيَّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ لِتَسَعَكُمْ وَإِنِّي أُحِلُّهُ لَكُمْ فَكُلُوا مِنْهُ مَا شِئْتُمْ قَالَ وَلَا تَبِيعُوا لُحُومَ الْهَدْيِ وَالْأَضَاحِيِّ فَكُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَاسْتَمْتِعُوا بِجُلُودِهَا وَإِنْ أُطْعِمْتُمْ مِنْ لُحُومِهَا شَيْئًا فَكُلُوهُ إِنْ شِئْتُمْ. رواه احمد

Hadits –Hadits tersebut diatas menunjukan bahwa tidak boleh memberikan daging Qurban kepada (orang) yang menyembelihnya atau pengurus (panitia) sebagai upah menyembelih dan tidak halal bagi yang Qurban menjual sedikitpun dari hewan Qurbannya baik kulit, bulu dsb, namun bagi siapa yang memiliki dagingnya (atau kulitnya) dari hasil pemberian, shodaqoh, atau warisan, maka ia boleh menjualnya jika ia mau.

Menyebut Nama Allah, Bertakbir Dan Berdo’a Pada Waktu Menyembelih

عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَيَقُولُ بِاسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. رواه مسلم

Dari Anas Ia Berkata : Rasulullah Saw Menyembelih Dan Membaca, Bismillahi Wallahu Akbar. (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukan bahwa pada waktu menyembelih harusn menyebut nama allah dan bertakbir, seperti pada doa tersebut, bukan membaca takbiran, karena pelaksanaan takbiran ied-al-adlha sudah dimulai dari waktu subuh hari arafah sampai dengan ashar hari terakhir tasyriq ( tanggal 9 sampai dengan 13 dzulhijjah).

Bid’ah-Bid’ah Dan Hadits-Hadits Dloif Sekitar Qurban

A. Menasehati Hewan Qurban, Bunga Rampe, Cermin, Sisir

Pada sebagian muslim sebelum menyembelih hewan qurban, biasa suka dilaksanakan acara-acara dan upacara seperti menyediakan sewadah air, bunga-bunga rampai, sisir, cermin, dan kain kapan lalu kambing diusap-usap dan dinasehati agar bersabar. padahal cara-cara dan upacara seperti tadi merupakan pengaruh dari agama kultur (luar islam).qurban itu adalah ibadah sembelihan. Rasulullah saw memberikan contoh ketika menyembelih qurban sebagai berikut :

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الْمُدْيَةَ ثُمَّ قَالَ اسْتَحِدِّيهَا بِحَجَرٍ فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ وَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رواه أحمد

Dari Aisyah r.a sesungguhnya Nabi saw memerintah membawa kibas yang bertanduk yang kakinya hitam dan perutnya hitam dan sekeliling matanya hitam, kemudian didatangkan kepadanya untuk disembelih, lalu bersabda kepada Aisyah. Ya Asosyah bawakanlah pisau, kemudian ia berkata asahlah pisau itu dengan batu, lalu Aisyah mengerjakannya, kemudian Rasulullah saw. Mengambil pisau itu dan membaringkan kambing itu kemudian menyembelihnya, kemudian berkata : dengan nama allah ya allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan ummat Muhammad, lalu menyembelihnya. (H.R Ahmad, Muslim Dan Abu Daud)

Jadi, Dengan Demikian, cara-cara dan upacara sebelum menyembelih binatang qurban seperti tersebut diatas itu merupakan BID’AH.

B. Menghadapkan Hewan Qurban Ke Qiblat Dan Membaca Doa Wajahtu Ketika Mnyembelih

Dalam penyembelihan binatang qurban, masih ada diantara kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa ketika binatang qurban itu hendak disembelih, mesti dihadapkan kearah kiblat dan membaca wajahtu wajhiya lilladzi fataras samawati wal ardi……wa ana awwalu muslimin. Keyakinan itu mereka berlandaskan hadits sebagai berikut

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَبَحَ يَوْمَ الْعِيدِ كَبْشَيْنِ ثُمَّ قَالَ حِينَ وَجَّهَهُمَا إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ عَنْ مُحَمَّدٍ وَأُمَّتِهِ. رواه أحمد

dari jabir bin Abdullah, ia berkata, Rasulullah saw berQurban dengan dua kibas pada hara ied (adha). Ketika beliau menghadapkan keduanya (untuk disembelih) beliau membaca :wajahtu wajhiya lil ladzi fatharas samawati wal ardi hanifan wama ana minal musyrikin. Inna shalati wanusuku wa mahyaya wa mamati lillahi robbil alamin. La syarikalahu wa bidzalika umirtu wa ana awalu muslimin. Allahumma minka wa laka an muhammadin wa ummatihi. (HR. Ahmad. Abu daud, ibnu majah dan al-baihaqi).

Hadits ini bersumber (melalui) dua rawi yang dha’if, yaitu (a) Muhammad Bin Ishaq dan (b) Abu Ayyas Az-Zuraqi. Ibnu Hajar berkata : Muhammad Bin Ishaq seorang rowi yang shaduq (jujur), tapi suka memalsu hadits. Dan Abu Ayyas ia seorang rawi yang tidak di kenal. (tahdzibul kamal XXIV:422-429, fathur rabbani XIV:62).

C. Bintang Qurban Kendaraan Ke Surga Di Atas Shirot

عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُمْ فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ.

berQurbanlah kalian dengan binatang yang besar dan kuat, karena binatang itu adalah kendaraanmu pada shirathal mustaqim (jalan menuju surga).

Dalam hadits lain dinyatakan :

إِسْتَفْرِهُوْا ضَحَايَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلىَ الصِّرَاطِ.

Pilihlah oleh kalian binatang Qurban yang kuat dan tangkas, karena binatang itu adalah kendaraanmu pada shirathal mustaqim (jalan menuju surga).

Hadits yang pertama : menurut Ibnu Shalah berkata: ini adalah hadits yang tidak dikenal dan tidak kuat (shahih). menurut Nashiruddin Al-Albani : sanad hadits itu dhoi’f sekali.

Hadits yang kedua : terdapat dua orang rawi yang dho’if, yaitu Ubaidillah Bin Abdullah Bin Mauhab dan Yahya Bin Ubaidullah (putranya). Menurut Imam Ahmad : ia munkarul hadits, kata Ibnu Abi Syaibah : dia tidak tsiqat dalam (periwatan ) hadits. Menurut Muslim, An-Nasai, Dan Ibnu Hajar : ia matruk (dikenal pendusta).

D. Setiap Bulu Qurban Akan Menjadi Kebaikan

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قُلْتُ أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الْأَضَاحِيُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ قَالُوا مَا لَنَا مِنْهَا قَالَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالصُّوفُ قَالَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مِنْ الصُّوفِ حَسَنَةٌ. (رواه احمد)

Dari zaid bin arqam, ia berkata : saya berkata atau mereka berkata: wahai rasulullah! Apakah Qurban itu? Beliau menjawab: sunnah bapakmu ibrahim. Mereka menjawab: apa keuntungan kami darinya? Beliau menjawab: setiap selembar bulunya (kambing) adalah satu kebaikan, mereka berkata: ya rasulallah saw! Bagaimana dengan shufnya (bulu domba)? Nabi menjawab: setiap lembaran dari bulunya adalah satu kebaikan. (HR. Ahmad)

Hadits ini pada sanadnya ada rawi yang bernama Aidzullah Al Muzasysyi. Menurut Bukhari tidak sah haditsnya.

E. Menyaksikan Penyembelihan Hewan Qurban

عَنْ أَبيِ سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم لِفَاطِمَةَ عَلَيْهَا الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ قُوْمِي إِلَى أُضْحِيَتِكَ فَاشْهَدِيْهَا فَإِنَّ لَكَ بِأَوَّلِ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا يُغْفَرُ لَكِ مَا سَلَفَ مِنْ ذُنُوْبِكِ قَالَتْ يَا َرسُوْلَ الله هَذَا لَنَا أَهْلُ اْلبَيْتِ خَاصَّةً أَوْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً قَالَ بَلْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. رواه الحاكم

Dari Abi Said Al-Khudri ia berkata, rasulullah saw bersabda kepada fatimah, berdirilah kamu untuk sem,belihanmu dan saksikanlah ia. Karena sesungguhnya bagimu dengan tetesan yang pertama keluar dari darah yang menetes akan menjadi penghapus dosa bagi yang terdahulu. Fatimah mengatakan, hai rasulullah! Apakah hal ini untuk kami ahllul bait saja atau bagi kami dan muslimin semuanya?. Beliau menjawab, bahkan untuk kami dan bagi semua muslimin. (HR. al-hakim).

عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ قَالَ لِفَاطِمَةَ يَا فَاطِمَةَ قُوْمِي فَأَشْهِدِي أُضْحِيَتَكِ أَمَّا إِنَّ لَكِ بِأَوَّلِ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا مَغْفِرَةً لِكُلِّ ذَنْبٍ أَمَّا إِنَّهُ يُجَاءُ بِهَا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِلُحُوْمِهَا وَدِمَائِهَا سَبْعِيْنَ ضِعْفًا حَتَّى تُوْضَعَ فِي مِيْزَاِنكَ. رواه البيهقى

Dari ali Bin Abi Thalib, sesungguhnya Rasulullah saw berkata kepada Fatimah, berdirilah dan saksikanlah udhiyahmu (binatang sembelihan), sesungguhnya bagimu dengan tetesan yang pertama kali keluar dari darah yang menetes akan menjadi penghapus setiap dosa yang terdahulu. Sesungguhnya ia akan di datangkan dengan daging dan darahnya pada hari kiamat tujuh puluh kali lipat sampai diletakan pada timbanganmu. (HR. Al- Baihaqi).

Hadits yang pertama : terdapat dua orang rawi yang dianggap dha’if,yaitu: Abu Hanzah ia adalah Tsabit Bin Abu Shafiyyah. Dan An-Nadhr Bin Ismail Bin Hajim Al-Bajali. Menurut Ibnu Hajar : ia rawi yang tidak kuat. Menurut Ibnu Hibban : ia termasuk rawi yang sangat keliru dan banyak kesalahan (dalam periwayatan).

Wallahu ‘Alamu bishawab…

Syari’at dan Anjuran Qurban Idul Adha

Penulis : Ust Sofwan Qusyairi S.pd (Majlis Karomah99 Cipondoh Kota Tangerang)