KOTA TANGERANG, PelitaBanten.com – Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selaras dengan Islam. Empat persen penduduk Indonesia menganggap jihad ISIS itu benar. ISIS melakukan pembunuhan dan teror jelas sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Sekjen PB NU) HA Helmy Faishal Zaini mengungkapkan hal itu dalam seminar kebhinekaan yang bertajuk “Merawat Indonesia Menjaga Kebhinekaan Nahdlatul Ulama” yang digelar di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Nahdlatul Ulama (Stisnu) Nusantara Tangerang di Kawasan Pendidikan Cikokol, Selasa siang 17 April 2018.
Seminar itu menghadirkan dua pembicara, Sekjen PB NU Helmy Faishal Zaini dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang KH Edi Junaidi Nawawi.
Sekjen PB NU Helmy Faishal Zaini mengungkapkan, di organisasi NU pendiri dan warganya memiliki ikatan batin yang sangat kuat.
“Kita harus bangga jadi warga NU. Di NU meskipun anggotanya sudah meninggal namun tetap masih warga NU,” ungkapnya.
Mengutip pernyataan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, Helmy Faishal Zaini mengungkapkan, barang siapa menjadi anggota NU, maka ia menjadi santri saya.
Diterangkannya, yang mengikat umat Islam Indonesia menjadi kokoh ada tiga, yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah.
Para ulama, kata Sekjen PBNU, mensyi’arkan agama Islam meleburkan dengan tradisi atau budaya. Dengan da’wah semacam ini Islam dikenal secara luas di Indonesia.
Dijelaskannya, NU melakukan transformasi gerakan, bagaimana agama Islam membebaskan masyarakat dari kecemasan. Umat Islam harus menguasai ekonomi, ideologi dan ilmu pengetahuan. Organisasi ini melakukan amar ma’ruf nahi munkar, membantu kaum yang lemah, yang berkuasa membantu yang tidak berkuasa.
“NU membangun suatu peradaban mengajak masyarakat lebih baik. Program NU sekarang yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi,” ujarnya.
Ketua Stisnu Nusantara yang diwakili Ahmad Qustulani dalam sambutan seminar kebangsaan itu menegaskan impian para kyai NU yang menginginkan ada perguruan tinggi NU telah diejawantahkan di Stisnu Nusantara Tangerang.
“Para ulama khos ingin mewujudkan ilmu pesantren dalam perguruan tinggi. Di Stisnu Nusantara nilai-nilai Ahlussunah Waljama’ah dan nilai-nilai ulama NU ditanamkan kepada para mahasiswa. Tidak hanya nilai intelektual tapi juga nilai spritual ditanamkan di sini,” beber Qustulani.
Sementara itu Ketua MUI Kota Tangerang KH Edi Djunaedi Nawawi dalam paparannya mengungkapkan kebhinekaan tidak main-main. Kebhinekaan bagi bangsa Indonesia merupakan anugrah dari Allah.
“Kita bisa bersatu adalah rahmatan Lil ‘alamin,” jelas KH Edi Junaedi Nawawi.
Dikatakannya, di Indonesia ada 340 suku bangsa dengan beda dialek, luas Indonesia dua juta kilometer persegi. Penduduk Indonesia terbesar nomor empat di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat.
Kepada para mahasiswa Stisnu, KH Edi Junaidi Nawawi berpesan jadilah mahasiswa Stisnu seorang manusia.
“Seorang tidak bisa disebut manusia kecuali ia shodaqoh. Orang NU hidupnya harus maju,” tegas Ketua MUI Kota Tangerang.
Kyai Edi Junaidi Nawawi menyatakan, PBNU bukan hanya singkatan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, namun mengandung makna Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang Undang Dasar ’45.***
• Ateng Sanusih