Beranda Pendidikan

Peringati Hari Ibu, DPC GMNI Lebak Serukan Perlawanan Terhadap Stigma “Kasur, Sumur dan Dapur”

Peringati Hari Ibu, DPC GMNI Lebak Serukan Perlawanan Terhadap Stigma “Kasur, Sumur dan Dapur”
Salah seorang Sarinah DPC GMNI Lebak tengah berorasi pada peringatan Hari Ibu di depan gedung DPRD Lebak, Kamis (22/12/2017)

LEBAK, Pelitabanten.com – Hari Ibu yang jatuh pada setiap 22 diperingati organ kepemudaan DPC Lebak dengan melakukan long march sebagai refleksi perlawanan atas nasib kaum perempuan.

“Longmarch dimulai sejak pukul 16.00 dari Makam Sirna Rana melintasi SMA Negeri 3 kemudian ke Alun-alun dan berakhir di depan gedung DPRD Kabupaten Lebak. Sepanjang perjalanan kami membagi-bagikan bunga sebagai tanda cinta bagi kaum Ibu,” ucap Oma Roma, Kader GNMI Lebak, Jum’at (22/12/2017).

Di depan degung DPRD Kabupaten Lebak, Sarinah Rianti membacakan refleksi tentang Hari Ibu yang isinya mengajak hadirin untuk melakukan perlawanan terhadap stigma negatif tentang perempuan.

Hari Ibu bukan sekedar memberikan kartu ucapan dengan kata-kata kasih sayang, bunga, coklat kepada Ibu kita. Bukan pula, momentum hari Ibu dijadikan diskon besar-besaran di Mal. Sejarah Hari Ibu sebenarnya bukan untuk memperingati ibu kita. Saat itu 1953, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit nomor 316 bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional.

Baca Juga:  Persahabatan Bukan Karena Status Sosial

Alasannya adalah untuk memperingati Hari Kongres Perempuan Pertama 22-25 Desember 1928. Pada Kongres itu, terdapatlah pidato yang berjudul “Iboe” yang dibacakan Djami dari Darmo Laksmi. Di awal pidatonya, ia menceritakan pengalaman masa kecilnya yang dipandang rendah karena ia perempuan.

Juga dalam pidatonya Djami mengatakan. “Tak seorang akan termahsyur kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya,” katanya.

Pidato Djami ini menegaskan bahwa di era kolonial, hak-hak pendidikan kaum perempuan dikebiri dengan stigma yang mengakar kuat di masyarakat bahkan masih terjadi di era sekarang yakni bahwa perempuan itu hanya cukup kasur, sumur dan dapur.  Sungguh menggelikan memang! maka dari itu, kami sarinah-sarinah menyerukan perlawanan terhadap stigma “Kasur, Sumur dan Dapur.”

Sebagai kaum perempuan kita memandang perlu mengenang dan melanjutkan semangat persatuan kongres tersebut. Kaum perempuan wajib ikut serta menjaga harkat dan martabat Nusa dan Bangsa. Kaum perempuan perlu andil dalam pergerakan nasional demi perbaikan kehidupan perempuan di era sekarang dan masa depan. (Sarinah Rianti)

Baca Juga:  Bupati Ciamis Hadiri Halal Bil Halal KBM Galuh Jaya Jabodetabek