KABUPATEN TANGERANG – PelitaBanten.com – Daya saing tidak bisa jadi kenyataan bila manusianya tak punya kompetensi unggulan. Infrastruktur mendapat perhatian tinggi karena ada kaitannya dengan perkembangan ekonomi. Maka diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi dan modal memadai.
Rektor Universitas Pelita Harapan (UPH), Jonathan L Parapak mengungkapkan hal itu saat membuka seminar Civil Engineering Week 2018 yang bertajuk “Peningkatan Daya Saing Konstruksi Indonesia,” di kampus universitas tersebut, Senin pagi 02 April 2018.
Seminar itu menghadirkan para ahli konstruksi nasional Prof Dr Manlian Ronald Simanjutak guru besar Manajemen Konstruksi UPH – Ketua Program Studi S2 Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Konstruksi UPH, Prof Dr Ing Harianto Hardjasaputra.
Dosen Pradita Institute – anggota tim ahli bangunan gedung DKI Jakarta, Dr Ir Wiryanto Dewobroto MT dosen program studi Teknik Sipil UPH – anggota Komite Keselamtan Konstruksi dan Ir Wahyu P Kuswanto direktur PT Teknindo Geosistem Unggul.
Manlian Ronald A Simanjuntak memaparkan saat ini Indonesia menjadi incaran negara asing – di antaranya China – dalam pembangunan infrastruktur. Banyak tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pembangunan infrastruktur ini, di antaranya keilmuan.
“Untukk bisa berdaya saing, sumber daya manusia harus siap secara keilmuan. UPH akan merekomendasikan beberapa terobosan kepada pemerintah. Konstruksi jangan dikaitkan dengan politik. Konstruksi berbasis perencanaan,” ujar Manlian Ronald A Simanjuntak.
Industri konstruksi, jelas Manlian merupakan jasa. Ribuan trilyun rupiah masuk terserap dalam jasa konstruksi.
Indonesia saat ini dikepung pembangunan fisik.
Dikatakan Manlian, pemerintah pusat ingin membangun cepat namun pemerintah daerah tampaknya ada yang tidak siap. Akibatnya terjadi ketidaksinkronan pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Menurutnya, urusan prestasi pembangunan infrastruktur tidak berkaitan dengan politik. Pemerintah menyampaikan lebih baik, lebih cepat dan murah.
Prof Dr Ing Harianto Hardja Saputra, anggota TABG DKI Jakarta menguraikan konstruksi beton struktural berbasis semen. Menurutnya, konstruksi beton geopolimer (tanpa semen) menggunakan fly ash.
Alasan utama dari penggunaan beton geopolimer untuk beton struktural dalam konteks Indonesia salah satunya mengurangi penggunaan semen untuk proyek pembangunan infrastruktur yang berbasis lingkungan.
“Fly ash limbah B3 dari sisa pembakaran batubara PLTU. Mengembangkan pembuatan beton geopolimer berbasis fly ash dari PLTU Suralaya untuk beton struktural. Kekuatan beton geopolimer rata2 50mpa,” jelas Prof Dr Ingin Harianto Hardjasaputra.
Harianto menawarkan pihak UPH untuk memanfaatkan beton geopolimer guna diproduksi.
Dosen program studi Teknik Sipil UPH, Wiryanto Dewabroto menguraikan bangunan tahan gempa. Menurutnya bangunan agar tahan gempa maka harus ditopang dengan baja. Di Jepang, kata Wiryanto, konstruksi bangunan didominasi dengan baja.***
• Ateng Sanusih