Beranda Pendidikan

Teater Abu Nawas Ponpes Manahijussadat Mencetak Aktor Kehidupan

Teater Abu Nawas Pondok Pesantren Manahijussadat Mencetak Santri Sebagai Aktor Kehidupan
Pentas Teater Abu Nawas di Pondok Pesantren Manahijussadat

LEBAK, Pelitabanten.com – Teater bukan saja suatu peristiwa di atas pentas, ia juga merupakan suatu pengalaman hidup yang terus berproses. Naskah, rencana sutradara, permainan para aktor, komposisi ruang pada pentas, tata rias, kostum, perlengkapan panggung, sudah jelas hanya unsur-unsur. Tapi komposisi dari semua itu, termasuk kehadiran para penonton, belum menjelaskan sebuah peristiwa secara lengkap. Belum tentu bahwa dengan hanya itu kita telah bisa bicara secara memadai tentang proses penjadian teater.

Sebab proses penjadian teater dapat saja berlangsung dalam semacam “dialektika” antara hal-hal yang diharapkan dengan yang tak disangka-sangka. Dan pada akhirnya berjumpa dalam kehidupan yang sesungguhnya. Begitulah kira-kira pandangan Yudi Nurhadi, ustadz sastra, yang mengajar di Pondok Pesantren , Kp. Serdang Ds. Pasarkeong Kec. Cibadak Kab. Lebak – . Rabu (15/3/2017).

Sore yang sejuk di salah satu saung yang berderet mengelilingi kolam ikan patin tempat para walisantri menjenguk anak-anaknya, kami pun berbincang tentang proses kreatif di lingkungan pondok pesantren.

Baca Juga:  Revitalisasi Sastra Lisan di Kasepuhan Cibadak

Dari semua kegiatan ekstra kulikuler yang ada, semua ditujukan bagaimana santri mendapat bekal berupa mental dan karakter yang kuat kelak terjun ke dunia di luar pesantren. Salah satunya adalah kelompok yang dibina oleh Yudi Baduy, panggilan akrabnya.

“Teater Abu Nawas meretas jalan sejak berdirinya pondok pesantren ini pada 21 September 1996 silam. Dan telah meraih banyak prestasi, sebutlah yang terakhir Juara Umum Pospenas 2016 di Banten dan Juara Umum Lomba Teater Antarpelajar se Kab. Lebak di Kampus Latansa Mashiro” ujarnya.

Pondok Pesantren Modern Manahijussadat pimpinan Drs. KH. Sulaiman Effendi, M.Pd.I adalah lembaga formal keagamaan yang menyelenggarakan program pendidikan terpadu 24 jam. Menggunakan kurikulum gabungan yaitu Kurikulum Nasional dan Kepesantrenan, dengan komunikasi harian berbahasa Arab dan Inggris. Berdiri di atas tanah wakaf dan hak milik seluas + 10 Ha, dihuni oleh para santri putra dan putri lulusan SD/MI dan SMP/MTs yang berasal dari berbagai Propinsi di Indonesia. Sehari-harinya dipenuhi dengan sejumlah kegiatan yang nyaris tiada henti.

Baca Juga:  STISIP Banten Raya Gelar Wisuda Angkatan 17, Tantangan Sarjana Bagi Ekonomi Global

Semasa kuliah pernah aktif di kelompok teater Payung Hitam Bandung, pimpinan Rahman Sabur. Yudi Baduy ditugasi membina bakat dan minat santri. Pengalaman itu dijadikan oleh alumni Unisba ini bekal untuk mengembangkan seni teater di pondok pesantren tempatnya mengabdi selama lebih dua puluh tahun.

Bagi Yudi, seni teater modern bersifat lebih implisit dan eksplisit. Untuk menikmatinya kita sendiri perlu bersikap kreatif, sebagaimana sang seniman sendiri. Kesenian yang bukan hiburan, seni kreatif, tidak dimaksudkan untuk melupakan kesedihan-kesedihan atau kenyataan hidup kita pada umumnya. Juga seni kreatif tidak menjanjikan fatwa apapun, khotbah atau propaganda apapun.

Ia tidak memberi nasehat, karena sifatnya yang demokratik, ia membiarkan kita melatih kehidupan rohaniah kita masing-masing, mencari sendiri untuk menemukan jatidiri. “Di teater Abu Nawas, santri digembleng mental dan spiritualnya agar mampu menjalani kehidupan di masa depan. Dengan dibekali kemampuan akting yang dilatih di pondok ini, santri diharapkan mampu menjadi aktor bagi kehidupan yang dijalani”, pungkasnya.

Baca Juga:  Deklarasi Damai, Pembukaan O2SN dan FLS2N Kota Tangerang Libatkan 10.000 Pelajar