LEBAK, Pelitabanten.com – Kabupaten Lebak dikenal dengan sejuta pesona keindahan alam yang tersebar di hampir setiap pelosok wilayahnya; pantai-pantai yang indah di sepanjang garis pantai laut selatan, air terjun (curug), pemandian air panas, arung jeram, gua-gua dan situs-situs peninggalan zaman megalitik berupa Menhir, Dolmen, Punden Berundak dan lain-lain. Selain itu, Kabupaten yang terletak di Banten Selatan ini juga dikenal dengan beragam warisan budaya yang masih hidup dan lestari hingga saat ini, terjaga dalam lingkungan hutan adat; Kaolotan Baduy, Kasepuhan Adat dan tradisi Upacara Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahun.
Keindahan alam desa dan sumber daya yang dimilikinya menjadi potensi pariwisata yang dapat dikelola oleh masyarakat secara bersama-sama sebagai warisan para leluhur. Salah satunya sebagaimana yang tengah digalakkan di Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Dipimpin oleh Ruhandi (31 tahun), seorang Kepada Desa yang tebilang masih muda, “Bersama masyarakat, kami sedang bergotong royong membangun desa, salah satunya fokus pada pengembangan potensi wisata”, kata Ruhandi saat berbincang dengan Pelitabanten.com, Sabtu (28/1/2017).
Desa Warungbanten memang sangat berpotensi menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten Lebak, selain alamnya yang indah, disana juga terdapat kawasan Hutan Adat seluas 8 hektare, bernama Dungus (Hutan Adat) Ki Bujangga yang dijaga secara turun temurun oleh Lembaga Adat Kaolotan Cibadak. Dan yang paling penting adalah, di area tersebut terdapat situs Batu Tumpeng atau Batu Nyungcung. “Dungus Ki Bujangga ini titipan, karenanya akan kami jaga, sebagai sumber mata air untuk kehidupan warga, tidak boleh dirusak”, imbuh Ruhandi, kepala desa yang akrab disapa Jaro ini.
Selain Dungus Ki Bujangga dengan Situs Batu Tumpeng yang memiliki nilai wisata sejarah, terdapat bermacam objek wisata alam yang bisa ditawarkan bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Desa Warungbanten, diantaranya Rumah Adat Kaolotan Cibadak yang diperuntukkan bagi para pengunjung sebagai tempat singgah, Leuit (Lumbung Padi) di pinggiran hutan adat yang tertata rapih menjadi simbol ketahanan pangan desa dan kesenian tradisi Rengkong, sebuah kesenian arak-arakan (helaran) pada setiap Upacara Seren Taun.
Sebagai pusat kegiatan, Rumah Adat Kaolotan Cibadak diperuntukkan bagi musyarawah warga dan tempat singgah bagi para pengunjung. Seperti belum lama ini sekelompok orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) berkunjung ke Desa Warungbanten untuk suatu kegiatan, “Kemarin ada Pelatihan Etnografi di rumah adat yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar AMAN, dihadiri oleh Komunitas Adat Papua, Komunitas Adat Nusa Tenggara Barat (NTB), Komunitas Adat Kalimantan, Komunitas Adat Bogor, dan Komunitas Adat Banten Kidul sebagai tuan rumah”, ungkap Jaro Ruhandi.
Eksotisme alam Desa Warungbanten menyimpan seribu cerita. Budaya gotong royong yang terus terjaga, menanam padi, beternak ikan dan membuat gula merupakan bagian kehidupan yang tak dapat dipisahkan dari warga. Konsep perencanaan telah disiapkan sebagai bagian dari objek wisata yang ada di Desa Warungbanten. Seperti kata Ruhandi, “Sebenarnya ada tujuh lokasi wisata yang sedang disiapkan di desa kami, tapi kami masih menunggu waktu yang tepat untuk mempublikasikannya”, pungkas sang Jaro Muda.