Oleh:
Darla Efendi, M. Pd
(Wakil Ketua 3 Bidang Kemahasiswaan STISIP Banten Raya)
Sahabat merupakan jalinan keakraban yang telah terbangun berdasarkan kedekatan antara satu individu dengan individu yang lain atau antar manusia lain diluar keluarganya. Persahabatan terjalin karena kenyamanan, satu misi, satu unit kerja pun bisa menjalin persahabatan bisa juga tidak bisa menjalin persahabatan Ketika berbeda pandangan. Persahabatan bisa terjadi ketika sama-sama merasakan ada kesamaan keinginan, sama-sama memiliki gagasan yang dapat dikolaborasikan sehingga dapat menjalin Kerjasama, tidak menutup kemungkinan dalam kondisi yang berbeda tempat dan jarak waktu tertentu, dalam arti luas persahabatan tidak terbatas pada kondisi status sosial dan tempat keduanya. Persahabatan bisa terjalin dengan baik jika keduanya memiliki komitmen dan saling melengkapi dalam satu urusan. Selain itu beberpa tokoh psikologi juga berpendapat mengenai definisi dari persahabatan. Persahabatan adalah hubungan dimana dua orang menghabiskan waktu bersama, berinteraksi di berbagai situasi, dan juga menyediakan dukungan emosional. (Baron & Bryne, 2006).
Persahabatan antara dua individu bisa berjalan dengan baik dan saling mempengaruhi karena adanya dukungan secara rutin intensitas pertemuan terpantau dengan indrawinya, jalinan emosional yang sama-sama dipelihara, disadari oleh keduanya, saling membutuhkan, saling menguatkan ketika jauh, saling merasakan kebersamaan. Kualitas persahabatan juga memiliki pengaruh langsung dalam mempengaruhi sikap dan perilaku karena dengan kualitas persahabatan yang tinggi dapat mempengaruhi rasa malu serta isolasi diri (Bernadt, 2002).
Suatu kebersamaan antar individu dapat mempengaruhi status sosial individu, Ketika salah satunya memiliki status sosial yang lebih baik. sebaliknya Ketika salah satunya menyandang predikat kurang baik, maka persahabatan akan sedikit terganggu. Secara hakiki memandang kondisi persahabatan bukan berasakan pada suatu kedudukan tetapi sejauh mana menjalin keakraban diantara keduanya dengan konsisi apapun. Sedangkan Menurut ahli Shaffer (2005), menyatakan bahwa persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang di karakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi.
Kondisi sebuah persahabatan akan berakhir jika antara individu merasakan ada perubahan, perbedaan jarak sehingga intensitas komunikasi atau percakapan tidak terjalin dengan baik, sama-sama menunggu kabar, sama-sama mencurigai adanya kenyamanan dalam satu posisi tertentu, sehingga semakin lama semakin berkurangnya intensitas komunikasi dengan alasan waktu dan pekerjaan yang banyak, kondisi ini disadari sepenuhnya oleh kedua individu menurunnya jalinan persahabatan. Penyebab berakhirnya persahabatan yang bukan dipengaruhi oleh jarak, bisa terjadi, karena faktor egois, perbedaan pendapat
dan pemikiran yang berbeda. Jalinan persahabatan bisa putus karena jabatan tertentu yang dimiliki salah satunya, memutus komitmen dengan mengurangi pola komunikasi, yang tidak terjalin dengan baik karena salah satunya fokus dengan pekerjaan, atau posisi tertentu. Hal ini yang membuat menurunnya kualitas persahabatan yang lambat laun menjadi saling mencurigai.
Krisis kepercayaan muncul dalam pengaruh lingkungan pekerjaan, tidak ada penjelasan dalam suatu komunikasi, enggan menyampaikan pemikiran karena alasan kesibukan, fokus kepada hal baru yang dianggap lebih menguntungkan.
Marcia (1980) membagi status identitas menjadi dua variabel, yaitu krisis dan komitmen. Krisis merujuk pada periode di mana individu sedang bergelut dalam memilih pilihan-pilihan besar, seperti memilih kepercayaan, pandangan politik, minat, karir, dll. Sementara komitmen merujuk pada tingkatan saat individu menunjukkan investasi personalnya, misal, seseorang telah memilih minatnya pada sebuah kompetensi yang dapat menentukan karir pada bidang tertentu. Suatu persahabatan yang terjalin karena status sosial akan mudah pudar Ketika diantara keduanya mengalami perubahan status. Persahabatan yang hakiki terjalin kesadaran antara keduanya rasa saling membutuhkan, saling menutupi kekurangan keduanya, lebih jauh persahabatan akan terbangun kuat dan tidak terpengaruh oleh status sosial dengan posisi tertentu. Status sosial akan menjauhkan nilai kebersamaan, idealisme seseorang dan tanggung jawab moral. Kebersamaan akan terjalin baik jika pada satu komunitas berkomitmen secara sadar tidak dalam pengaruh Hasrat status sosial tertentu.