Beranda Opini

Tiada Hari Tanpa Berhala (part 2/2)

Tiada Hari Tanpa Berhala
Foto: Ubaidilah

Pelitabanten.com – Dalam kehidupan sehari hari di sadari atau tidak posisi Allah ini entah berada di urutan keberapa, yang ada di otak kita hanya berhala berhala (aliha) yang menjadi fokus tujuan karir hidup, berhala berhala ini terbentuk di maindset kita karena dorongan nafsu untuk memiliki yang di anggap akan menunjang kehidupan bersosial, baik dari segi pamoritas maupun dari segi ekonomi. Saya pribadi tidak apatis terhadap kemudahan fasilitas hidup, hanya saja itu semua bukan tujuan hanya sekedar kendaraan untuk mencapai tujuan yang hakiki.

Kalau ngomongin berhala berhala ini sepertinya kurang sedap kalau kita tidak mengikut sertakan firman Allah yang diberi nama surat Al-Lahab, surat yang satu ini cukup fenomenal dimana dari deretan kalimat yang berjumlah lima ayat ini tidak menampakan Tuhan sebagai yang Maha pemurah, pemaaf, dan pengampun, melainkan kebalikan dari sifat tiga yang di sebutkan tadi. pada ayat pertama Allah menggunakan kata yadun yang artinya tangan. “Binasalah kedua tangan (yada) Abu Lahab dan dia benar-benar binasa” . tangan disini bisa bermakna adalah kekuasaan, dimana Abu Lahab ini adalah seseorang yang mempunyai pengaruh besar pada saat itu di masyarakat arab, ia adalah salah satu pamannya Nabi Muhammad, nama aslinya adalah Abbul Uzza bin Abul Muthalib.

Abu Lahab adalah sorang pengusaha, sebagaimana kita ketahui pada saat itu kota Mekah adalah kota pusat perdagangan yang sangat maju, wilayah transit dari beberapa negara, Mekah adalah kota yang menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di Utara, dengan adanya Kabah di tengah kota Mekah menjadi pusat kota keagamaan, Kabah menjadi tujuan mereka untuk berziarah,

Melihat keadaan kota Mekah yang menjadi pusat perdagangan dan tujuaan orang orang berziarah maka Abu Lahab melihat ini sebagai potensi bisnis yang cukup besar keuntungannya, tambang emas yang perlu ia lisensikan dengan menggunakan atas hak kepemilikan Abu Lahab. di tambah adanya sumur zam-zam sebagai kebutuhan pokok utama manusia, bertambahlah keinginan untuk menguasai lumbung lumbung kemakmuran yang ada di Mekah.

Sebenernya Abu Lahab ini tidak pernah memperdulikan Tuhan bagi dirinya siapa, mau Allah, latta Uzza, atau Yesus bagi Abu Lahab itu sama sekali tidak berarti bagi dirinya, yang ada di otaknya adalah bagaimana menguasai sektor perusahaan yang ada di kota Mekah saat itu dengan marauk keuntungan sebanyak banyaknya. Orientasi utamanya adalah keuntungan jadi entah bagaimana caranya, dengan berbagai cara harus dilakukan untuk mewujudkan segala impiannya itu.

Abu Lahab adalah contoh yang di sajikan oleh Tuhan untuk kita jadikan sumber refrensi kehidupan, sedangkan ancaman ancaman Tuhan terhadap Abu lahab ini adalah ketidak sukaan Tuhan terhadap lakon hidupnya yang lebih mengutamakan ‘hasil’ di banding prosesnya, Abu lahab ini lah salah satu contoh yang membentuk berhal berhala dalam karir kehiduapnnya.

Pergerseran nilai dari waktu ke waktu membuat manusia sering menjadikan ‘sesuatu’ menjadi faktor penting dalam kehidupannya, cita cita, karier, keinginan keinginan yang dijadikan label sukses dalam kehidupan merupakan kiblat yang di beri perhatian lebih agar semuanya itu bisa terwujud. Waktunya dihabiskan untuk fokus terhadap hal hal tersebut, energinya terkuras habis demi memplaningkan bagaimana secepatnya kariernya melesat ke angkasa, sampai terkadang jenjang karier kehidupan itu di bawa didalam gerakan rukuk dan gerakan sujud, padahal sebelum mencapai gerakan rukuk dan sujud kita sudah berikrar bahwa inna shalati wanusuki wamah yaya wa mamati lillahi robil a’lamin, La syarikalahu lantas dimana pengikraran kita ini kita simpan? Atau jangan jangan ketika kita berikrar terhadap Tuhan, kita sedang tidak sadarkan diri? Atau memang kita sering di selimuti dengan kepikunan?

Jika di jaman jahiliah berhala berhalanya di simpan di dalam ka’bah sebagai tempat pemujaan, sekarang berhala berhala itu sudah merasuk kedalam fikiran dan hati kita, berhala berhala itu hidup di dalam fikiran kita sampai gerak gerik kita menunjukan bahwa kita sedang berkompetisi menuju garis finish keberhalaan diri kita. Ironis memang, tapi seperti itulah kenyataannya, Abu Lahab sekarang bukan menjadi nama seseorang lagi, melain sudah berubah menjadi lakon, label atau karakter seseorang, energi yang di timbulkan berhala yang ada dalam diri kita ini memang sangat luar biasa kekuatannya, hingga kita sendiri tidak menyadari bahwa yang kita kejar kejar itu adalah kefanaan belaka, karena saking akutnya kita kemudian mempunyai penyakit rabun mata, sudah tidak bisa membedakan lagi mana gelap mana terang, mana nur mana dzulum, mana yang haq, mana yang batil.

Jadi tidak perlu di herankan kalau kalimat syahadat memaksa diri kita untuk menyatakan dengan kesadaran penuh bahwa ilah-ilah yang ada harus kita singkirkan kecuali Allah itu sendiri. Landasan dasar dalam kehidupan terletak berada di pengakuan bahwa ketiadaan tuhan tuhan yang ada di pikiran kita dan menomor satukan Allah selama hidupnya. Tunduk patuh secara totalitas itulah islam, dan seharusnya sebagai seorang muslim tidak ngeyel.

Berkenaan dengan masalah aliha atau tuhan tuhan ciptaan manusia ini kiai Zemidin Lopez pernah menyatakan dalam pengajiannya” jika kalian menjadikan Allah bukan yang dinomer satukan, musrik terhadap Allah, menyekutukan Allah dengan selain Allah, menginkari la syarikalahu perkataan kalian di dalam shalat, membentuk tuhan tuhan sesuai dengan kebutuhan syahwat hidup kalian, maka saya mengetuk palu tiga kali saya nyatakan kalian batal syahadatnya tok.. tok… tok!!!”.

Begitulah pernyataan kiai Zemidin Lopez, memang untuk yang satu hal ini ia tidak pernah main main, karna menurutnya syahadat adalah merupakan pondasi penting untuk mengendalikan setiap muslim khususnya menjalani kehiduapan ini sampai waktu kematiannya menjemputnya. Yang kiai Zemidin khawatirkan adalah ilah ilah ini yang kebanyakan orang sama sekali tidak menyadari bahwa virus aliha ini sudah menginfeksi kebanyakan manusia, dan lebih gawatnya lagi justru manusianya tersebut tidak menyadari kalau dirinya sudah terinfeksi oleh visrus aliha ini. sebenernya pernyataan kiai Zemidin Lopez ini ingin menyampaikan wala tamutunna illa wa antum muslimun.

Narasumber: Ubaidillah