
PANDEGLANG, Pelitabanten.com– Aksi tawuran yang saat ini marak terjadi beberapa bulan terakhir, menjadi perhatian bagi dunia pendidikan saat ini di Banten. Tanggal 13,17, dan 20 Januari 2022, adalah catatan rentetan peristiwa aksi tawuran pelajar yang dihimpun oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) Banten.
Ketua Umum PII Banten, Fahmi menjelaskan bahwa Aksi tawuran pelajar di Provinsi Banten itu beberapa kali sering terjadi, di bulan Januari sudah mendapat kasus kejadian yang sangat sadis itu ada di kota Serang dan juga di kabupaten Tangerang, tanggal 13 Januari terjadi di kota Serang, 1 orang pelajar tewas kemudian juga di Kabupaten Tangerang menyebabkan korban jiwa juga sama.
“Jadi dalam satu waktu itu tanggal 13 Januari kemarin itu ada 2 korban jiwa akibat senjata tajam kemudian selang beberapa hari kemarin itu, di tanggal 17 Januarinya terjadi kembali tawuran di Rangkasbitung, kemudian tanggal 20 sekarang juga hendak kejadian kembali di kota Serang yang merupakan pelajar SMP dan itu sudah ditangani oleh polisi,” tuturnya, pada Selasa (25/01/22).
Fahmi juga menilai bahwa kasus tawuran pelajar merupakan salah satu dampak dari adanya unggahan dari pegiat media sosial yang marak menyajikan konten-konten berbasis tauran.
“Di Tahun 2021 itu sebelum bulan Oktober sekitar bulan Juni atau bulan Agustus itu mulai adanya konten-konten YouTube yang berbasis edukasi tawuran pelajar atau edukasi stop tawuran, namun konten tersebut justru disalah gunakan oleh netizen (pelajar) itu bukannya merupakan konten yang bisa mengedukasi masyarakat pelajar tapi ini menimbulkan mental semangat teman-teman untuk melakukan aksi tauran gitu,” tambahnya.
Fahmi juga menilai isi dari unggahan konten YouTube yang berbasis edukasi tauran ini, malah disalah gunakan pelajar sebagai salah satu timbulnya gejolak semangat anak-anak pelajar untuk melakukan aksi tawuran.
“Tapi mereka menyalah gunakan konten tersebut, justru memberikan semangat kembali untuk aksi di jalan gitu makanya salah satunya ada beberapa konten YouTube ya awal itu yang sering diangkat itu YouTube kamar Jerry itu, menceritakan dan menghadirkan narasumber-narasumber yang dia sudah melakukan aksi tawuran bahkan membunuh beberapa orang itu dan dia cerita itu cerita masa lalu sampai membelah dan sebagainya yang sadis gitu, cuma konten ini bukannya stop malah menimbulkan gejolak semangat tawuran,” katanya.
Lanjut, pemicu lain aksi tawuran adalah unggahan video yang di jadikan tik-tok, dan di sebarluaskan sehingga mudah menyebar luas di media sosial dan gampang diakses oleh pelajar.
Menurut Fahmi, Ketua Umum Pengurus wilayah pelajar Islam Indonesia (PII) Banten ini, perlu adanya sinergitas antara pihak-pihak yang terkait dengan adanya unggahan konten YouTube yang berbasis menyajikan tayangan tawuran.
“Barangkali perlu adanya sinergi juga antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kominfo bagaimana untuk menangani hal ini karena juga yang perlu dan harus di-stop adalah youtuber ini yang konten-konten tentang aksi tawuran pelajar ini apakah layak untuk edukasi atau tidak, begitu karena kalau dibiarkan ini akan semakin justru menimbulkan gejolak baru kalau saya lihat,” tuturnya.