TANGERANG, Pelitabanten.com – “We have to teach our children how to learn and how to use their whole brain, not just feed them subject matter“. Tony Buzan. Mengapa membuat display kelas? Pertama, mengutip ucapan Lendonovo, seorang penggagas sekolah alam Indonesia yang menulis bahwa materi pembelajaran adalah alam semesta, dan kelas adalah ruang sempit penyekat yang membatasi siswa belajar, karenanya kelas harus dibuat seperti alam raya.
Kedua, display kelas bukan semata berisi coretan tak bermakna atau sebuah foto yang tergantung selama bertahun-tahun hingga berubah warna. Ia adalah jejak-jejak keceriaan, kerja keras, ketekunan dan kebahagiaan. Ia adalah sahabat bisu yang bisa ‘berbicara’ banyak kepada para penghuninya tentang masa lalu, masa kini dan masa depan.
Ketiga, setiap hari guru bermain dengan otak siswa. Amat sangat disayangkan jika guru di kelas belum memahami cara kerja otak, karena bagian penting dalam belajar dan proses pembelajaran adalah berpikir. Belajar itu selera dan berpikir. Apa yang terjadi jika guru di kelas tidak bisa menghadirkan selera belajar dan proses pembelajaran yang menantang proses berpikir?
Paul D. Mac Lean dalam bukunya The Triune Brain in Evolution (1990) menggagas konsep tribune brain yang membagi otak manusia dalam perkembangannya menjadi 3 bagian, yaitu otak reptil, otak limbik dan neo korteks. Neo korteks adalah sang pemikir, tempat dimana kecerdasan manusia bersemayam. Di tempat ini pula kecerdasan yang lebih tinggi tinggal, yaitu intuisi; kemampuan seseorang menerima informasi yang tidak dapat diterima oleh panca indera.
Otak limbik adalah sang pengatur, yang mengendalikan hal-hal yang berkenaan dengan emosi serta bagian penting untuk memori jangka panjang. Artinya, jika emosi yang mendalam dilibatkan dalam sebuah aktifitas, maka kita akan lebih mudah mengingatnya.
Yang menjadi pintu gerbang dari dua bagian otak di atas tadi adalah otak reptil. Otak inilah yang mengendalikan dunia fisik. Otak ini akan bereaksi dengan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi/suasana nyaman atau tidak nyaman. Jika yang didapati adalah lingkungan yang tidak nyaman (takut, stress, marah, kurang tidur, dsb) maka proses berpikir terhenti dan insting akan langsunng bereaksi. Jika yang terjadi adalah ancaman secara fisik, maka otak ini akan memerintahkan tubuh dengan pendekatan ‘lari’ atau ‘lawan’. Demikian pula sebaliknya, otak akan akan memerintahkan dengan pendekatan acuhkan atau abaikan. Bagian otak ini mencerna WARNA, GAMBAR, MUSIK, PROSES AWAL-AKHIR DAN FOKUS DIRI.
Mengapa barang bekas? Karena UU no. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah menyebutkan bahwa sekolah adalah satu sumber timbulan sampah. Dibutuhkan kesadaran dari seluruh warga sekolah untuk bersama-sama menumbuhkan komitmen untuk menjaga lingkungan sekolah mereka dan mengelola sampah yang dihasilkan dengan bijak, hingga tercipta kondisi zero waste area ; daerah bebas limbah.
Display kelas dari barang bekas akan menjadikan seorang guru sebagai chef pendidikan; sesegar apapun bahan-bahan yang disiapkan untuk dihidangkan, tidak akan menggugah selera belajar siswa tanpa didukung oleh pengetahuan yang terus dijelajahi dan kreatifitas yang terus digali.